3. second meeting

4.5K 624 38
                                    

Terlalu larut dalam pikiran di malam hari bukanlah hal yang baik untuk Kiera. Buktinya ia sekarang sedang berlari-lari kewalahan dari basement menuju ke lift yang akan membawanya ke kantornya yang berada di lantai dua puluh lima. Kiera merutuki kebodohannya yang membuatnya tidak bisa mendengar suara alarm di pagi hari.




Untung saja lift saat itu sedang turun menuju basement, sehingga Kiera tidak perlu menunggu lama. Naik tangga menuju kantornya adalah ide buruk. Kiera tidak yakin ia masih bisa sadar sampai kantornya jika ia harus naik tangga. Lebih baik ia pulang daripada harus melakukannya.




"Kemana aja sih lo, Ki?! Gue telepon berkali-kali gak diangkat sama sekali?," amukan Jennie adalah hal yang ia dengar ketika ia menginjakkan kakinya di ruangan.




Lagi, Kiera merutuki kebodohannya yang tidak mengecek handphone-nya sama sekali sejak ia bangun.




"Duh, Jen, sorry banget sumpah! Gue kesiangan tadi. Gue gak ngecek hp sama sekali," balas Kiera sambil mencoba mengatur napasnya setelah berlarian seperti maniak menuju kantornya.




"Kenapa bisa sih?! Gak biasanya lo telat tau gak," ucap Jennie masih dengan nada yang tinggi. Jennie yang khawatir kadang memang lebih seram daripada orangtuanya.




"Alarm gak kedengeran, Jen," jawab Kiera sambil tersenyum meringis. Well, tidak mungkin kan Kiera bilang bahwa ia begadang karena otaknya tiba-tiba melakukan throwback ke masa perkuliahannya. Lebih tepatnya throwback kepada sosok Mark. Meskipun Jennie mengetahui bahwa ia pernah mengagumi Mark.




Hampir saja Jennie melanjutkan omelannya kepada Kiera. Kiera harus berterimakasih kepada siapapun orang yang menelepon Jennie di pagi hari, sehingga membuat Jennie mau tidak mau menghentikan omelannya karena harus berbicara kepada siapapun itu.




Setelah selesai mengatur napas, Kiera mengeluarkan MacBook-nya sebagaimana biasanya. Sambil menunggu gadget tersebut menyala, Kiera mengeluarkan handphone-nya dan memeriksa notifikasi.




7 missed call from Jennie




Dasar protektif, kekeh Kiera dalam hati.




Namun kekehannya terhenti saat ia melihat notifikasi dibawahnya. Matanya terbelalak melihat satu pesan, siapa lagi jika bukan dari objek pemikirannya tadi malam.




Mark Delano

|Kak Kiera?




Kegugupannya datang kembali, hanya karena satu pesan singkat yang bahkan bisa saja tidak ada artinya. Kiera kelabakan, tidak tau harus berbuat apa. Ia membalikkan handphone-nya ke meja, tidak menyadari bahwa tindakannya menghasilkan suara bantingan yang cukup keras.




Bersamaan dengan itu, Jennie yang baru saja menyelesaikan teleponnya menatap Kiera aneh.




"Sumpah lo kenapa sih, Ki? Udah telat, sekarang banting-banting hp lagi?," tanya Jennie mengintrogasi.




Lagi-lagi Kiera hanya bisa merutuki kebodohannya. Ia terlalu gugup untuk membalas pesan Mark dan mencoba melupakannya dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaannya.




|retrouvailles|




Malam itu Jennie memaksa Kiera untuk ikut bersamanya dan Daniel makan malam. Menurut Jennie, alasannya karena Daniel baru mendapatkan komisi dari proyek yang dikerjakannya, dan karena Daniel rindu berkumpul dengan Kiera.




Apakah Jennie cemburu jika Daniel rindu kepada Kiera? No, of course not. Karena, satu, Kiera adalah orang yang menjembatani hubungan Daniel dan Jennie, dan kedua, karena Jennie tau bahwa Daniel sudah tidak menganggap Kiera sebagai perempuan. Konyol memang. Tapi Daniel benar-benar memperlakukan Kiera sebagaimana ia memperlakukan sahabat laki-lakinya.




Jadi disinilah mereka bertiga, duduk di dalam sebuah restoran makanan khas Italia sambil menunggu pelayan mengantarkan makanan yang mereka pesan.




"Ki, lo harus kenal sama partner kerja gue. Namanya Stefan. Asik deh anaknya," ujar Daniel sambil menyodorkan foto profile LINE seorang laki-laki. Ternyata ini agenda tersembunyi dibalik kerinduan Daniel. Ia ingin menjodohkan Kiera dengan rekan kerjanya, lagi-lagi.



Kiera hanya bisa menghela napas berat mendengar penuturan Daniel.



"Come on, Ki, give it a try. Gak ada salahnya kan?," ucap Jennie mendukung pacarnya untuk menjodohkan Kiera dengan laki-laki bernama Stefan itu.




"Guys, please! I'll date when I want to. Thanks, tapi gak usah mikirin gue lah," sanggah Kiera tegas.




"Lo udah 24, Kiera. Dan lo gak pernah pacaran seumur hidup lo. Gimana gua gak khawatir?," ucap Jennie dengan mode protektifnya.




"Lo gak kepikiran untuk jadi perawan tua kan, Ki?," celetuk Daniel yang mana dibalas oleh pukulan di bahunya oleh Jennie.




"Aw! Sakit, yang," keluh Daniel sambil mengusap-usap bahunya sendiri. Kiera hanya bisa tertawa melihat kelakuan dua sahabatnya.




Tak lama kemudian makanan pesanan mereka datang berbarengan dengan dering telepon yang terdengar dari handphone Daniel.




"Halo?"

"Oit, masuk aja, bro. Gue udah di dalem."

"Siap, siap. Tar lo tanya aja atas nama Daniel ya."




Kiera mengerutkan keningnya. Entah kenapa ia berpikiran bahwa Daniel senekat itu membawa Stefan untuk makan bersama mereka, dalam rangka mempermulus perjodohannya dengan Kiera. Perasaan tidak nyaman memenuhi dirinya.




"Siapa, Hon?," tanya Jennie menatap Daniel yang ada di sebelahnya.







"Aku janjian ketemu sama Mark disini mau ngobrolin proyekan. Gak apa-apa kan?," ucap Daniel dengan wajah tak berdosa.




"Bang Niel!"




DEG




Rasanya jantung Kiera berhenti saat mendengar suara yang terdengar dari belakangnya.





"Oy, Mark! Sini!," panggil Daniel.




Kiera mendengar langkah kaki Mark yang semakin lama semakin mendekati mereka dari belakang. Muka Kiera memerah menahan gugup, dibarengi dengan keringat dingin yang keluar dari telapak tangannya.




"Hai, Kak Jen," sapa Mark pada Jennie setelah terduduk di satu-satunya kursi yang kosong, di samping Kiera.




"Hai, Mark! Long time no see," ucap Jennie penuh antusias yang dibalas dengan kekehan oleh Mark.




Kemudian Kiera merasakan pandangan Mark beralih ke arahnya. Sedangkan ia masih membeku di tempatnya.










"Hello again, Kak," ucapnya.




|retrouvailles|







Another update!

Hanya karena ide lagi mengalir dengan lancarnya. How was it, guys? Chapter-chapter awal masih tahap intro yaa, santai dulu deh. Btw ini ceritanya emang ringan kok. Gak akan ada konflik yang berlebihan, maybe haha. Let's see!

Lots of love!

retrouvaillesWhere stories live. Discover now