✓Rahasia Zara✓

11.8K 779 2
                                    

Sudah tiga hari ini Zara gelisah tanpa alasan, apalagi mengingat perkataan Della tempo hari lalu. Ia tak berani menceritakan pada siapapun, perihal ia tak sengaja bertemu dengan Della.

"Tante!" Panggil Anissa yang kini bisa di hitung, setiap hari minggu pasti akan berada dirumahnya bersama Adam.

Zara kembali sadar dari pemikirannya,"Ya Anissa butuh sesuatu?"

Anissa menggeleng, mengerucutkan bibirnya."Jangan Sedih, nanti Anissa ikut sedih." Anissa memeluk Zara.

"Tante tidak sedih sayang, hanya ada beberapa hal yang tante pikirkan," Jelas Zara dengan mengelus lembut surai panjang Anissa.

"Anissa ingin secepatnya memanggil tante Zara dengan Bunda." Anak kecil itu berceloteh.

Zara melepaskan pelukan Anissa, menatap lekat bola mata Anissa."Kamu boleh panggil tante dengan sebutan bunda."

Anissa menggeleng, mulut kecilnya pun bergumam. "Anissa sudah janji sama Ayah, memanggil tante dengan bunda nanti saat Ayah dan tante Zara sudah menikah," Jelas rinci Anissa.

Zara gemas mendengarkan penuturan Anissa, ia mencium gemas seluruh permukaan wajah Anissa. Hingga siempunya terkekeh menahan geli.

***

Al-Fath dan Adam duduk berdampingan di area taman belakang rumah keluarga Haydar, dipisahkan meja bulat ditengah-tengah mereka dengan secangkir kopi milik masing-masing.

"Nggak menyangka, kamu yang akan jadi calon suaminya Zara." Alfath sedikit melirik kearah Adam.

Adam tersenyum,"Mengetahui dia kembali setelah sekian lama aku benar bahagia bang."

"Kamu mencintai dia?"

Adam menengok kearah Adam,"Ya aku melihat dia sosok yang berbeda dengan dulu, dia Zara yang keibuan dan penuh kasih sayang."

"Kamu tau satu hal rahasia terbesar Zara," Al-Fath mengangkat kedua alisnya naik turun.

Adam mengernyit karena ia sudah terbiasa dengan sifat Al-Fath yang seperti, itu maka bisa dipastikan akan ada hal gila ataupun ide buruk.

Al-Fath memajukan wajahnya mendekat ke Adam,"Sebenarnya ia sudah suka sama kamu sejak dulu."

Adam yang sedang minum kopi tersedak mendengar penuturan Al-Fath, kakak kandung Zara. Ia melengak ke kanan menghadapi ke Al-Fath mengernyit meminta penjelasan.

"Nggak percaya kan?"

Adam menggeleng

"Dia ke Perancis bukan karena melanjutkan pendidikan yang utama, dia nekat pergi ke sana lebih awal karena kabur." Al-Fath terkekeh mengingat bagaimana lucunya Zara saat menangis di airport karena melihat prewedding Adam dan Della.

"Sejak kapan?" Tanya Adam menyelidik.

"Entahlah mungkin semenjak kalian masih sekolah aku pun tak tau hal itu pasti." Al-Fath mengendikan bahu.

Adam bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah yang dikatakan Al-Fath memang benar atau hanya bualannya saja.

"Dan hingga sekarang dia masih mencintai kamu Dam." Al-Fath menyeruput kopinya,"Mungkin jika kamu masih bersama dengan Della ia pasti akan kabur lagi. Kamu tau kan sifat Zara?"

Adam masih diam tercekat dalam pemikirannya sendiri, Al-Fath bangkit dari duduknya lalu ia menepuk pelan pundak Adam.

"Jaga Adikku," Ucapnya lalu ia masuk kedalam rumah.

***

"Om Al-Fath!" Pekik Anissa saat Al-Fath mendekat ke arah dirinya yang duduk bersama Zara.

Al-Fath dengan sigap langsung mengangkat Anissa dalam gendongannya, menciumi pipi gembul Anissa."Jalan-jalan ke taman yuk," ajaknya.

"Mau es krim," pinta Anissa dengan mengerucutkan bibir.

"Ok siap tuan putri."

"Jangan banyak-banyak makan es krimnya," Peringatan dari Zara.

Anissa memelas memandang Al-Fath,"Posesif banget ya," Ledeknya pada Zara."Liat calon bunda kamu, cerewet banget ya." Anissa tertawa terbahak mendengar ledekan Al-Fath untuk Zara.

Zara hanya menggeleng, bisa-bisa Anissa akan ketularan virus usilnya Al-Fath, jika mereka terus dibiarkan bersama.

"Za!"

Panggil Adam saat dia merapikan alat-alat menggambar yang ia gunakan tadi bersama Anissa."Ya!"

Adam duduk di sofa tepat pada samping kiri Zara,"Maaf," cicit Adam.

"Kenapa minta maaf?"

"Maaf selama ini aku tidak mengetahui perasaanmu," jelas Adam.

Deg!

Zara mengerjapkan mata, lidahnya kelu. Dia sudah kesal pada Al-Fath, pasti Adam mengetahui rahasia tentang ia menyukai Adam dari abangnya yang super usil itu.

"Bukankah itu masa lalu." Zara menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya."Ini buktinya, ibu sudah menyematkan disini."

Adam tersenyum,"Zara!" Panggilnya lagi membuat Zara kembali menengok kearahnya,"je t'aime." (aku mencintaimu)

Pipi Zara bersemu memerah mendengarkan pengakuan Adam,"Moi Aussi."(Aku juga)
Zara merasa malu dengan apa yang ia baru katakan.

Kebahagiaan Zara tak berselang lama saat ia mengingat perkataan Della tempo hari. Seakan perkataan yang diucapkan Della adalah sebuah pernyataan yang bisa saja terjadi suatu hari nanti.

"Kenapa, murung begitu?"

"Oh tidak hanya saja, ada beberapa hal yang aku pikirkan." Zara melanjutkan kegiatannya merapikan barang-barang yang berserakan.

"Jangan memanjakan Anissa, aku takut kamu kelelahan karena bermain dengan dia." Kata Adam sembari membantu Zara merapikan meja, yang penuh dengan alat tulis.

"Tidak, aku tidak lelah. Anissa anak yang sangat menyenangkan dia tidak nakal. Jangan khawatir," Kilah Zara.

"Terima Kasih."

Zara menatap Adam lekat.

"Terima kasih, sudah mau menjadi sosok ibu bagi Anissa. Dia banyak berubah setelah mengenal kamu
Sebelumnya Anissa hanyalah anak berusia lima tahun yang kesepian, dia sudah lama merindukan kehadiran ibunya." Adam tersenyum kecut mengingat putrinya yang dulu selalu berbicara menanyakan dimana keberadaan ibunya.

"Jangan berterima kasih seperti itu. Aku sudah menganggap dia seperti putri kandungku sendiri, Mas."

"Mas?"

Zara tersipu malu saat mendengar Adam, menirukan dirinya memanggilnya dengan sebutan mas. Zara mengulum senyum,"Bukankah lebih baik begitu, kupikir tidak sopan memanggil hanya dengan nama."  Zara menautkan kedua tangan saat mengungkapkan alasan mengenai panggilan baru untuk Adam.

"Baru sadar? heh!" Sindir Adam, membuat Zara tertawa geli. "Baiklah jika menurutmu begitu, aku suka."

*****

Udah nepatin janji untuk double up kan

Jangan lupa Vote dan Komen

Selamat membaca
D. Salsabila

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang