1. Semuanya Berakhir

234 21 23
                                    

Dua puluh tahun hidup, rasanya banyak sekali hal-hal yang sudah dilewati gadis yang saat ini tinggal di sebuah kota dimana segala keindahan diciptakan, Yogyakarta. Bukan hanya tempat-tempatnya saja yang bagus dan nyeni, tapi juga kalau mau cari apapun di sini serba ada. Mulai dari buku, lukisan, gerabah, dan hal-hal lain pun mudah sekali dicari. Menjadi mahasiswa semester lima Antropologi Budaya menjadikan gadis itu selalu disibukkan dengan berbagai tugas yang menumpuk. Bahkan kalau udah praktik lapangan, ia harus rela panas-panasan sampai buluk.

Kalau dipikir-pikir ya pusing, ya berat, ya capek juga masuk jurusan ini. Tapi semua itu dibayar sama pengalaman berharga yang selalu didapat saat ia melakukan penelitian di sebuah daerah. Walaupun kadang ngerjain laporan pratik lapangan masih sering bikin kepalanya nyut-nyutan sih. Belum lagi masalah kehidupannya yang bisa dibilang agak 'drama' dimana ia masih dihadapkan dengan realita bahwa cowoknya yang sudah LDR selama dua semester itu malah ngilang nggak ada kabar sama sekali. Mau nangis rasanya kalau diinget-inget lagi. Bahkan nggak ada kata putus dari mereka. Sakit nggak? Sakit banget.

Namanya Arunika Bintari, gadis yang sedang berada dalam fase di ambang pilu. Kisah asmaranya yang sudah nggak tahu bagaimana akhirnya, seperti ia sudah tidak ingin mengurusi urusan cinta-cintaan kayak gitu lagi. Aruni hanya mahasiswa biasa yang setiap hari harus berhadapan dengan teori dan praktik. Harusnya sih pulang kuliah, ia lebih baik memikirkan tugas yang hari ini dikasih oleh dosen, tapi karena ada masalah lain seminggu ini yang nampaknya belum selesai, Aruni jadi memikirkan hal itu. Aduh, males banget dia kalau udah pulang ke indekos yang diingat malah cowok itu lagi cowok itu lagi. Kayak nggak ada hal lain yang perlu dipikirin! Tapi ya ... yang namanya orang udah jadi salah satu yang terpenting di hidup kita kalau tiba-tiba hilang ditelan bumi tetap aja kita bakal khawatir kan?

Aruni langsung merebahkan diri di kasur setelah melempar tasnya ke meja belajar. Ia mengangkat ponsel di tangannya, mengetik sesuatu di room chat yang bahkan beberapa hari ini sudah tidak terdapat balasan lagi dari si penerima. Masih centang dua padahal, belum diblokir kan berarti?

Aruni
Jefan?

Aruni
Bales chat aku, bisa?

Aruni
Seriusan ini kamu?
Seminggu loh Jef, aku ga dapet kabar dari kamu.
Kamu tuh kemana?
Kalo misal mau udahan ya bilang aja apa susahnya sih?
Aku juga ga bakal maksa pertahanin hubungan kalo kamu maunya lepas.

Aruni
Sumpah aku bingung, Jef. Aku udah kek orang bego yg nungguin balesan chat dari orang yg bahkan udah ga peduli lagi sama aku.

Aruni
Jef... aku capek kalo kayak gini terus

Sakit nggak rasanya? Munafik kalau bilang kalian sebagai cewek nggak ngerasain sakit digituin. Aruni sebenarnya bukan orang yang terlalu mendamba cinta dari seorang cowok. Tapi, dia itu kalau udah sayang sama satu orang, dia bakal investasi seluruh perhatiannya buat orang itu. Kalau udah dikecewain sampai segini parahnya, apa dia bakal percaya lagi sama cowok? Kayaknya susah deh. Aruni yang sekarang aja udah males kalau harus berurusan lagi sama cowok. Dia nggak mau nambah drama di hidupnya. Dia mau satu masalah ini kelar dulu, baru habis itu dia bisa hidup normal lagi. Walaupun bakal ada yang beda.

Aruni melempar ponsel itu ke sebelahnya. Ia nggak mau terlalu desperated hanya karena satu cowok itu doang. Mending cuci muka, ganti baju, habis itu bobo siang buat ngilangin beban pikirannya yang udah kalut hari ini.

***

Malamnya, ia kembali berkutat dengan laptopnya. Kacamata sudah bertengger di matanya agar ia lebih bisa membaca buku dan mengetik dengan jelas. Aruni ingin melupakan masalahnya dengan dia, tapi sepertinya masih sulit karena ia tidak bisa berpikir tentang apapun pada cowok itu. Seolah dia memang sedang di fase menjauh dari Aruni mengingat seminggu yang lalu mereka sempat bertengkar hanya karena hal sepele.

At The End Of The DayWhere stories live. Discover now