20. important meeting

3.5K 482 60
                                    

Seperti sudah menjadi kebiasaan, malam itu Mark menjemput Kiera setelah pulang kerja. Hari itu adalah hari Jumat, dua hari sebelum pernikahan Shelby diadakan. Mark meminta Kiera untuk menemaninya mencari hadiah untuk pernikahan Shelby dan Harris.


"Kamu udah tau mau beliin apa buat Kak Shelby?," tanya Kiera kepada Mark sesaat mereka memasuki area mall pilihan Mark.


Mark terlihat berpikir, sementara Kiera masih memperhatikan Mark, menunggunya menjawab pertanyaan.


"Sebenernya aku udah punya satu hadiah buat Shelby sama Bang Harris," jawab Mark menggantung.


"Loh berarti udah ada dong kadonya?," tanya Kiera bingung.


"Berarti ini sekarang kamu yang nganterin aku nyari kado buat Kak Shelby," lanjut Kiera sambil terkekeh.


"Kadoku biasa banget," keluh Mark. "Cuma foto Shelby sama Bang Harris berdua di Ubud. Waktu itu aku dipaksa mereka buat ikut liburan. Tau banget pasti bakal dijadiin fotografer doang. Tapi untungnya aku jadi bisa nyetak foto mereka. Aku cetak gede-gede biar bisa dipajang di rumah baru mereka."


Kiera terkekeh lagi melihat wajah Mark yang cemberut saat bercerita. "Jadi sekarang kamu maunya kita kemana dulu?"


"Eh aku lupa bilang, kita makan dulu ya? Sama Mama, Papa, dan Shelby. Mereka udah nunggu disini. Makan malam di luar sama Shelby terakhir, sebelum dia jadi istri orang," jawab Mark terlalu santai.


Seketika Kiera merasakan jantungnya berhenti berdetak mendengar ucapan Mark. Secara refleks, ia menghentikan langkahnya dan menatap Mark tidak percaya. Mark yang menyadari bahwa Kiera menghentikan langkahnya pun berbalik ke belakang.


"Kok berhenti? Kenapa?," Mark menyadari wajah Kiera yang memucat.


Perasaan Kiera campur aduk sekarang. Ia kesal karena Mark tidak memberitahunya kalau mereka akan menemui keluarga Mark. Lalu ia juga tegang, tidak tahu harus melakukan apa. Bagaimanapun ini adalah pertama kalinya ia berpacaran. Otomatis ini juga pertama kalinya ia akan makan dengan keluarga pacarnya. Kemudian ia juga takut. Ia takut akan reaksi kedua orangtua Mark jika mengetahui ia lebih tua dari Mark.


Kiera mencoba menenangkan dirinya dari rasa kesalnya, sebelum menatap Mark. "Kamu kok nggak ngomong sih kita mau ketemu orangtua kamu?"


"Loh tadi kan aku udah bilang," jawab Mark polos.


"Maksud aku nggak ngedadak kaya gini, Mark. Kamu nyadar kan kamu mau bawa aku ketemu orangtuamu."


Kiera masih mencoba menahan dirinya. Walaupun sejujurnya ia sangat panik. Bagaimana bisa Mark membawanya bertemu orangtuanya, di saat ia baru pulang dari kantor, dengan baju dan make-up yang sudah lusuh. Belum lagi ia tidak membawa apa-apa sekarang untuk ia berikan kepada orangtua Mark, meskipun ia bukan bertamu ke rumah orangtua Mark.


"Nyadar kok. Seratus persen sadar. Dan aku nggak ngeliat ada yang salah dengan itu," balas Mark yang masih bingung dengan reaksi Kiera.


Kiera rasanya ingin mengumpat ketidakpekaan Mark terhadap situasi ini. Tangannya sudah dingin karena gugup. Ia bersumpah rasanya ia ingin kabur ke apartemennya saat itu juga.


"Kalau kamu bilang, aku pasti bisa nyiapin diri dulu, Mark. Kamu gak liat aku selusuh apa pulang ngantor? Apa kata orangtua kamu nanti kalau liat aku yang lusuh kaya gini," ucap Kiera penuh rasa panik. Senyuman Mark mulai terbit melihat kepanikan Kiera.


"Kenapa malah senyum-senyum coba?," protes Kiera lagi.


"Lusuh apanya sih, Kak? Masih cantik loh ini," ujar Mark sambil menggapai tangan kiri Kiera, menggenggamnya sambil mengusapnya dengan ibu jarinya.


retrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang