File. 11

1.4K 195 11
                                    

"Terima kasih untuk undangannya, begitu tahu jika Direktur Lan mengadakan acara jamuan makan, keluarga Yang begitu semangat untuk datang."

"Terima kasih sudah datang Kepala Yang, Direktur juga pasti sangat senang Anda sekalian menyempatkan waktu untuk datang."

"Benar, awalnya kukira sekretarisku salah bicara. Tapi setelah kulihat nama undangannya, aku jadi yakin jika Direktur Lan yang mengundang. Sungguh dermawan karena mengingat perusahaan kecil seperti kami."

"Anda begitu memuji Tuan Lu, Direktur selalu mengutamakan proses usaha dan hasil akhir, tidak melihat latar belakang ataupun popularitas. Direktur beranggapan jika perusahaan Tuan Lu adalah perusahaan yang luar biasa."

Suara tawa menggema, menyebar ke seluruh ruangan.
Perbincangan ringan tentang kabar, bisnis, karier dan sebagainya adalah hal normal yang bisa didengar.

Orang-orang yang datang pun bukan orang biasa, kepala perusahaan, direktur ternama ataupun pemegang saham tertinggi.

Mereka berlomba-lomba menunjukkan profil terbaik bagi diri atau perusahaan mereka agar setidaknya dilirik sedikit saja oleh direktur ternama Lan Zhingze.

Siapa yang tidak kenal sosok pria bernama Lan Zhingze ini?
Pria yang tidak kenal sogokan, main belakang ataupun hal keji lainnya yang biasa dilakukan. Pria yang memiliki kepintaran, kecakapan, kekayaan dan tampilan yang rupawan.

Pria yang didambakan hampir seluruh wanita di dunia untuk dijadikan suami. Dunia tidak melihat Bichen, dunia hanya melihat Zhingze. Tapi sekarang ini, sekarang ini di jamuan makan yang saat ini sudah dipenuhi tamu undangan. Mereka terpaksa hanya melihat Bichen, mereka terpaksa hanya bisa menunjukkan wajah mereka pada Bichen, hanya bisa menyapa dan memuji Zhingze lewat Bichen.

Kalau kalian tanya kenapa?
Jawabannya sudah jelas terpampang nyata. Sosok ternama Lan Zhingze itu sibuk melayani sosok pria asing yang tidak pernah dikenal di dunia bisnis. Pria dengan wajah cantik dan tubuh kurus yang mungkin lebih cocok memakai gaun dibanding setelan jas.

Tidak ada yang bisa mengganggunya, tidak ada yang bisa menarik perhatian pemuda kaya itu dari pria di hadapannya. Meski sesekali ada satu atau dua yang nekat datang untuk menyapa dan mengajak bicara soal bisnis, maka sosok direktur utama itu hanya akan menatap orang yang datang dengan tatapan tidak bersahabatnya. Tidak akan ada jawaban yang didengar, yang didapat hanya sosok Bichen yang berlari mendekati si orang nekat dan membawa mereka pergi menjauh dari meja tersebut.


Wuxian, "Lanzhan, eh, bukan. Sekarang namamu Zhingze, 'kan? He he, jadi mulai sekarang aku juga akan memanggilmu dengan nama Zhingze."

Wangji, "Tidak perlu begitu. Hanya nama buatan."

Wuxian, "Eh, tidak mengapa. Nama Zhingze juga tidak buruk, Bichen pandai mencarikan nama untukmu. Kau beruntung punya pendamping seperti dia, dia mencarikanmu identitas, melakukan ini itu untukmu, hingga kau bisa duduk di sini dengan wajah sombongmu itu."

Wangji, "Aku akan berterima kasih nanti jika menurutmu perlu."

Wuxian, "Cih, anak ini. Oh, omong-omong, tidak apa-apa kau terus berada di sini dan tidak menyapa rekan bisnismu? Mereka sudah melirikmu sejak tadi, sepertinya mereka ingin bicara denganmu."

Wangji, "Tidak, aku tidak paham tentang bisnis. Semuanya Bichen yang mengurus, aku hanya perlu datang untuk beberapa rapat saja."

Wuxian, "Kau yakin? Aku tidak ingin mengganggumu, kau sudah banyak membantuku hari ini."


Wangji menatap pemuda di hadapannya ini setenang mungkin, ia hanya menganggukkan kepalanya perlahan sebagai jawaban atas pertanyaan pemuda tersebut.
Padahal, jauh di lubuk hatinya, Wangji ingin berteriak jika ia tidak peduli pada orang lain yang datang. Ia hanya peduli pada pemuda itu saja, duduk berdua tanpa membicarakan hal serius atau hanya sekedar diam menghabiskan waktu adalah hal yang ia inginkan sebelum mati.

Wuxian, "Baiklah, kalau kau bilang begitu. Aku mulai bosan menunggu Jin Ge datang, tapi tadi aku lihat salah satu pelayan membawa makanan enak. Aku akan ke sana untuk mengambil beberapa, kau tunggu di sini saja. Jangan ke mana-mana, oke?"

Wangji, "Hm."

Sebenarnya Wangji ingin menemaninya, bagaimana jika ada pria lain yang tiba-tiba tertarik pada Wei Wuxian lalu mencoba untuk menculiknya? Bagaimana jika di meja makan itu ada pria tidak tahu malu yang menggodanya?

Tapi kali ini Wangji harus menahan diri, bagaimana jika ia memaksakan kehendaknya dan malah membuat pria yang paling ia prioritaskan itu menjauh darinya karena merasa enggan? Itu akan jadi neraka untuk Wangji. Karena itu, ia harus menurut kali ini. Toh, sepertinya yang datang hanya pria-pria tua yang hanya tertarik pada wanita yang memakai make up tebal dengan banyak sumpalan.

Ia sendiri lupa-lupa ingat bagaimana sosok Jin Ge yang tengah ditunggu Wuxian ini. Jika mengingat fakta bahwa yang ada di pikiran Wei Wuxian saat ini adalah kehadiran Jin Ge, membuat Wangji sulit mengendalikan rasa marah di dalam hatinya pada pria yang tidak ia ingat ini.

Wangji menarik napas. Mencoba untuk tenang, agar saat ia dan Jin Ge bertemu, ia tidak melayangkan tinju ataupun kata-kata pedasnya.

Pemuda yang kini hanya duduk sendirian itu mulai melihat jam tangan yang ia kenakan.

20 menit. Ia membatin.

Alisnya mulai bertaut, pandangannya mulai mengedar. Ia yakin jika harusnya tidak selama itu Wuxian pergi untuk mengambil makanan.

Ada yang mengganggunya?

Sekelumit pikiran mulai mengusik, ia sudah tidak bisa lagi duduk tenang. Saat ia hendak memanggil Bichen untuk mencari sosok Wuxian dari jauh, ia mendengar suara memanggil namanya. Bukan nama yang dunia kenal, melainkan nama yang hanya beberapa orang kenal.

"Lanzhan! Tolong aku!"

Kepalanya berdenging, napasnya mulai memendek. Ia segera beranjak secepat yang ia bisa, tidak peduli orang-orang yang ada di depannya. Yang ia tahu, ia hanya perlu lewat dan sampai pada suara itu secepat mungkin.

Kakinya melangkah terburu, hingga apa yang ia lihat tidak bisa lagi membuatnya menahan suara.

Wangji, "Weiying! Apa yang kalian lakukan!?"

Halfetti [ Discontinue ]Where stories live. Discover now