9. Kisah Cinta Bening

43 13 2
                                    

Hidup seorang Aruni sebenarnya tidak sesederhana seperti apa yang kelihatan dari luar. Ia suka mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang bermanfaat. Bahkan kegiatan apapun bisa diikuti olehnya. Pernah waktu itu Aruni ikut berjualan frozen food bersama Dissa di car free day, kemudian saat ia datang ke komunitas astronomi sendirian, ia mampu juga beradaptasi dengan para anggotanya sambil bertanya-tanya tentang dunia kosmik. Ia memang tidak akrab dengan banyak orang, tetapi ia mampu untuk mengikuti kegiatan itu selama memiliki esensi. Ia bukan orang yang tak acuh dengan lingkungan sosialnya. Hanya saja, terkadang Aruni sulit mengakrabkan diri dengan mereka. Namun, walaupun begitu Aruni tetap memiliki banyak kenalan yang sekali waktu jika bertemu dengannya, mereka akan menyapa terlebih dahulu lantas disapa balik olehnya.

Dalam prinsip hidup Aruni, ia tidak ingin terus berada di zona nyaman. Karena menurutnya, hidup itu seperti ketika kita sedang membaca buku, seseorang tidak akan pernah tahu kisah apa yang terjadi selanjutnya jika ia tidak mau membuka halaman baru, sekalipun itu akan membuatnya menangis atau tertawa, setidaknya ia berani beranjak dari kisah sebelumnya menuju kisah yang lain dalam buku itu. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tidak terus berada dalam kesedihan. Maka dari itu Aruni mencoba untuk membuka halaman baru dalam hidupnya. Meninggalkan kisah lama, dan memulai kisah yang baru.

Kini Aruni sedang berada di rumah baca anak-anak yang dinamakan dengan "Dunia Bianglala". Rumah yang bisa dibilang hanya satu petak, dindingnya terbuat dari triplek dan alasnya yang hanya menggunakan semen saja. Meskipun begitu, ruang ini tak pernah terasa pengap atau bagaimana. Sebab ventilasi udara cukup membuat angin masuk melalui celah-celahnya.

Hadirnya Aruni disana karena ia suka saja jika berinteraksi dengan anak usia tujuh tahun ke bawah. Mereka masih aktif-aktifnya bertanya tentang apa yang ingin mereka ketahui. Aruni sering ditanya oleh mereka tentang bagaimana rasanya menjadi mahasiswa, bagaimana teman-temannya, dan bagaimana-bagaimana yang lain. Aruni suka membacakan dongeng untuk mereka. Anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan formal itu, bagi Aruni adalah sebuah harta bangsa yang harus dilindungi dan dijamin kehidupannya. Mereka adalah generasi-generasi yang akan ikut andil dalam memajukan negaranya sendiri. Seperti pada hari ini, setelah sebulan lebih Aruni tidak menyambangi tempat itu, dan kini gadis itu bertanya kepada mereka saat berada di kelas membaca.

"Coba deh, Mbak mau nanya, apa sih impian terbesar kalian? Apa yang ingin kalian lakukan untuk mengubah dunia ini?" Tanya Aruni kala itu di depan murid-muridnya yang sedang duduk di lesehan sembari menyimak dengan baik.

Banyak yang mengangkat tangan untuk berebut siapa yang akan menjawab duluan.

"Aku, Mbak, aku!"

"Aku duluan, Mbak!"

"Ih, wong aku wis ndek mau ngacung kok! (ih, orang dari tadi aku udah ngacung kok!)"

Aruni kualahan, ia berusaha untuk menenangkan murid-murid yang jumlahnya ada sekitar lima belas itu.

"Ayo, satu-satu ya? Nanti semuanya kebagian kok buat bercerita tentang impian kalian. Ayo, dimulai dari depan dulu, Denis ." Aruni memang sudah hafal dengan nama-nama mereka. Sejak semester sejak semester satu dulu, Aruni sudah diperkenalkan dengan sekolah ini oleh saudara sepupunya yang juga tinggal di Jogja, dan ia juga yang membangun sekolah bebas ini.

"Aku mau jadi guru, Mbak! Biar bisa kayak Mbak Arun yang ngajarin kami baca dan berhitung. Biar anak indonesia jadi pinter-pinter, Mbak!" Jawabnya dengan antusias.

At The End Of The DayWhere stories live. Discover now