1. the meeting

12K 832 13
                                    

Tuk.

Suara MacBook ditutup dengan cukup keras menggema di ruangan. Wanita yang baru saja menutup benda itu lantas menarik kacamata yang digunakannya kemudian menyimpannya di meja. Ia mengurut hidungnya pelan untuk meredakan pening yang menghinggapinya setelah berhasil menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline yang ditentukan.

"Ki, beres juga akhirnya kerjaan lo?," tanya Jennie, rekan kerja sekaligus sahabatnya sejak awal masa perkuliahan hingga sekarang.

"Yes, Jen, finally," balasnya sambil mendesah lega.

"Lagian lo sih, deadline masih berapa hari lagi juga maksain banget diberesin sekarang. Kerajinan apa gimana?," sindir Jennie sambil membereskan laptop di depannya, memasukkannya ke dalam tas laptopnya, serta merapikan file-file berantakan di sekitarnya.

Kiera membalasnya dengan tertawa. "Ya mendingan gua beresin lebih cepet dong? Emangnya lo, h-1 deadline baru ribut-ribut. Ubah kebiasaan lo!," ujarnya memberi nasihat.

"Siap laksanakan, bu bos!," balas Jennie sekenanya tanpa benar-benar menghiraukan nasihat Kiera. Well, seperti biasanya.

Kiera turut bergerak memasukan MacBook-nya ke tempatnya. Kemudian ia merapikan meja kerjanya agar layak digunakan keesokan harinya. Bagaimanapun ia tidak bisa bekerja ketika tempat kerjanya berantakan.

"Gue udah beres nih. Balik duluan ya, sayangku! Supir pribadi udah nunggu di bawah," pamit Jennie kepada Kiera sambil berjalan menuju pintu.

"Emang pacar kurang ajar ya lo manggil-manggil supir pribadi! Gua aduin ke Daniel baru tau rasa lo!," canda Kiera.

"Bilangin aja! Bye!," balas Jennie yang kemudian melambaikan tangannya sambil memeletkan lidahnya mengejek Kiera.

Kiera hanya bisa tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu. Ia terkadang berpikir betapa beruntungnya bisa bekerja di kantor yang sama dengan sahabatnya, bahkan di satu lantai yang sama, dan satu bagian yang sama. Jennie adalah sahabat terdekatnya bersama Joy dan Serena. Namun jika Serena sekarang sedang melanjutkan kuliah S2 nya di Auckland dan Joy yang bekerja di kota tempat mereka berkuliah, takdir membawa Kiera dan Jennie untuk bekerja di satu kantor yang sama. Inseparable, memang.

Jennie sudah bekerja disana lebih dulu sejak dua tahun yang lalu, sedangkan Kiera baru bekerja selama lima bulan setelah direkomendasikan oleh Jennie ke atasannya, sehingga Kiera harus pindah ke ibu kota untuk bekerja di perusahaan tersebut. Tak dapat dipungkiri kalau Jennie adalah sahabat terdekatnya dibandingkan dua sahabat lainnya. Berbeda dengan Kiera yang masih single, Jennie sudah berpacaran lima tahun lamanya, dan bertunangan tahun lalu dengan Daniel, teman satu kampus dengan mereka.

Setelah tersadar dari lamunannya, ia celingukan melihat sekitar dan baru menyadari bahwa ialah orang terakhir yang berada di ruangan itu. Ia bergegas turun ke basement tempat dimana mobilnya diparkirkan. Merogoh kuncinya di dalam tas, ia membuka mobilnya dan kemudian menjalankannya membelah jalanan ibu kota.

|retrouvailles|

Sebelum pulang, Kiera memutuskan untuk mampir ke mall yang lokasinya cukup dekat dengan apartemennya untuk membeli perlengkapan mandi yang sudah menipis di apartemennya.

"Loh, Kak Kiera?," terdengar suara laki-laki memanggilnya saat ia sedang berjalan mendorong trolley berisi barang belanjaannya.

Sontak ia mencari asal suara tersebut dengan menolehkan kepalanya ke samping. Kemudian ia membalikkan badannya ke belakang.

Shit, batin Kiera.

Di hadapannya sekarang berdiri seorang laki-laki yang dia kenal. Sangat dia kenali tepatnya. Dia membelalakkan matanya tanda kaget melihat sosok yang ada di depannya itu.



Mark Delano Zaidan.

Adik tingkatnya dulu di kampusnya.

"M-Mark?," tanyanya tanpa bisa menutupi kegugupannya. Jujur ia tidak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan lelaki itu setelah sekian tahun lamanya.

"Hai, kak. Gak nyangka banget bisa ketemu kakak disini," ucap Mark dengan raut muka yang sangat ramah dan penuh senyuman.

Masih ramah seperti dulu, batin Kiera lagi.

"H-hai... Lo ngapain disini?," tanya Kiera basa-basi sebagai pencair suasana.

"Belanja, kak. Kakak ngapain di Jakarta?," Mark bertanya kembali masih dengan antusiasme yang sama seperti saat awal ia memanggil Kiera.

"Gue kerja di Jakarta sekarang. Udah mayan lama kok," jawab Kiera setelah mencoba meredakan kegugupannya.

"Oh ya? Udah berapa lama, kak?," tanya Mark penasaran.

"Sekitar lima bulanan. Lo dimana sekarang? Eh, lo sendiri kesi-"

"Mark, ayo!" belum juga pertanyaan Kiera terjawab, suara perempuan yang nyaring menyerukan nama lelaki itu dari belakang mereka dan menyuruhnya untuk bergegas. Sosok yang tinggi untuk ukuran seorang perempuan, tidak lupa badannya yang ramping, dan pakaiannya yang modis bak seorang model.

Cantik, hanya satu kata itu yang terlintas di benaknya setelah melihat perempuan itu.

"Duh, kak, sorry banget aku harus cabut duluan. Nyonya udah ngeburu-buruin nih," ucapnya sambil terkekeh setelah melihat ke belakang dan menyadari siapa yang memanggilnya.

"E-eh iya silahkan," jawab Kiera yang merasa canggung berada di kondisi itu.

"I'll see you more often, then?", pamitnya dengan nada yang entah kenapa tersirat nada yang memastikan, seakan memberi harapan kecil bagi Kiera bahwa akan ada pertemuan-pertemuan lainnya lagi setelah itu.

"S-sure. See you," dan entah kenapa jawaban itu yang keluar dari mulut Kiera, seakan menyetujui tanpa menyadari ada setitik nada berharap dari ucapannya tersebut.

"Bye, kak," pamit Mark untuk yang terakhir kali sambil melambaikan tangan dan kemudian berbalik badan menghampiri perempuan yang memanggilnya.

Kiera hanya bisa terdiam melihat Mark berjalan berdampingan dengan perempuan tersebut, berjalan menjauh dari posisinya saat ini. Ia masih tidak percaya bahwa ia bisa bertemu lagi dengan adik tingkatnya.






Sekaligus orang yang pernah ia kagumi.







|retrouvailles|







Hi, again!

Gimana chapter pertamanya? If you guys like it, I'll update more often. Jadi jangan lupa untuk ninggalin comment dan vote-nya ya, guys! Give me some feedbacks, karena ini cerita pertamaku hehe. See you in the next chapter!






Lots of love ❤

retrouvaillesWhere stories live. Discover now