#Track 1: Location Unknown

1.4K 121 15
                                    

Travelling places, I ain't seen you in ages
But I hope you come back to me
My mind's running wild with you faraway
I still think of you a hundred times a day

Location Unknown by Honne

New York, 2024

Suara TV dengan volume di ambang batas tidak wajar memenuhi ruang tengah apartemen yang didominasi warna putih itu. Di hadapan TV tersebut, duduk seorang laki-laki berwajah asia, sedang memainkan remote TV, menggonta-ganti channel, padahal ia sama sekali tidak memperhatikan apa pun yang ditayangkan. Ia hanya berharap volume besar dari TV dapat meredam suara-suara dalam kepalanya yang menolak untuk diam sejak tadi.

Kali ini tatapannya beralih ke luar jendela besar di salah satu sisi apartemennya, yang menyuguhkan pemandangan kota New York yang luar biasa sibuk di hari Senin. Gedung-gedung tinggi yang seolah saling berlomba siapa yang berhasil menyentuh langit, baliho-baliho yang menampilkan berbagai macam iklan, suara klakson dari kendaraan-kendaraan yang berlalu-lalang di bawah sana. Ia harusnya sudah terbiasa dengan apa pun yang ditawarkan kota New York ini kepadanya, secara ini sudah tahun keempatnya menghabiskan hidup di sini, tetapi pria itu tidak pernah terbiasa. New York tetap terasa asing baginya. Selama apa pun ia tinggal di sini, rumahnya tetap berada di ratusan mil jauh di sana, Seoul.

Meskipun tetap menganggap Seoul sebagai satu-satunya kota yang bisa disebutnya sebagai rumah, laki-laki keturunan asia bernama Park Jinyoung itu tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di Seoul. Empat tahun sejak tinggal di New York, empat tahun pula Jinyoung tidak pernah pulang. Tepatnya, selalu menolak pulang dengan berbagai macam alasan yang terkadang hanya dibuat-buat. Jinyoung merasa masih belum sanggup untuk kembali ke kota asalnya tersebut.

Terlalu banyak kenangan. Terlalu banyak luka.

Bahkan setelah empat tahun pun, rasa sakit akibat kenangan dan luka itu masih tetap sama. Jinyoung masih merasakan sesak di dadanya setiap kali ia mengingat kampung halamannya, dan orang-orang yang berada di dalamnya. Itulah kenapa setiap keluarganya atau teman-temannya membujuknya untuk pulang, Jinyoung terus menolak. Sebagai gantinya, merekalah yang bergantian mengunjungi Jinyoung selama empat tahun belakangan ini.

Tapi entah kenapa sekarang, begitu satu undangan dari salah satu sahabatnya sampai di apartemennya, Jinyoung jadi berpikiran untuk pulang. Selain karena sudah kehabisan alasan untuk menghindar, undangan kali ini datang dari sahabat dekatnya, Kim Wonpil, temannya sejak masa-masa trainee sebelum mereka debut di grup masing-masing. Bulan depan Wonpil akan menikah, dan tentu saja ia mengharapkan Jinyoung untuk datang sebagai salah satu best man-nya.

Jinyoung melirik undangan dengan desain elegan yang terletak di coffee table hadapannya. Selain undangan itu, di dalamnya ada secarik kertas dengan tulisan tangan Wonpil. Dikirimkan khusus untuk Jinyoung oleh Wonpil, agar kau merasa bersalah jikalau kau tidak menampakkan batang hidungmu nanti, ucap sahabatnya itu di telepon beberapa waktu lalu.

"Park Jinyoung, kalau kau tidak datang, aku akan mengejarmu sampai New York dan menghajarmu sampai habis.—KWP."

Tanpa Jinyoung sendiri sadari, kedua bibirnya membentuk seulas senyuman. Ia bisa membayangkan ekspresi dan suara Wonpil saat membaca tulisan tangan sahabatnya itu. Kemudian ia kembali berpikir, apakah sekarang sudah saatnya ia pulang? Setelah empat tahun menghindari semuanya—Seoul dan teman-temannya—apakah sekarang waktu yang tepat untuk kembali? Apakah Jinyoung sudah siap?

Tiba-tiba ponsel Jinyoung berdering dan memudarkan lamunannya. Perhatiannya kini teralih pada benda kecil yang sedang berkedap-kedip, menampilkan sebuah nama yang tidak asing lagi baginya. Im Jaebeom.

Mixtape of LoveWhere stories live. Discover now