Sedang Berada Pada Panggilan Lain

11.6K 409 189
                                    

Aku tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar dari tadi. Konsentrasi yang hampir terbentuk selalu pecah akibat Irwan. Bukan fisik laki-laki itu yang menggangguku secara langsung. Bukan juga karena chat laki-laki itu. Tapi, karena aku memikirkan keadaan laki-laki itu. Keadaan perasaan Irwan, lebih tepatnya.

Apakah dia percaya dengan ucapan Devo tentang aku pergi dengan Arson. Ah, apa iya Irwan cemburu pada Arson?

Apakah dia masih begitu marah?

Apakah dia tetap mengirimkan aku pesan?

Atau bahkan sekarang dia mulai mengirimi cewek lain pesan?

Bodo amat, satu hari enggak belajar gak membuat semua yang pernah kupelajari hilang begitu saja! Aku meninggalkan meja belajar dan segera meraih ponselku yang dari tadi ku-charge. Tanpa ragu-ragu aku segera memilih aplikasi chat berwarna hijau berlogo telepon di tengahnya.

"Kok enggak ada?!" kataku dengan suara sedikit keras dari biasanya. Aku terkejut. Bagaimana tidak terkejut, roomchat-ku dan Irwan masih seperti kemarin. Tidak ada pesan baru dari cowok itu padahal sekarang dia lagi online, jahat banget!

Aku tidak mengirimkan Irwan pesan. Aku memilih menunggu lelaki itu yang mengawali. Aku yakin, Irwan pasti nge-chat aku sekedar ngirim 'belajar jangan online mulu' gitu kalau aku online. Aku yakin banget.

•••

Sudah satu jam aku online dan sudah tiga puluh menit aku memandangi roomchat-ku dengan Irwan yang masih berisi dengan chatting-an kami kemarin. Ya, ia sama sekali belum mengirimkanku pesan 'belajar jangan online mulu' dan sekarang aku baru saja selesai mengetik beberapa kalimat baru setelah kuhapus lalu ketik dari tadi.

Me

Wan, maafin aku. Aku tadi becanda suer. Dan yg dibilang devo itu ga btul. Ngapai jg aku pergi sama arson. Wan, aku becanda ih. Aku gabisa didiamin gini loh


Aku mengelik 'send' dengan tutup mata. Entah apa gunanya, padahal aku sudah tau di mana letak tombol itu dan aku juga sudah tau itu akan terkirim untuk Irwan.

Satu menit, belum dibaca dan centangnya langsung dua berwarna abu-abu.

Dua menit, belum dibaca dan centang dua masih berwarna abu-abu.

Tiga menit, masih belum dibaca dan centang dua juga masih berwarna abu-abu.

Empat menit, masih juga belum dibaca dan centang dua dan masih juga berwarna abu-abu.

Lima menit, belum dibaca dan centang dua dan masih stay di warna abu-abu.

"Irwan ngapain sih? Chat sama cewek lain ya? Apa main game?" akhirnya aku menerka-nerka apa yang sedang dilakukan Irwan di sana.

"Apa lagi mabar sama cewek gamers ya?"

"Gak Bin. Positive thinking aja kalau Irwan lagi belajar terus lupa matiin WiFi hapenya," aku mencoba menyemangati diriku sendiri walau disemangati oleh Irwan itu lebih ampuh dan menyenangkan, tapikan lagi enggak kayak biasanya.

Tapi, lagi-lagi pikiran-pikiran buruk bahwa Irwan sedang bersama gadis lain hadir lagi.

Aku mengelik nama Irwan, kemudian memilih logo telepon di atas kanan. Dengan ragu-ragu aku mengeliknya dan ... Operator memberitahukan bahwa Irwan sedang berada pada panggilan lain!

Ponselku jatuh seperti apa yang terjadi di sinetron saat mendapatkan kabar buruk dari penelepon. Terlihat dramatis, tapi itulah yang terjadi juga.

Air mataku mulai keluar dan berjatuhan.

Aku benar-benar terlihat bodoh ya? Menangisi seseorang yang di balik sana mungkin sedang bertelponan dengan gadis lain, sedang chatting dengan gadis lain atau sedang mabar dengan gadis lain. Hahah, harusnya aku gak cemburu! seseorang itu hanya mantanku.

•••

Aku melirik ke jam dinding Doraemon yang tergantung dengan indah di atas meja belajarku. Ternyata, baru pukul tiga pagi.

Karena menangis hingga tertidur, mataku menjadi sembab dan merah, air mataku kering di pipi dan di baju tidurku.

Aku meraih ponsel yang tergeletak dengan mengenaskan di samping ranjangku. Ah, malang sekali nasibmu ponselku. Dengan segera aku membuka aplikasi berwarna hijau, tempat di mana katanya aman buat celingkuh. Aku hendak melihat apakah ada sebuah pesan dari Irwan, ah rasanya aku terlalu berharap.

Kan, benar! Aku terlalu berharap. Tidak ada pesan dari Irwan dan pesan yang kukirim hanya dibaca olehnya.

Ingin rasanya untuk menangis lagi. Tapi, rasanya juga sulit. Sepertinya aku memasuki keadaan di mana sedih dan ingin menangis tapi seperti tertahan di dalam hati. Sakit bikin sesak.

Tiba-tiba beberapa kalimat menari-nari di otakku. Aku segera menggerakkan jari-jariku untuk mengetik di layar ponselku di dalam roomchat-ku dengan Irwan.

Sebelum ada niat untuk merubah kata-kata itu, aku segera mengelik tombol 'send'.

Me

Kenapa kayak gini? Wan? Jgm2 kamu nyalahin aku kek gini karna ada orang lain di hati kmu. Jgn2 kau nunggu waktu yang pas buat ninggalin aku, terus jadi akulah yang salah. Wan, kalopun ada seseorang yang udah gantiin aku, bilang langsung aja. Jangan kayak gini, aku hancur


Aku ke luar dari roomchat kami, lalu mengelik foto profil lelaki yang sudah berhasil membuatku menjadi bucin untuk pertama kalinya.

Foto profilnya masih sama, foto kaki kananku dan kaki kirinya. Aku mengenakan sandalnya dan ia juga sama sehingga terlihat seperti sepasang kaki yang berbeda. Ya, berbeda. Kakiku yang putih sedangkan ia sawo matang.

Tidak mau dibuat semakin penasaran kenapa Irwan belum menggantinya, aku segera mengembalikan foto profil.

Ceklisnya sudah menjadi dua, warna biru pula! Dan sekarang sedang mengetik!

Dag-dig-dug serrrr

Jujur, aku takut apa yang akan dikatakan Irwan, kata-kalimat apa yang akan menjadi pilihannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung ke luar dari aplikasi itu dan hendak mematikan data seluler ponselku tapi jodoh emang enggak kemana, tiba-tiba muncul notifikasi bahwa Irwan sudah membalas chat-ku.

Aku langsung menekan tombol power. Dengan seketika layar ponsel itu berubah jadi hitam. Ya iyalah, 'kan yang ditekan tombol power bukan tombol volume.

'Dia bilang apaan ya?'

'Dan ngapain jam segini masih bangun?'

'Jangan bilang dia chat sama yang lain?'

'Atau dia baru selesai telfonan tadi?'

'Bodo amat ah!'

Aku menekan tombol power lagi agar layar ponselku kembali aktif. Setelah menyamakan  pola sesuai yang sudah kuatur, aku kembali membuka aplikasi hijau tadi. Dan dengan tutup mata aku mengelik orang pertama, siapa lagi kalau bukan dia Si Mantan.

•••

Mantan Kok Romantis [COMPLETED]Where stories live. Discover now