#14 Last Night

930 75 51
                                    

Garasi keluarga Handoko malam ini dipenuhi motor besi dengan harga tak kalah bergengsi. Jangan lupakan vespa biru milik Farel yang menyempil di antaranya.

Alvaro menarik turun knop pintu kamarnya yang mendadak menjadi riuh karena kehadiran Alexis. Ingin sekali Alvaro mengumpat. Tapi apa daya mereka hadir karena undangannya dan umpatan-umpatan yang hendak melesat keluar itu kembali diurungkannya.

Alvaro menyeret tungkai kaki menuju ranjang berukuran king size itu tanpa dihiraukan rekannya yang tengah asyik sendiri.

Alvaro menyeret tungkai kaki menuju ranjang berukuran king size itu tanpa dihiraukan rekannya yang tengah asyik sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas malam ini mau tidak mau menjadi partner Kevin dalam sebuah permainan tinju. Entah Kevin habis bermimpi apa semalam yang jelas seharian penuh ini pria itu sama sekali tidak membelai keenam dawai gitar tersayangnya.

Bugh....

Sarung tinju berwarna hitam legam menghantam tulang pipi kanan milik Kevin. Terasa tak seberapa untuk merobohkannya.

"Segitu doang lo bisanya, Gas? Makan nih!" Kevin mengayunkannya tepat di rahang atas seorang Bagas. Pria yang tersungkur lemah itu hanya tertawa renyah.

Bugh....

Bugh....

"Dah berapa jam mereka kayak gitu, Rel?" Tanya Alvaro pada Farel yang duduk di meja belajar milik Alvaro. Meja tanpa buku tentunya.

"Udah satu jam tuh dua monyet begituan!" Jawab Farel frustasi.

Tepat sudah satu jam mereka bergulat dengan sarung besar melilit tangan yang kekar. Farel yang hanya menjadi penonton sejak tadi mulai merasa bosan. Tak ada gunanya melatih otot dengan itu, satu jam yang terbuang percuma, pasalnya tak ada satu pun lebam yang menghiasi tubuh Bagas maupun Kevin.

Farel Ghifari beranjak dari kursi nyamannya berniat menyudahi permainan konyol milik Bagas dan Kevin.

"Elah, dasar Si Bambang! Rese lo! Dikit lagi menang nih gue," rengek Bagas.

"Kalau mau ikutan bilang aja Rel," timpal Kevin.

"Nonjok pakai stick PS aja bangga lo kampret!" Murka Farel yang sejak tadi tak pernah diajak main. Terlalu frustasi akhirnya Farel mencabut secara paksa kabel TV beserta PS laknat yang menancap cukup dalam itu.

Tak heran memang lebam dan memar yang dinantikan Farel tidak pernah menampakkan diri di tubuh mereka yang hanya beradu tinju di dalam sebuah permainan playstation.

"Cie ngambek..." ledek Bagas dan Kevin serempak.

"Al telpon Kenzio sih. Suruh cepetan dateng," sahut Farel kini menuli pada dua sejoli tadi.

"Hmm... oke," jawab Al dengan mengangguk pelan.

Farel kembali duduk di singgahsananya. Mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang membuat Alvaro penasaran dan sedikit curiga.

QueenshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang