Terngiang-ngiang

9.2K 361 182
                                    

Semoga kamu yang sekarang bahagia bersamaku adalah orang yang akan kulihat setiap bangun tidur nanti.

•••

Gue gak tahu kenapa gue bisa senekat itu. Gue nyium Bin, Bindella, mantan gue itu! Iya pipi doang, tapi menurut gue itu udah terlalu jauh. Gue sama Bin masih kelas XI. Fokus kita masih belajar, belajar, belajar dan game. Ah, gue doang yang game. Kalau Bin, belajar, belajar dan belajar. Gue gatau kenapa bisa langsung nyium pipi dia, serius gue gak sengaja.

"Arg!" gue memukul stik PS yang gue pegang.

"Kenapa lo?" Devo. Ya, Devo dan Reandra lagi bareng gue, di rumah. Mereka mau nginap, udah biasa sih kita nginap di rumah gue kalau malming.

"Ga kenapa," ujar gue bohong. Malas jujur ke kedua manusia ini, mulutnya pasti bakal gak segan-segan ngebully gue.

"Lu aja yang main, gue ada kerjaan," alibi gue. Gue udah gak mood. Gue khawatir sama Bin, gue takut dia marah.

"Bilang aja mau nelpon mantan," Nah, si Devo ngingetin gue mulu kalau gue sama Bin udah mantan.

"Terus? Elo cemburu?" tanya gue karena kesal padanya.

"Udah tidur lo, jam dua belas nih," kata Reandra yang asik dengan game online-nya.

"Lo aja. Gue mau nelpon!" ujar gue sambil meraih ponsel yang tergeletak di kasur.

Gue menekan nama teratas, Bin. Gue enggak yakin dia masih bangun, pasti udah di alam mimpi. Tapi, ternyata ...

'Halo? Kenapa? Ada apa?' Eh ternyata belum, dia masih semangat '45. Tumben dia belum tidur jam segini.

"Kenapa masih bangun?"

‘Aku gak bisa tidur. Masih ingat yang tadi.’

Gue jalan ke balkon, gak mau dua curut itu nguping.

"Yang mana? Kalo yang canggung itu, sorry banget Bin, aku gak sengaja," jelas gue.

'Jangan ingatin! Aku malu!' Ujarnya sambil tertawa.

"Maaf ya, aku takut banget kamu marah,"

‘Udah dibilang gausah diingatin! Aku malu.’

"Tidur gih, nanti kamu sakit."

Aku mau bilang sesuatu, boleh gak?' Gue deg-degan. Dia mau ngomong apaan? Gue takut dia ngomong yang enggak-enggak.

"Apa?" tanya gue ragu banget. Takut dia mutusin yang gak-gak.

‘Tadi ke sekolah bareng Chika ya? Tahu dari mana dia?’

"Ka-kamu tahu dari mana?"

'Iya atau gak?'

"Iya, dia minta nebeng."

‘Gatau kenapa, aku paling takut kamu dekat sama Chika. Aku masih trauma, aku takut dia bakal ambil kamu, kayak dulu dia ambil Devo dari aku.’ Inilah yang gue takutin, ketakutan Bin yang sebenernya berlebihan.

"Itu yang terakhir. Aku janji ga bakal berhubungan tentang apapun sama si Chika. Kita gak ada apa-apa," ujar gue mencoba ngejelasin apa yang ada di otak gue. Lagipula gue sama si Chika memang gak ada apa-apa.

Aku harap kamu gak bohong. Aku benar-benar takut kehilangan kamu, gak tahu kalo kamu.' Ya, gue juga takut kehilangan lo Bindella-ku. Kalau gak takut, ngapain gue jadi lebay.

"Udahlah, tenang aja. Aku bakal jaga hati," entahlah, gue masih malu mau bilang kalau gue juga takut kehilangan dia.

‘Aku tidur ya. Jangan lama-lama begadangnya. Emm-- i love you.’ Gue diam. Gak tahu mau bilang apa. Gue malu bilang i love you too belakangan ini. Padahal, gue sayang, cinta banget ke dia.

Mantan Kok Romantis [COMPLETED]Kde žijí příběhy. Začni objevovat