7. Jumpa dan Berbicara

58 12 6
                                    

Seminggu yang lalu adalah temu ketiga kali dengan gadis itu. Meskipun mereka tak berbicara lagi seperti saat pertemuan yang pertama. Cakra menganggapnya angin lalu. Namun kini, ketika mereka tak sengaja dipertemukan oleh semesta untuk yang ke sekian kalinya, entah dorongan darimana Cakra ingin menyapanya, mengafirmasi bahwa ia exist.

Kali ini Cakra melihatnya, ia berada di café yang sama dengan gadis yang sekarang sedang mengerjakan sesuatu di atas mejanya. Cakra tidak tahu apa rencana semesta mempertemukan mereka lagi saat ini. Namun, Cakra juga sedang ingin ada teman ngobrol tentang apapun itu. Ia hanya, sedang tidak ingin bermelankolis sendirian menatap rinai hujan di jendela sore kali ini.

Oleh karenanya, Cakra memberanikan diri untuk menghampiri gadis itu. Semoga saja tindakan Cakra tidak membuatnya risi.

"Hai?"

Gadis berambut sebahu itu mengalihkan pandangannya dari buku dan laptop yang ada dihadapannya untuk melihat siapa yang datang dan menyapa.

"Oh? Kamu ..." Arunika. Gadis itu tampak memiringkan kepalanya untuk berpikir.

"Cakra, temennya Bening 'kan?" Tanya Aruni memastikan.

Cakra mengangguk seraya tersenyum, "Ternyata masih inget. Boleh aku duduk di sini?"

"Iya, boleh kok. Duduk aja, tapi maaf ya ini mejanya penuh sama tugas-tugas aku." Katanya segera memberesi buku yang berserakan di meja itu lantas menumpuknya jadi satu untuk memberikan ruang bagi laki-laki itu untuk nanti meletakan pesanannya.

"Nggak masalah," Cakra duduk di depannya. "Tugasmu banyak banget ya?" Tanya dia basa-basi.

"Iya nih, cuma aku lagi males ngerjain di kos aja. Nanti bukannya ngerjain malah goleran di kasur. Makanya aku niatin buat mampir kesini dulu."

Cakra tertawa kecil, menganggap bahwa gadis itu jujur sekali. Ia tidak perlu menjaga image di depan laki-laki yang baru dikenalnya beberapa minggu yang lalu.

Ia melihat menu, lalu memesan mochaccino dan steak sebagai ganjal perutnya. Ketika pelayan datang, ia memberikan notes itu kepadanya.

"Tugas tentang penelitian apa gimana?" Tanya Cakra kembali mencari topik pembicaraan lagi dengannya.

"Semacam itu, tapi ini cuma bikin paper aja sih pakai studi pustaka. Penelitian langsungnya nanti, masih lama."

"Oh, gitu. Emang nanti penelitiannya dimana?" Tolong maafkan Cakra yang suka kepo ini. Dia memang kalau ingin mengetahui sesuatu suka mengulik sampai ke akarnya.

"Jauh, jauh banget."

"Jauh banget itu di mana sih? Masih di bumi kan? Nggak akan ke luar angkasa?"

Tentu saja ucapan Cakra berhasil membuat Aruni tertawa. Bagaimana bisa laki-laki itu bercanda tentang suatu topik yang Aruni sukai. Angkasa raya. Mendengar kata itu saja sudah terlalu magis baginya. Apalagi jika ia bisa betulan ke luar angkasa? Khayalannya memang terlalu tinggi. Padahal yang ia pelajari tentang peradaban manusia, bukan misteri alam semesta dan rumus-rumusnya seperti anak astronomi. Sementara tentang itu Aruni hanya menyukai teorinya saja serta melihat langsung perbintangan saat malam hari.

"Masih kok. Kalo mau ke luar angkasa nggak punya tujuan. Terlalu luas, takut kesasar."

Cakra tertawa mendengar jawaban Aruni yang melanjutkan candaanya. Ia merasa gadis itu punya selera humor yang mirip juga dengannya.

"Kan ada maps, tinggal cari rutenya aja."

"Memangnya di sana ada sinyal?"

"Nanti aku ciptain."

At The End Of The DayWhere stories live. Discover now