Sudah Pernah Lihat

Mulai dari awal
                                    

"Mau makan siang bersama?"

Naira mengangguk kecil. Arsen tersenyum.

"Tunggu sebentar, okey. Aku akan memeriksa beberapa pasien lalu, kita berangkat,"

Naira mengangguk dia menunggu Arsen di taman itu. Matanya menatap langit biru. Entah apa dan bagaimana pandangan keluarga Arsen padanya nanti. Yang jelas, Naira tidak mau bersembunyi lagi. Dia lelah untuk bersembunyi.

"Ayo berangkat!"

Naira sedikit terkejut dan mengelus dadanya. Sementara pelaku yang membuatnya terkejut malah sibuk terkekeh. Naira dan Arsen makan di salah satu restoran. Mereka menikmati santap siang mereka dengan tenang. Setelah makan siang, mereka memutuskan untuk langsung ke rumah Arsen.

Seperti yang Arsen bilang, di rumahnya kedua kakak kembarnya sudah datang.

"Aku ke atas dulu. Mau bertemu kakak-kakakku dulu," ujar Arsen.

Naira hanya bisa mengangguk. Lalu, membiarkan dirinya dipaksa duduk oleh Alesha.

"Beritahu aku, Nai. Apa yang kurang dari kakakku itu?" Tanya Alesha.

"Tidak ada,"

"Lalu? Kenapa kamu tidak menerimanya? Apa karena kejadian di kapal waktu itu? Aku kan sudah menjelaskannya padamu..."

"Tidak. Bukan itu,"

"Lalu?"

Maura menepuk bahu Alesha.

"Kalau kamu memaksanya begitu, dia akan ketakutan," ujar Maura.

Alesha menghela panjang. Naira memainkan jemarinya.

"Aku hanya merasa takut dan tidak pantas,"

"Sudah kuduga!" Ujar Natasha.

Naira langsung mengangkat kepalanya dan menatap Natasha.

"Aku juga pernah berpikir aku tidak pantas untuk Arman. Kamu tahu, keluarga ini terlalu hebat dan terpandang," ujar Natasha.

Naira mengangguk. Dia cukup terkejut sebenarnya. Dia pikir Natasha adalah orang dari kalangan atas seperti Maura dan keluarga Alesha.

"Lalu, kamu takut karena apa?" Tanya Maura.

"Karena aku memang tidak pantas, kak,"

"Kenapa begitu?" Tanya Alesha.

Naira menceritakan semuanya pada ketiga perempuan itu dari awal sampai akhir. Sementara Arsen sedang berada di ruang kerja sang ayah. Ada sang ayah juga disana.

"Kak Ardan," panggil Arsen.

"Hm?"

"Aku mau pinjam anak buah kakak..."

Ardan meletakan buku yang sedang dia baca. Kini perhatian ketiga orang di ruangan itu jatuh pada Arsen.

"Untuk apa?" Tanya Ardan.

"Untuk mencari seseorang,"

"Siapa?"

Arsen diam. Dia masih ragu harus berkata apa pada ayah dan kedua kakaknya.

"Untuk mencari mantan pacar Naira?" Tanya Ardan.

Mata Arsen sedikit melebar.

"Kakak tahu?"

Ardan mengangguk.

"Bukan hanya kakak, papi dan Arman juga tahu,"

"Bagaimana bisa?"

"Saat kamu pergi ke German, Naira sempat sakit. Lalu, Eren datang ke kantorku. Kebetulan saat itu ada papi dan Arman,"

"Eren mengatakannya pada kakak?"

[DS #3] Save Me Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang