Part -5-

2.8K 134 0
                                    

"Tuan?" Regan menoleh sesaat Ara melintas dihadapannya. Pria itu mengernyit menatap penampilan Ara yang menurutnya sungguh cantik sekali.

"Saya ingin pergi."

"Jadi?"

"Saya meminta izin kepada tuan. Boleh?" Regan kemudian berdiam, matanya pun tak luput mengawasi gerak-gerik Ara yang sangat terlihat gugup didepannya itu.

"Memangnya kau mau pergi kemana? Dimana anakmu?" tanya Regan. Ara tersenyum tipis.

Anakmu juga, Regan.

"Saya ingin pergi menemui teman saya, tuan. Hana, sudah saya titipkan pada tantenya." kemudian Regan pun hanya mengangguk, lalu ia memanggil Sam dan dengan cepat pula pria itu datang menghampiri Regan.

"Ada apa, Bos?" tanya Sam. Sam beralih pelan menatap pada Ara, Sam mengernyitkan dahinya lalu menatap lagi pada bosnya.

'Pasti penyakitnya kumat lagi. Apakah ia lupa meminum obatnya ya? Aku harus memastikan itu nanti.' batin Sam.

"Sam, tolong siapkan mobil untuk Ara pergi. Antarkan dia ke tempat tujuannya." ucap Regan memerintah. Ara yang hendak protes pun dengan segera dicegat oleh Sam. Pria itu menahan lengan Ara dan menganggukkan kepalanya.

"Nona, mari saya antarkan anda. Bos, saya akan kembali lagi siang nanti." ucap Sam dan setelah mendapat anggukan kepala dari Regan. Sam langsung membawa Ara untuk keluar dari mansion dan beralih ke garasi mobil. Sam menyuruh Ara untuk menunggu nya dipintu gerbang, sedangkan ia pergi mengambil mobil.

"Sudah berapa lama kau bekerja dengannya?" tanya Ara langsung membuka topik mereka kala Sam sudah melajukan mobilnya ke jalanan raya

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Sudah berapa lama kau bekerja dengannya?" tanya Ara langsung membuka topik mereka kala Sam sudah melajukan mobilnya ke jalanan raya.

"Cukup lama. Sekitar lima tahunan." jawab Sam tak berkilah. Ara menatap wajah Sam, ia sama sekali tak hilang ingatan hanya untuk mengingat rupa dari Sam. Pria yang pernah berkunjung kerumah kedua orangtuanya, dan dialah yang Regan perkenalkan sebagai temannya.

"Aku yakin kau masih mengingatku, Nona." Ara mendesis mendengar ucapan Sam.

"Bagaimana aku bisa mengingatmu, sedangkan bosmu itu saja tak mengingat aku. Aku bingung dengannya, tapi untunglah aku sabar untuk terus menunggunya ...

... seperti orang bodoh." sarkas Ara dengan memandang kejalan raya, wanita itu lalu menatap keatas menahan apa yang seharusnya ia tumpahkan segera. Ia menahannya.

Dan Sam, ia pun hanya diam tak banyak bicara. Sampai mobil mereka sampai didepan sebuah Cafe yang menjadi tempat pertemuan Ara dengan temannya.

"Pulanglah. Aku minta kau jaga dia dirumah, akhir-akhir ini kulihat ia banyak melamun, dan aku tak ingin ia terluka. Aku bisa pulang sendiri, kalau dia tanya, bilang saja aku setelah ini menemui Hana di apartemen temanku." setelah berucap demikian, Ara lantas berlalu meninggalkan Sam yang masih duduk dikursi kemudi nya dan melihat Ara yang perlahan berjalan menjauh.

"Sebenarnya dia mengingatmu. Sangat mengingatmu, tanpa cela, tanpa pandangan kabur matanya. Hanya saja, hatinya lemah untuk bangkit menggapaimu."

🍃🍃🍃

"Aku senang kau menemuiku, sudah lama aku tak melihat wajah cantik ini." Ara tersenyum kecil memandang seorang pria dihadapannya.

"Jangan banyak mengumbar kata manis, berhentilah jadi buaya darat. Kasihan Lucia, aku rasa ia akan sangat tersiksa menjadi kekasihmu." Vizi terkekeh geli dan lantas tersenyum lembut menatap kesamping nya, megusap rambut Lucia ditangannya.

"Benar, Ara. Aku rasanya ingin mati saja, setiap mendengar kata-kata manisnya yang tak berguna. Huh, apalagi itu tak membuatku sama sekali tergoda." ucap Lucia yang lantas hanya membuat Vizi tertawa dan dengan gemas mengecup pipinya.

"Jangan mati dulu sayang, nanti aku bagaimana. Aku tak bisa hidup tanpa dirimu disisiku. Aku juga bisa mati." ucap Vizi dengan suara manisnya. Ara dan Lucia pun hanya bisa saling menatap dan lalu menghembuskan nafas mereka dengan pelan.

"Oh ya, bagaiman dengan pekerjaan barumu, Ara? Aku dengar dari Anton ia yang sudah membantumu ya, kuakui Anton memang sangat pintar." Ara hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Vizi. Teman-temannya memang sudah mengetahui berita ia yang bekerja dirumah mantan kekasihnya. Ya, Regan.

"Aku tidak bisa bilang senang, tapi juga aku tidak bisa bilang tidak senang. Haha, ya begitu. Lagipula Hana sudah melihatnya, aku hanya harus sedikit menjauhkannya dari Regan. Aku tak mau ambil resiko kalau sampai Regan menyakiti Hana."

"Tak ada seorang ayah yang tega menyakiti anaknya, Ara. Regan sangat mencintaimu dan Hana." Ara tersenyum tipis pada Lucia.

"Benar. Tetapi, kalau sang ayah pun tak mengingat bahwa itu adalah anaknya ... dan juga kekasihnya, yang tega ia tinggalkan dihari pernikahan mereka." Vizi dan Lucia saling melempar tatap. Lucia pun menggenggam tangan Ara, memberikan kekuatan pada temannya itu.

"Kami ada bersamamu, Ara. Benar kan, Viz?" Vizi hanya mengangguk dan membelai rambut Lucia.

"Tapi, kau yakin masih mau bekerja dirumahnya?"

"Yakin tak yakin, Lucia. Hanya itu jalannya agar aku bisa kembali bersamanya lagi." Vizi terkekeh pelan, ia lalu memalingkan wajahnya.

"Kembali bersamanya? Ara, yang diharapkan olehmu, sepertinya tak diharapkan olehnya. Lihat?" Ara tersentak menatap Vizi, Lucia lalu mengernyit dan melihat ke sebelah mereka yang berjarak agak jauh, diikuti oleh Ara. Wanita itu menatap disana, matanya terasa memanas namun tak mau tumpah.

"Bukan, Regan."
















《Don't COPY PASTE》
-+×÷<>

📚Salam Bulan November dari Author📚

FOREVER MY WIFE (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя