Pulih

10.9K 351 202
                                    

Lingkungan ini tampak begitu berbeda padahal sudah dua tahun lamanya aku menghabiskan hari-hariku di sini. Lingkungannya tetap sama yang berbeda adalah suasananya. Iya, suasananya sepi karena tanpa kamu yang sudah jauh dan tak ada kabar lagi.

Hari ini adalah hari pertamaku di sekolah tanpa Irwan. Semua orang menanyakan kemana dirinya. Ternyata ia hanya pamit kepadaku. Bahkan mungkin Devo dan Reandra belum tahu sampai saat ini jika saja aku tak bertanya kebenaran akan kepindahan Irwan pada mereka.

Ya, Irwan benar-benar pindah sekolah. Devo telah menanyakan alasannya pada Bang Iko. Memang benar, Irwan harus pindah karena tak ada yang menjaga neneknya.

Seminggu lamanya aku selalu menangis sebelum tidur. Juga sempat demam beberapa hari. Dan sejak hari di mana Irwan pamit padaku, ia sama sekali tak ada mengirimiku pesan sedikit, sesingkat apapun. Devo sempat mengatakan bahwa aku sedang demam pada Irwan, namun tak ada pesan langsung dari Irwan untukku. Malah ketika aku membaca isi percakapan Devo dan Irwan, Irwan meminta Devo untuk menyuruhku segera melupakannya.
 
Irwan tampak asing sejak saat itu.

Merasa kecewa, aku juga tak mau mengirimkan pesan padanya meskipun aku rindu dan sangat kehilangan dirinya. Aku tak memblokir sosial medianya, namun memilih membisukan setiap story akun media sosialnya.

Selama delapan hari, Devo, Reandra, dan Tina selalu berkunjung ke rumahku guna untuk menghibur supaya aku tak merasa kesepian.

Namun, hari berikutnya hanya ada Devo seorang yang selalu ada. Tina harus pulang kampung sedangkan Reandra harus ikut berlibur bersama keluarganya. Reandra tak bisa menolak karena ibunya tak percaya jika ia tinggal sendirian. Devo sendiri menolak untuk ikut pulang kampung dengan alasan tak mau aku bosan dan sendirian karena aku juga tidak pergi ke mana selama liburan sebab pekerjaan ayah sedang banyak.

Devo mengajakku bermain game, pergi ke pantai, ke mall, mendaki gunung bersama komunitasnya bahkan Devo memaksaku untuk mengajarinya karena ia ingin menjadi seorang dokter. Aku hanya iya-iya saja karena tidak mau bosan dan malah berakhir mengingat Irwan. 

“Binder, woi!”

Aku terkejut ketika seseorang berteriak tepat di depanku.

“Apasih, Dev!” sewotku pada Devo yang selalu jahil, tak pernah berubah.

“Ini udah jam istirahat, kamu gak ke kantin? Gak laper gitu?” tanyanya sambil menutup novel yang dari tadi kupegang namun kutinggal melamun.

“Ga laper. Jangan ganggu aku dulu, pergi gih. Main bola kek, voli, basket apalah sana,” usirku.

“Jangan melamun, aku gamau kamu kepikiran sama Irwan lagi. Aku gamau kamu gak ceria lagi,” aku tertawa mendengar ucapan Devo.

“Wajar kali Dev aku masih suka kepikiran sama Irwan. kami selesai saja belum genap sebulan, bagaimana aku bisa lupain dia yang sudah nemenin aku selama empat tahun, yakan?”

“Iya Bindella, tapi aku cuma gamau kamu patah hati terus lebay deh. Upss!” ledek Devo. Aku sudah siap menyumpal mulutnya dengan sampah namun ia sudah pergi.

“KAMPRET!!!”

•••

Hari berganti hari, aku semakin lebih terbiasa tanpa Irwan dan mengikhlaskan Irwan. Aku tetap menyibukkan diri dengan buku-buku tebal berbau Saintek, terkadang jika sudah lelah aku bermain game, atau pergi ke cafe sendirian. Juga kadang-kadang di temani Devo atau Tina.

Dan tanpa diketahui siapapun, aku nyaman dengan seseorang yang mungkin tak dapat ditebak oleh siapapun. Dia selalu ada, peduli, dan berusaha membuatku bisa melupakan Irwan secara perlahan. Caranya terkesan menyebalkan namun, itulah yang membuatku jatuh perlahan.

 
•••

Mantan Kok Romantis [COMPLETED]Where stories live. Discover now