File. 3

2.1K 278 9
                                    

"Hahaha.
Kalau wajah tidak memperlihatkan apa pun, maka harus dengarkan detak jantungnya!
Detak jantung tidak pernah berbohong!"

Langkah kaki Wangji terhenti.
Jantungnya berdebar, kencang, bahkan tanpa sadar ia menahan napas.
Ia menoleh perlahan mencari sumber suara, suara kekanakan dengan nada menggoda.
Tapi bukan suaranya, bukan juga nadanya, tapi kata-katanya. Wangji tahu betul kata-kata itu, kata-kata yang sering kali ia sendiri ucapkan pada orang itu.

"Tuan?"

Bichen yang sejak tadi menemaninya bersama beberapa asisten dan rekan kerjanya ikut berhenti juga.
Mereka menatap bingung pria yang merupakan atasan mereka ini, mengingat pria ini yang tidak pernah tertarik pada apa pun sebelumnya. Tidak pernah mau peduli dengan sekitarnya, kali ini, kali ini pria yang memiliki wajah sedingin es ini menatap penuh harap ke arah dalam sebuah kafe yang  bernuansa hangat dan dipenuhi gadis-gadis manis.

Bichen, "Tuan?"

Ia memanggil sekali lagi untuk memastikan jika Wangji mendengar panggilannya.
Wangji terlihat sama sekali tidak menggubris panggilan Bichen, ia melangkah masuk dengan segera, tatapan matanya terasa kabur seolah ada kabut yang membayang.
Ia bahkan tidak sadar jika jemari tangannya sudah menarik lengan seseorang, seseorang yang ia yakini sebagai orang yang ia cari selama ini.

Kedua mata hitam itu mendelik kaget, menatap Wangji yang tiba-tiba saja mendatangi dan menariknya.

"Weiying."

"Lan--
...cang sekali pria ini menyentuhku sembarangan!
Astaga!
Apa ini? Wah, apa ada kamera? Apa sedang ada reality show di sini?
Keterlaluan!”

"Tuan!"

Suara Bichwn sedikit menggema di dalam kafe tersebut, ia terkejut melihat pemiliknya tiba-tiba saja mendatangi seseorang yang tidak jelas identitasnya itu.

Bichen, "Tuan? Apa Anda mengenal pria ini?"

Wangji tetap diam seolah tidak memedulikan Bichen sama sekali, namun tatapan matanya tak lepas dari pria yang ada di hadapannya.

"Tuan Yi Zhuan?
Apa ada masalah?"

Salah seorang bawahan mereka akhirnya perlahan mendekat memberanikan diri karna takut terjadi sesuatu di luar keinginan.

Bichen, "Guan, tidak ada masalah, lebih baik kau jaga diluar saja, pastikan rekan kerja Tuan Zhingze tidak terganggu dan antar mereka segera ke dalam mobil.
Kami akan segera menyusul."

Guan, "Saya mengerti."

Bichen menghela napas pendek karena masalah yang masih harus ia selesaikan, ia tatap pemiliknya itu baik-baik, lalu ia tatap lawan bicara pemiliknya itu, laki-laki.
Laki-laki yang terlihat begitu mementingkan penampilan, terlihat feminin jika dibandingkan penampilan laki-laki pada umumnya.
Lalu apa yang tuannya ini pikirkan?
Tidak mungkin jika laki-laki ini adalah Wei wuxian bukan?

Bichen, "Tu--"

Wangji, "Kata-katamu."

"Apa? Kata-kataku?
Yang mana?
Yang di mana kamera? Atau reality show?"

Wangji, "Bukan, sebelumnya."

"Lancang?"

Wangji, “Bukan."

"Pria ini?"

Wangji, "...."

"Aduh, apa?
Memangnya ini permainan tebak kata? Kalau menang aku dapat hadiah? Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk meladenimu.
Hei, anak muda, dia ini atasanmu? Bagaimana mungkin kau biarkan dia berkeliaran lalu menangkap orang seenaknya? Dia pikir aku ini ayam yang bisa ditangkap seenaknya?"

Wangji, "Ayam."

"Apa?
Anak muda? Kau dengar dia barusan bilang apa? Ayam.
Dia bilang aku ayam.
Ya Tuhan?!"

Bichen, "Jangan marah dulu tuan, saya rasa atasan saya salah mengenali orang.
Hanya itu saja, mohon maafkan kesalahpahaman yang dibuat.
Jika tidak keberatan kami bisa membantu keperluan yang sedang tuan butuh kan. Saya benar-benar minta maaf."

"Tidak usah, tidak usah.
Aku ini murah hati dan lapang dada, jadi sudah kumaafkan.
Jangan khawatir, sudah ya.
Aku pergi saja.
Aduh, kalian ini mengganggu waktuku saja."

Wangji, "Tidak akan aku lepaskan, ikut bersamaku."

"Bagaimana?!"

Halfetti [ Discontinue ]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin