27. welcomed

2.4K 245 123
                                    

Hiya! It's been a while!


|retrouvailles|


Kiera sedang menyiapkan cemilan yang baru disajikan oleh sang Ibu. Sedangkan Anne sedang duduk di ruang tengah yang tersambung dengan dapur, dengan Gian yang terbaring di bouncer pemberian Mark. Bayi itu tertidur saat ia dipangku oleh Kiera. Sementara itu, Mark, Sena, dan Ayahnya kini sedang bersantai di teras depan setelah berhasil menyusun bouncer untuk Gian.

"Kamu sering ketemu sama keluarganya Mark, Ki?" tanya Anne kepada Kiera penasaran.

"Nggak sering juga sih, Kak." Kiera mengangkat piring dan membawanya ke ruang tengah. "Baru beberapa kali."

"Terus keluarganya gimana sama kamu?" tanya Anne lagi.

"Baik. Baik banget malah." jawab Kiera sambil kembali berjalan ke dapur untuk mengambil piring lainnya, kemudian kembali ke ruang tengah diikuti Ibunya. "Mark deket banget sama kedua orangtua dan kakaknya. Bersyukur banget mereka welcome sama aku. Bahkan setelah ketemu sekali, aku langsung dipaksa nginep sama keluarga besarnya sebelum nikahan kakaknya."

"Syukurlah. Bunda kayanya emang ditakdirkan punya besan yang baik-baik deh. Ya nggak, Bun?" canda Anne yang disambut senyuman oleh Ibunya.

"Kakak, apaan sih. Daritadi omongannya ke arah sana melulu." keluh Kiera yang sudah mulai lelah dengan candaan Anne.

"Loh, ya nggak ada salahnya dong, Ki. Kalau hubungan kalian serius pasti ujungnya akan ke sana. Kecuali kalau kamu nggak berpikiran ke arah sana, itu beda ceritanya." perkataan Anne membuat Kiera terdiam. Apa masa depan hubungan mereka akan berujung seperti itu?

"Kok malah diem? Jangan bilang perkataan kakak bener?" tanya Anne hati-hati. Ibunya pun kini memfokuskan pandangannya ke arah Kiera.

"Bukan gitu, Kak. Aku sama Mark baru jalan tiga bulan. Sebentar banget. Masih banyak yang harus dipikirin sebelum ke jenjang yang lebih serius."

"Kakak dulu sama Sena juga cuma beberapa bulan sebelum mutusin untuk nikah." Anne mengingatkan Kiera mengenai hubungannya dengan suaminya. "Kamu sama Mark sama-sama kerja. Punya penghasilan yang stabil juga. Nunggu apalagi coba?"

"Meskipun aku sama Mark udah financially steady, aku rasa untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius itu butuh lebih dari itu. Banyak yang harus dipersiapkan. Kita harus terbiasa sama kekurangan satu sama lain. Mental kita juga harus siap. It's much more than love. It's commitment, understanding, and how much we are willing to put up with each other, to complement each other."

"And I could find it in Sena within months. Walaupun kakak udah kenal Sena sejak lama, tapi dulu nggak pernah sedikitpun kakak lihat dia sebagai orang yang bisa dijadikan tempat bersandar. Dia pun nggak pernah keliatan tertarik sama kakak. Sampai suatu waktu kita ketemu, dan dia langsung ngajak serius. Kakak nggak bisa nerima dia gitu aja, toh kita juga nggak pernah kenal dekat walaupun kenal sejak lama. Kakak nggak mau hidup sama orang yang nggak kakak kenal luar dalamnya secara langsung. Apalagi dia lebih muda dari kakak meskipun udah mapan.

"Sampai akhirnya kita jalan selama beberapa bulan untuk liat kita cocok nggak, kira-kira bisa punya masa depan nggak. Kita berdua sama-sama berjuang untuk mengenal satu sama lain, saling ngerti kebiasaan baik dan buruk. Satu hal yang nggak kakak dapetin di hubungan kakak yang gagal sebelumnya. The point is, being too fast is not good too, but it's not just about the time. It's how much you both are willing to give your all to get the best result from your relationship. I know, more than anyone else, that you're mature enough to face the next phase of your life with someone." jelas Anne panjang lebar, mencoba menyampaikan pendapatnya agar dipahami oleh Kiera.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

retrouvaillesWhere stories live. Discover now