"Nggak sama sekali cape sayang,umi cuma   kasih sedikit himbauan di dapur"ucap amrah,semngat dan sikap bekerja keras selalu menjadi panutan zahra pada sosok uminya.

■■■


Ahmad abdullah, nama lelaki berkisar umur 70 tahunan itu sedang memerintah pada pihak bawahanya untuk memasukan sedikit sumbangan pada pondok persantren al-mubharak.
Pondok persantren yang di kelola sahabatnya kiyai.husen al umar menjadi tokoh pertama kini di kunjungi,dulu mereka terakhir berjumpa ketika ahmad menikah dengan ima sang istri pujaan, terpisah karna tak ada komunikasi yang baik dan bertahun tahun tak ada kabar. Satu pertemuan di mushola menjadi silaturahmi yang kembali erat, sedikit ada nazar yang ahmad keluarkan ketika dirinya bisa memenagkan satu proyek besar maka sedikit iya ingin menyantuni santri sahabatnya.

"Ali bawa kotak ini ke kursi pengemudi yah"ucap ahmad sambil menunjuk kotak yang iya gemgam,lelaki berkisar umur dua puluh tahun yang sebaya dengan anak keduanya itu mengangguk patuh.

Azam keluar dari rumahnya,tersenyum pada ahmad dan membantu sang ayah berjalan dengan tongkat tumpuanya pada mobil di dekat halaman utama.

Di sana sudah ada ima,perempuan berumur setengah abad yang sedang merapihkan jilbab besarnya.

"Anak ayah tampan sekali"puji ahmad ketika azam membantu ayahnya duduk di kursi penumpang bersama ima.

"Azam tau,azam tampan"kekeh azam,lalu kakinya menyeret pada kursi pengemudi.
Ali yang baru saja menyelesaikan membantu di mobil yang di bawa oleh kepercayaan keluarga ahmad,duduk di samping azam.

Deru mobil berjalan,sesekali mereka membicarakan tentang hal yang biasa di obrolkan.

"Anak terakhir sahabat ayah sangatlah cantik zam,jika bertemu pasti kamu akan suka"ahmad melemparkan obrolan,azam yang tak pernah terlihat menyukai perempuan atau tidak pernah terlihat bersama perempuan hanya mengangkat bahunya.

"Percuma cantik jika bukan istri azam"celetuk azam.

"Yasudah nanti kesana kita sembari lamaran,bagaimana?"tanya husen sesikit menggoda,ima hanya terkekeh kecil mendengar godaan suaminya. Ali hanya ikut tersenyum namun azam masih memasang wajah datar.

"Ayah, azam pernah bilang dia pen punya istri santri katanya,nah kesempetan langsung dapet anaknya kiyai loh"ali menambah menggoda.

"Bagaimana zam,mau langsung lamar anaknya kiyai husen?sahabatan loh nih ayah"

"Gak yah"

"Serius,cantik,soleha,masih gak mau?"

"Nggak yah.azam bisa cari calon istri sendiri"

■■■

Azam mengikuti langkah ahmad setelah menyantuni para santri,menyalami pemilik pondok persantren  al-mubarak atau kerap di sapa dengan sandangan kiyai.husen ,aura tegas serta mata coklat muda yang terlihat indah membuat azam menunduk menarik napas. Gaya pikat untuk seseorang yang berhadapan denganya membuat taklut dan kalut.
Ahmad memulai perbincangan dengan sahabat lamanya,azam pamit dengan sopan dan melangkah menyusuri perkarangan persantren ke arah taman belakang pondok persantren yang terlihat sepi.

Berbagai tanaman serta tumbuhan di setiap sudut tertampil indah,manik mata azam tak sengaja menaruh tepat pada seorang perempuan,punggung yang tertutupi khimar panjang berwarna abu abu,langkah azam mendekat.
Suara lantunan ayat Allah mulai terdengar,hati kelu terdengar sangat indah azam kembali mendekat,ada debaran rasa aneh yang menjelajah sesuatu di antara paru parunya yang baru pertama iya rasakan.

Siapa dia?

Azam menarik napas,suara lantunan terhenti seolah pemilik suara nan indah itu mengetahui ada seseorang berada di belakangnya,iya menoleh tepat mata mereka bertemu.

Azam mengucapkan beribu ribu kata pujian di lantunkan pada Allah,mata bernetra coklat muda,berbulu mata lebat,hidung mancung kecil banghir,dan wajah putih bersih tampa hiasan.
Pacuan di antara paru parunya makin menjadi ketika pikiranya kembali mengingat wajah itu,sebelum perempuan di hadapanya mengerjap dan mengucapkan kata istighfar.
Iya berlari tampa meninggalkan kata,nama,dan pertemuan seolah semu.

Tangan azam memegang sesuatu di antara paru parunya.

Iya jatuh cinta pada pandangan pertama?

Azam mengusap wajah kasar duduk di tempat si perempuan tersebelum,tanganya terulur mengambil sebuah alquran berwarna merah muda agak terpudar. Masih mempunyai wudhu sehabis melaksanakan sunah dua rakaat,tangannya membuka alquran tepat bagian utama sebuah kertas kecil terjatuh.

Zahra.

Tulisan bersatu kalimat yang membuat senyum azam terbit.

"Bolehkah saya menyebut namamu setelah ibu saya?"tanyanya sambil menatap kertas bertinta hitam.




^^^^
Terima kasih telah membaca cerita zahra :)

Kesan untuk chapter pertma revisinya??

Coment dan vote untuk aku semngatttt.

4 juni 2020
23:06

zahra (REVISI)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon