11. Datang ke Bookrising

37 8 2
                                    

Bersih-bersih kamar indekos pada hari libur adalah suatu kegiatan yang sangat berfaedah mumpung tidak ada kesibukan lain yang mengharuskan mahasiswa datang ke sebuah event. Beruntung tidak ada agenda apapun hari ini, sehingga Aruni bisa beres-beres kamar agar setidaknya terlihat lebih manusiawi daripada sebelumnya sudah seperti hutan belantara yang tidak layak huni.

Aruni membereskan lemari baju terlebih dahulu. Ia memasukkan baju yang habis di-loundry dan ditata rapi bersama baju yang lain. Setelah itu ia mengambil baju yang masih ada digantungan belakang pintu untuk ia masukkan ke keranjang pakaian kotor yang nanti akan dicucinya.  Aruni pun membawa keranjang itu menuju kamar mandi dan meletakkannya disana.

Ia menatap kondisi kamarnya yang sudah terlihat sedikit rapi. Kemudian ia teringat untuk merapikan rak bukunya juga beserta meja belajar yang berisi laptop dan buku yang berserakan baik diatas meja maupun di bawah meja. Aruni memilah buku-buku yang masih layak disimpan dan dibaca serta buku yang seharusnya sudah masuk kardus untuk disumbangkan. Maksudnya, bukan berarti buku itu sudah tidak layak baca, akan tetapi Aruni sudah tidak akan membacanya saja karena memang ia sudah memahami isi bukunya dan memang ia tidak ingin mengoleksinya lagi. Karena Aruni hanya mengoleksi buku novel dan beberapa buku yang terkait dengan kuliahnya saja. Sementara buku non-fiksi seperti motivasi atau sejenisnya yang mungkin bisa ia cari dengan cara lain lebih baik disumbangkan saja bagi yang membutuhkan.

Mendadak saat Aruni memasukkan buku itu ke dalam box ia jadi bertanya-tanya harus menyumbangkan buku ini ke mana? Sedangkan kalau ke Dunia Bianglala sepertinya tidak mungkin karena disana rata-rata masih kanak-kanak. Mereka belum bisa jika membaca bahan bacaan yang berat seperti ini. Padahal kriteria buku bacaan Aruni yang sudah remaja ke atas. Akhirnya Aruni menelpon temannya saja, barangkali ia tahu dimana harus menyumbangkan buku. Ia pun menghubungi Dissa, satu satunya teman akrab di kelas.

"Halo, Dis?" Sapa Aruni.

"Iya, kenapa, Run?" Tanya seorang gadis yang sedang berada di mall itu menyahut.

"Aku mau nanya nih, kamu tahu nggak tempat buat nyumbangin buku-buku bekas itu dimana?"

"Wah biasanya sih ada hima yang emang ngadain event kayak gitu buat pengabdian masyarakat. Tapi kayaknya sekarang belum ada deh." Jawab Dissa.

Aruni terdiam sejenak untuk berpikir, "selain itu dimana lagi ya yang bisa?"

"Komunitas buku di luar kampus, Run. Banyak pasti yang mau nampung buku-buku bekas asal masih layak dibaca."

Oh iya, Aruni baru ingat tentang komunitas buku yang Bening pernah ceritakan kalau ada salah satu temannya yang tergabung dalam komunitas itu.

"Ya udah, makasih ya, Dis? By the way, kamu lagi dimana nih? Rame banget kayaknya,"

"Di mall. Hedon lah sekali-kali, hehe."

"Haha, dasar. Ya udah deh lanjutin hedonnya. Aku tutup yaa? Dah!"

"Dah, Arun!"

Aruni pun bangkit dari duduk silanya untuk menghampiri Bening di kamar sebelah.

"Bening, aku mau nanya—" ucap Aruni ketika membuka pintu kamar sahabatnya tetapi ucapannya terputus karena si empunya sedang ada di alam mimpinya. Dia masih tidur! Ini udah pukul berapa? Pukul sepuluh pagi dan seorang gadis masih asik-asiknya bermimpi? Wah Bening adalah perwujudan para mahasiswa-mahasiswa yang selalu memanfaatkan waktu liburnya untuk rebahan.

Aruni pun membangunkan Bening, "Be! Ada Nerendra tuh di depan."

Seketika Bening langsung bangun dengan mata terbelalak.

"Run, demi apa?!"

"Demi...kian caranya bangunin kamu biar nggak tidur terus sampai siang. Hehe," Aruni cengengesan padahal Bening udah terkejut setengah mati kalau-kalau Narendra beneran datang ke indekosnya.

At The End Of The DayWhere stories live. Discover now