28. Cakra Hanya Lelah

18 2 0
                                    

Aruni baru ingat, kalau barang-barang pemberian mantannya dulu belum jadi ia beri ke siapa-siapa. Tadinya mau ia bawa pulang ketika liburan semester kemarin, tapi ternyata tidak sempat karena ia harus melakukan penelitian di Natuna. Alhasil Aruni berpikir bahwa benda-benda itu harus segera diberikan ke orang lain, dan di Dunia Bianglala lah akhirnya Aruni berikan kotak berisi barang-barang itu. Ia mengemasnya sedemikian rupa menjadi bingkisan kado yang di dalamnya berisi berbagai pernak pernik pemberian mantannya ditambah beberapa peralatan tulis menulis yang sengaja ia beli ketika ke bookstore kampusnya kemarin.

Aruni berjalan menuju rumah yang sudah lumayan lama tak ia kunjungi. Di sana anak-anak sedang bermain bersama Mbak Ratri. Ketika menyadari ada seseorang yang datang, anak-anak itu segera meneriaki nama Aruni dan menghambur ke pelukannya. Gadis itu otomatis menurunkan boks dari tangannya lalu bersiap menyambut pelukan mereka.

"Mbak! Aku kangen banget lho! Mbak Aruni kok ndak pernah ke sini lagi, sih?" Tanya gadis berambut keriting.

Aruni memeluknya, "Hm, Mbak juga kangen sama kalian."

"Mbak, ini apa ta isinya?" Salah satu anak laki-laki bertanya menunjuk boks itu.

"Oh, hadiah buat kalian!" Aruni tersenyum lebar.

"Asiiik!" Seru anak-anak segera membuka boks itu.

"Ayo dibagi bagi yaa, yang adil biar semuanya dapat." Mbak Ratri dari belakang mereka menginterupsi.

Wanita itu menghampiri Aruni, ia mengulas senyum.

"Apa kabar, Mbak?" Tanya Aruni ketika memeluk sepupunya tersebut.

"Baik. Udah lama ya kamu nggak ke sini." Jawabnya sambil menguraikan pelukan.

"Biasa, Mbak. Tugasku nggak bisa diajak damai. Aku aja kadang kewalahan." Aruni terkekeh.

Mbak Ratri pun hanya menggeleng. "Temen kamu yang namanya Cakra itu sering ke sini lho selama kamu di Natuna. Tapi akhir-akhir ini udah nggak pernah lagi. Anak-anak sampai nanyain."

Kening Aruni berkerut, "Mungkin Cakra sibuk, Mbak. Semester ini dia ada magang juga, sih harusnya." Sebenarnya Aruni tidak tahu pasti, karena ia juga belum menanyakan hal itu pada Cakra.

"Hm, iya mungkin. Titip salam ya buat dia, anaknya baik banget. Ngasih banyak buku bacaan sama alat tulis buat anak-anak lho, Run."

Aruni terenyuh mendengarnya. Cakra seperti malaikat. Dia telah membuka cakrawala anak-anak di dunia bianglala untuk semakin gemar membaca. Bagaimana mungkin Aruni tidak jatuh cinta padanya? Mungkin kali ini ia sudah yakin pada perasaannya terhadap laki-laki itu.

"Iya, Mbak. Dia emang suka ngasih buku-buku gitu kata temenku. Sip, nanti aku sampaikan salamnya." Kata Aruni. "Oh iya, minggu depan aku pulang ke Bandung deh, Mbak, kayaknya. Liburan semester lalu udah nggak pulang soalnya, hehe."

"Bagus dong! Nanti kapan-kapan Mbak juga pengin ih, ke sana."

"Ya ayo, kita bareng aja?" Jawab Aruni sumringah dan dibalas cubitan kecil di pipinya.

"Kalo sekarang, suami sama anak-anak siapa yang ngurus? Nanti aja deh kalo akhir tahun." Ujar Mbak Ratri jenaka.

"Oh, iya."

Mereka pun tertawa dan melanjutkan kegiatan di dalam rumah sepetak itu bersama anak-anak.

Setelah mampir ke dunia bianglala, siangnya Aruni menuju kampus. Di kelas ia sibuk membaca buku Astrofisika Untuk Orang Sibuk karya Neil Degrasse Tyson sembari menunggu dosen datang. Entahlah, Aruni segitu addicted-nya dengan hal-hal berbau astronomi sampai membeli bukunya segala. Tadinya ia ingin membeli buku Carl Sagan yang judulnya Cosmos, tapi melihat betapa besar dan tebalnya buku itu, Aruni jadi ciut duluan, nggak bisa ia bawa kemana-mana juga kalau bukunya sebesar itu. Aruni mau baca yang ringan saja. Jadi, karya Tyson ini lah yang dianggap cocok dengan Aruni yang memang orangnya sering sibuk, tapi masih tetap ingin mencari tahu tentang isi alam semesta.

At The End Of The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang