Kenangan Yang Pulang Tepat Pada Rasa Sakitnya

26 6 9
                                    

Di tengah padatnya keramaian, yang ku cari tetaplah sepi, sebuah ruang paling tenang untuk menghargai diri sendiri dengan cara paling sunyi.

Untuk duriku sendiri, terimaksih, yang sampai saat ini tidak berhenti berjuang dengan segala bentuk rasa sakit dihatinya.

Pada sunyi ditengah keramaian kota, ku sandarkan pemikiran-pemikiran ini, ku langitkan keluh kesah ku, aku butuh belajar kuat dari mereka yang lebih terluka.

Lihatlah mereka, berbagai macam wajah lelah berlalu lalang di jalanan sore ini, tak berbekal apapun selain beban dipundaknya, di dalam kepalanya juga dihatinya.

Kulihat masing-masing dari mereka, beberapa diantaranya ada yang berhasil menang melawan hari ini, dan bisa lebih dulu pulang dengan perasaan paling senang.

Lalu bagaimana dengan yang lainnya, yang sudah dengan segala upaya serta usaha kerasnya, namun masih tetap kalah, beberapa kali kembali mencoba juga tetaplah sama.

Diam ku coba memahami diamnya, lamunan matanya yang kosong menjelaskan sebuah kekalahan, kegagalan, juga keterbatasan.

Sebab memang seperti itulah realita kehidupan, tidak ada manusia yang sedang tidak berjuang, selalu ada proseses jatuh bangun, lalu bangkit lebih kuat lagi, dan menjadi diri sendiri yang lebih baik lagi.

Kepada luka dihati, percayalah semua ini adalah proses, yang terluka didunia ini bukan cuma kamu, jadi dikurangin ya ngeluhnya.

Tunggu saja, sabar dan nikmati saja rasa sakitnya, jangan buru-buru untuk sembuh, percayalah kamu akan segera merekah.

"Laper ngga tan ?"

"Lagi ngga la."

"Tuuuuhhh... kan udah ketebak jawaban nya."

"Emang masih kenyan gmau gimna ?"

"Iya deh iya, eh btw si heru apa kabar ya ?"

Aku diam

"Kangen gue nongkrong bareng-bareng kek dulu gitu sama itu anak.?"

Aku tetap diam, lalu kemudian satu persatu perasaan ku tak lagi tenang, ada kenang yang tak sengaja tau jalan pulang.

"Tan lu diem aja, ngga dengerin gue ngomong apa ?"
Ella mulai kesal dengan aku yang sedari tadi diam tanpa kata.

"Denger lah, ngga budek kuping gue, lagian elo ngapain juga ngomongin yang udah ngga ada ?"

"Emangnya kenapa, lagian salahnya dimana coba taaan ?"

"Ell, jangan merusak perasaan seseorang dengan sebuah pertanyaan, bisa jadi pertanyaan itu tentang masa lalunya yang sedang coba ia tenangkan, dihati juga didalam kepalanya."

"Tuh kaaan, mulai deh lu baperaan lagi, udah ah yok cari makan aja, gue laper ini."

"Lo duluan aja, seperti biasa nanti gue nyusul."

"Yakin lo gpp gue tinggal sendirian ?"

"Gpp ell, duluan aja nanti pasti gue nyusul."

"Ya udaaah, gue cabut dulu ya, nati kalo nyari telpon aja."

"Oke nanti gue telpon..."

Heru, adalah sebuah nama dari satu-satunya sosok pengecut yang pernah ku temukan didunia ini, entah berarti apa nama itu, tapi yang jelas dengan hanya mendengar nama itu, resah gelisah datang bergantian, memaksa tinggal dan mengusir segala tenang yang menenangkan, membuat aku menjadi manusia pembenci diri.

Dengan rasa sakitnya mungkin aku sudah terbiasa, tapi untuk menerima nyatanya aku belum bisa.

Dan ini tentang ingatan paling menyakitkan, perlahan tapi pasti akan membawa segala tentang mu pulang, dalam bentuk kenang satu persatu mereka datang melalui sepi, mempermainkan, meremukan, dan pelan-pelan menyesakan susuatu didalam dada.

Lonely GirlWhere stories live. Discover now