20. important meeting

Começar do início
                                    

Ucapan Mark tidak membuat Kiera tenang sama sekali. Malah kini muka Kiera memanas dan memerah.


"Mark...," ujar Kiera, tidak tau lagi harus berbicara apa kepada Mark.


Kiera malah merasakan tangan Mark yang satu lagi bergerak menggenggam tangan kanannya.


"Nggak usah nervous gitu. Orangtuaku nggak gigit kok," kata Mark sambil tersenyum geli.


"Bisa-bisanya bercanda pas aku lagi panik gini," delik Kiera kesal.


Senyuman Mark malah bertambah lebar. Ia terkekeh pelan, sebelum menatap Kiera dalam.


"Gak perlu panik, Kak. You'll be fine. Trust me, they'll like you as much as I do."


"And how would you know that?"


"I just know," jawab Mark singkat. Kemudian Mark menarik Kiera pelan untuk kembali berjalan di sampingnya. "Yuk! Mereka udah gak sabar pengen ketemu."


Sepanjang jalan menuju restoran, Kiera hanya bisa berdoa dan mencoba menenangkan dirinya. Tidak lama kemudian, mereka memasuki sebuah restoran dimana keluarga Mark berada.


Setelah Mark menyebutkan sebuah nama kepada waitress yang ada disana, mereka berdua diarahkan ke sebuah meja yang terletak agak jauh dari pintu restoran. Mark masih saja menggenggam tangannya, sedangkan Kiera sudah mencoba melepaskan tautan tangan mereka berkali-kali. Namun selalu saja gagal.


Di sinilah mereka, berdiri dengan tangan yang masih bertaut di depan Shelby, Harris, dan kedua orang lain yang sedang tersenyum ke arah mereka, yang Kiera yakini adalah kedua orangtua Mark.


"Ma, Pa, ini Kiera," ujar Mark singkat.


Kiera dengan sigap menghampiri kedua orangtua Mark untuk mencium tangan mereka.


"Halo, sayang. Ketemu juga akhirnya kita," jawab sosok keibuan yang ada di depannya setelah ia mencium tangan kedua orangtua Mark, juga bersalaman dengan Shelby dan Harris.


"Iya, Tante," jawab Kiera dengan senyumannya yang canggung setelah duduk di samping Mark. "Maaf banget jadi nunggu lama gara-gara Mark harus jemput Kiera dulu ke kantor."


"Santai lah, Ki. Kita juga baru sampe, kok," suara Shelby menjawab pertanyaannya, yang lantas disetujui oleh Ibu Mark.


"Mark, Kiera, ayo kalian pesan makanan dulu. Kita udah pesan semua. Tinggal kalian," ujar Ayah Mark.


Setelah memesan makanan, mereka semua kembali mengobrol sambil menunggu makanan dihidangkan. Hingga akhirnya sesi yang Kiera takutkan datang. Mamanya mulai menginterogasi ia dan Mark.


"Kalian kenal dimana sebelumnya?," tanya Ibu Mark. Walau wajahnya berseri-seri, Kiera tetap takut salah jawab. God, rasanya bahkan lebih menegangkan dari saat ia ditanya oleh dosen penguji di sidang skripsinya dulu.


"Kiera dulu satu kampus sama Mark, Tante. Terus ketemu lagi pas Kiera udah kerja di Jakarta," jawab Kiera seadanya, masih belum mau menjelaskan secara detail, kecuali jika Ibunya Mark kembali melemparkan pertanyaan lain kepadanya.


"Oh, kalian satu tingkat? Satu jurusan juga?," tanya Ayah Mark, membuat tangan Kiera bergerak memegang baju bagian lengan milik Mark di bawah meja.


Mark yang menyadari itu hanya terkekeh pelan dan mengambil alih. "Kita satu jurusan, tapi nggak satu tingkat. Kiera kakak tingkatku di kampus, Pa."


retrouvaillesOnde histórias criam vida. Descubra agora