mean it

2.1K 72 1
                                    

"Aduh! Lesha bangun dong!" ucap Kayla sambil mencoba menepuk-nepuk pipi Lesha supaya sadar dari pingsannya.

Arion yang berada di sebelah Kayla menatap Lesha yang terbaring di brankar UKS. Banyak pertanyaan bersarang di otaknya. Kenapa dia bisa pingsan? Apa karena dia kaget bertatapan dengannya? atau apa?

"HEH! Gara-gara lu sih Lesha jadi pingsan gini. Kenapa juga lu harus megang tangan dia, kalo nggak dia nggak bakal sampe pingsan gini." ucap Kayla kesal sambil menunjuk Arion yang menatap datar Kayla.

Kayla terus menatap kesal pada Arion sambil menunggu permintaan maaf yang akan keluar dari bibir laki-laki itu. Namun Arion tidak kunjung membuka bibirnya.

Orang kayak Arion gini bisa nggak sih di musnahin aja, nyesel gue muji-muji dia tadi ucap Kayla dalam hati.

"Kenapa?"

"Hah? Kenapa apanya?"

"Kenapa kalo gue megang tangan dia?"

Kayla terdiam bingung. Tidak mungkin 'kan dia bilang kalau Lesha punya phobia dengan laki-laki. Dia harus mencari alasan lain agar phobia Lesha tidak diketahui.

"Hmm... dia... dia...." Kayla memutar otaknya untuk memberi jawaban pada Arion.

Arion menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Kayla. Namun sepertinya keadaan sedang memihak pada Kayla. Terdengar suara ringisan dari Aelesha yang baru sadar.

"Al. Ya ampun al akhirnya lo sadar juga." ucap Kayla sambil memberi air putih pada Aelesha.

Aelesha mengedarkan pandangannya. Kenapa dia bisa di UKS? Lalu kejadian beberapa menit yang lalu terputar di otaknya. Dan ia baru sadar kalau ada orang lain selain Kayla di UKS.

Arion yang melihat reaksi Aelesha merasa aneh. Kenapa gadis itu seperti terkejut saat melihatnya berada di sebelahnya? Arion yang baru saja ingin memegang tangan Aelesha untuk memeriksa keadaannya langsung ditepis oleh gadis itu.

"Jangan.." Suara bergetar dari Aelesha membuat Arion tertegun.

"Muka lo pucet." ucap Arion sambil menilisik wajah Aelesha yang berubah menjadi pucat.

Kayla yang menyadari ketidaknyamanan sahabatnya itupun, menyuruh Arion untuk keluar. Tetapi laki-laki itu tetap bergeming di tempatnya.

"Kok lo masih disini sih. Keluar cepet. Lesha butuh sendiri."

Arion menatap Aelesha lekat lalu melangkah keluar UKS.

☆☆☆

"Gue tungguin dulu ya Al sampe papa lu dateng." ucap Kayla dengan perasaan bersalah.

"Nggak usah Kay. Gue bisa nunggu sendiri, lu lagi buru-buru juga 'kan." ucap Aelesha.

Bukan masalah buru-buru atau apa. Hanya saja keadaan sekolah sepi dan para murid sudah pulang ke rumah masing-masing. Memang setiap hari rutinitas seperti ini sudah dijalani oleh Aelesha dan Kayla. Menunggu keadaan sekolah sampai sepi agar Aelesha tidak perlu berdesak-desakan dengan murid lain. Sebetulnya bisa saja mereka pulang pada jam yang sama dengan yang lain. Tapi kalau berdesak-desakan dengan laki-laki, mungkin Aelesha akan pingsan saat itu juga.

Dan siswa laki-laki di sekolah mereka sangat bar-bar.

Nada dering ponsel dari Kayla berbunyi tertera nama 'Mama' layar ponsel itu.

"Iya ma?... Bentar lagi ini aku pulang... Lesha? iya dia blm dijemput... Tapi ma nggak mungkin aku ninggalin Lesha... Huhh ya udah deh aku pulang sekarang." Kayla menutup telepon yang baru selesai.

"Udah Kay nggak papa. Papa gue bentar lagi sampe kok. Itu abang ojolnya juga kasian udah nunggu daritadi." ucap Aelesha sambil menunjuk driver online yang menunggu di gerbang depan sekolah.

Kayla menatap khawatir pada Aelesha, "Beneran ya? Pokoknya kabarin gue kalo udah sampe rumah kalo ada apa apa cepet-cepet telpon gue. Ngerti?" instruksi Kayla.

Aelesha tersenyum meyakinkan yang membuat Kayla bernafas lega kalau gadia itu tidak apa-apa ia tinggal.

"Ok. Gue pulang dulu ya." ucap Kayla melambaikan tangan pada Aelesha.

Aelesha menghembuskan nafasnya. Ia bohong kalau papanya sudah dekat dalam perjalanan menjemput dirinya. Padahal papanya tidak bisa menjemput dirinya karena ada rapat mendadak di kantor.

Dengan perlahan Aelesha berjalan menuju trotoar menunggu angkot yang lewat. Aelesha melihat jam yang terpasang di pergelangan tangannya. Pukul 17:00. Aelesha takut. Gadis itu takut. Hari sudah semakin sore kalau tiba-tiba ada preman yang mengganggunya bagaimana.

Aelesha menyipitkan matanya saat cahaya lampu motor datang menyilaukan matanya. Motor ninja hitam berhenti tepat di depan Aelesha. Helm fullface yang dikenakan orang itu membuat Aelesha tidak mengenal siapa orang di balik helm itu. Dari yang ia lihat perawakannya... laki-laki.

Orang itu membuka helm fullface yang membuat Aelesha terbelalak kaget saat melihatnya. Arion. Orang itu Arion.

"Gue anter pulang." ucap Arion tiba-tiba.

Tunggu? Laki-laki ini kenapa bisa tahu ia masih berada di sekolah dan sedang apa laki-laki itu berada di sekitar sekolah.

"Naik."

Aelesha kembali ke dunia nyata saat mendengar suara Arion.

"Nggak makasih gue nunggu angkot."
ucap Aelesha berharap cemas semoga saja ada angkot yang lewat di jam- jam seperti ini.

Arion yang melihat sifat keras kepala gadis di depannya itu langsung menarik tangan Aelesha yang membuat gadis itu terkesiap dan oleng jatuh ke jok belakang motor Arion.

"Jangan pegang tangan gue!" ucap Aelesha kencang dengan nada bergetar.

Arion yang melihat reaksi Aelesha semakin penasaran apa yang terjadi dengan gadis itu.

"Lo nggak perlu takut. Gue nggak bakal macam-macam sama lo."

Entah kenapa mendengar perkataan dari Arion membuat Aelesha terdiam dan tanpa sadar ia menaiki jok belakang motor Arion.

Aelesha sedikit gugup saat ia berada di jarak yang sangat dekat dengan Arion sampai wangi parfum yang dipakai laki-laki itu tercium jelas oleh Aelesha. Dan ini sungguh kemajuan yang sangat besar bagi Aelesha, seumur hidup ia baru pertama kali diantar pulang oleh laki-laki.

Gadis itu sedikit memundurkan badannya saat ia merasa sesakan nafas itu memenuhi rongga dadanya.

Arion yang mengetahui ketidaknyamanan Aelesha pun bersuara.

"Tas."

"Ya?"

"Taro tasnya di depan lo biar jadi pembatas. Gue tau lo nggak nyaman."

Aelesha terdiam. "Oh... ok."

Lalu dengan tiba-tiba Arion melepas hoodie yang dipakainya dan memberikan pada Aelesha.

"Kenapa?" tanya Aelesha.

"Pake. Udaranya dingin."

Aelesha menurut saja apa yang diperintahkan oleh Arion. Aelesha ingin cepat-cepat sampai ke rumah karena tidak tahan dengan debaran yang semakin menggila di dadanya.

Setelah Aelesha selesai memakai hoodie Arion. Motor ninja itu langsung membelah jalan raya ibukota yang ramai.

Entah mengapa Aelesha berharap waktu berhenti sekarang juga.

{☆}

bad boy's game [ON HOLD]Where stories live. Discover now