🌼Asyhila🌼12

Start from the beginning
                                    

Terdengar suara pintu terkunci dari luar membuat Syhila membulatkan matanya kaget.

"Kak Tasya! Kak, aku mohon buka! A-ak-hiks! Bukaa!" teriak Syhila sesenggukan menggedor pintu kaca buram didepannya.

"Ka-k,..hiks..buka!" teriak Syhila tertahan sambil menggedor-gedor pintu didepannya.

Gadis itu mulai beringsut pelan lalu mencoba berdiri lalu mematikan shower. Setelah itu, ia kembali tertunduk dilantai dengan keadaan basah kuyup.

Memeluk tubuhnya erat berharap agar sedikit menghangat. Wajah yang sudah pucat, bibir yang mulai membiru akibat kedinginan serta badan yang bergemetar membuat Syhila tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu pintu kembali terbuka.

Dari luar seseorang mengendap masuk dengan langkah yang agak terburu-buru. Seseorang itu menutup pintu kamar Syhila pelan lalu menuju kamar mandi.

"Non.. Non Syhila, ini bibi Non." suara yang terdengar sangat pelan. Namun Syhila masih bisa mendengarnya.

Ya, seseorang itu adalah Bi inah. Bi inah sudah melihat kejadian itu dari awal. Maka dari itu pembantu rumah tangga itu langsung bergegas menemui Syhila ketika Tasya sudah keluar.

Pintu terbuka lebar dan memperlihatkan Syhila yang tengah meringkuk kedinginan. Bahkan seluruh tubuh gadis itu bergetar hebat.

"B-bi-i." ujar Syhila terbata dengan suara yang lemah.

"Astaga! Non Syhila, bangun." Bi Inah panik. Lalu memapah pelan tubuh lemah itu. Sebelum itu, Bi Inah sudah terlebih dahulu membawa pakaian Syhila lalu menggantikannya. Bi Inah sengaja memakaikan pakaian tebal dan hangat untuk Syhila

Tubuh Syhila masih bergetar hebat saat dirinya sudah berada di atas kasur. Bi Inah dengan sigap menutupi tubuh Syhila dengan selimut tebal.

"B-bibi," panggil Syhila masih bergetar.

Bi Inah dengan sigap mendekat. "Kenapa Non? Non Syhila butuh sesuatu?" tanya Bi Inah duduk disamping kasur Syhila.

Syhila menggeleng lemah. "Ambilin, jaket itu, Bi?" ujar Syhila pelan sambil menunjuk jaket yang tergeletak di jauh dari mereka.

Hanya mengangguk singkat pembantu itu langsung mengambilnya dan memberikannya kepada Syhila.

"Bibi keluar bentar, ya Non. Mau buatin minum buat Non Syhila." pamit Bi Inah tersenyum. Syhila hanya mengangguk, rasanya masih sangat lemas untuk sekedar berbicara.

Air mata gadis itu seketika langsung lolos. Mendekap jaket yang berada ditangannya air mata gadis itu selalu mengalir. Ia selalu berpikir, apakah yang membuat Tasya sampai sangat membencinya? Atau mungkin kehadirannya memang tidak di butuhkan sama sekali.

Mungkin ia sering mendapat siksaan, tapi baginya ini lah yang paling menyakitkan baginya. Kalau saja tidak ada Bi Inah, mungkin ia sudah mati kedinginan didalam kamar mandi.

Pintu kamar terbuka kembali, buru-buru Syhila menghapus air matanya kasar lalu tersenyum lemah kepada Bi Inah.

"Makasih, Bi." ucap Syhila lembut.

"Sama-sama, Non. Ayo diminum dulu." tutur Bi Inah membantu Syhila meminum teh hangat tersebut.

Segelas teh hangat itu kini tinggal setengah, Syhila merasa sudah agak baikan setelah meminum teh itu. Dan tak lupa juga tubuhnya yang di oleskan minyak kayu putih oleh Bi Inah.

ASYHILA(COMPLETED)Where stories live. Discover now