Prolog

7.3K 224 2
                                    

"Bagaimana? Apakah sudah siap semua.." para wanita yang berada didalam ruangan mini itu dengan raut bahagia tersenyum menganggukkan kepala dengan menoleh pada wanita tua yang sedang menggandeng seorang anak kecil disisinya.

"Ara. Kau baik-baik saja, sayang?" tanyanya lembut mengusap bulir keringat yang menetes pelan dipipi anak gadisnya.

"Aku baik saja Mom. Kau tak usah khawatirkan aku. Aku..aku hanya gugup saja, hehe." ucapnya dengan senyuman manis dibibir nya.

"Hana, kamu bersama nenek dulu ya sayang.." ucap seorang gadis dengan gaun putih indahnya bersimpuh didepan seorang anak kecil bermata hijau menatapnya polos lalu perlahan ragu menganggukkan kepalanya.

"Kau siap?"

"Yeah! I'm ready...!" teriaknya dan lalu ia tertawa kecil disambut dengan tawa yang lainnya.

Ara Sugestianogoro Wijaya. Tak menyangka kisah cintanya akan berakhir penuh bahagia seperti ini, awal yang mempertemukan ia dengan sesosok lelaki idaman pun akhirnya penuh happy ending.

Namun, siapa sangka dibalik pintu, dibalik tawa bahagia semua orang, dibalik senyum manisnya, dibalik gaun putihnya, dan dibalik doa penuh harapan nya. Kekecewaan dan sakit hati ia rasakan tak terhalang saat air matanya jatuh menderai mengarungi suasana yang megah penuh dengan semua orang yang menatapnya sedih..dan kasihan.

"Kenapa dia meninggalkan aku ... kenapa tiba-tiba Kiy.." lirihnya penuh rasa hancur. Ara mendudukkan dirinya dikursi kamar menangisi dirinya, menangisi kisah cintanya, menangisi pria-nya yang tiba-tiba meninggalkan nya. Meninggalkan pernikahan mereka.

"Ara?"

"Aku malu..semua orang sekarang mengejekku. Aku-aku harus apa. Kiy, haruskah aku mengakhiri hidupku saja." temannya itu seketika melototkan kedua bola matanya dan menatap tajam pada Ara.

"Apa kau gila! Hei, dengarkan aku Ara. Bukan hanya dia laki-laki yang ada didunia ini, masih banyak yang lainnya. Yang berhak bersamamu dan membahagiakan kamu. Dan kau sekarang sudah hilang akal hendak bunuh diri, kau tak kasihan pada Hana. Dia masih kecil, masih terlalu dini untuknya kehilangan dirimu dan juga pria brengsek itu. Yahh meskipun ia sudah kehilangan ayahnya. Dan kau pun hendak meninggalkan ia, ibu macam apa kau ini." Ara tersentak mendengar ungkapan sesal Kiya padanya. Ara pun tak menyangka ia bisa mengatakan kata-kata seperti itu. Mengakhiri hidupnya, Ara menyesal telah mengatakan itu.

"Maafkan aku Kiy. Aku sadar sekarang, aku masih memiliki Hana. Aku tak mau ia juga sedih sama seperti aku." Kiya mengangguk dan bergerak memeluk Ara. Kiya berjanji akan menjaga temannya itu dan juga Hana yang sudah ia anggap sebagai keponakan nya.

"Ini baru Ara yang aku kenal. Kuat dan pantang menyerah." Ara tersenyum kecil, mendengar pujian Kiya.

"Tapi Kiya ... bagaimana aku menjelaskan tentang dia pada Hana."

"Tenang saja. Aku akan membantumu, Ara. Kita tunggu Hana berusia 10 tahun baru kita beritahu ia. Sekarang pun untuk kita menjelaskan diusia nya yang masih 3 tahun, ia tak akan mengerti jelas." Ara menarik nafasnya dan menganggukkan kepalanya.

Ara menatap keluar jendela kamarnya yang terbuka, cuaca diluar nampak mendung dan sebentar lagi akan turun hujan. Ia sekali lagi merasa ini hanyalah sebuah mimpi dimalam hari sebelumnya, mimpi buruk yang tak akan pernah ia lupakan. Mimpi yang nyata, bukan mimpi tapi memang kenyataan.

"Regan...."

FOREVER MY WIFE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang