EIGHT

2.2K 113 3
                                    

Lamborghini itu terparkir di area PIM, sesuai permintaan Kayla yang ingin ke time zone di dalam mall. Ardha menuntun Kayla yang begitu semangat jika akan bermain disana, sedangkan Kevin hanya mengekornya saja. Padahal baru kenal, tapi Kayla dan Ardha bisa akrab lain halnya dengan Kevin yang merupakan kakaknya sendiri.

"Kakak, kakak! Kay mau naik itu." pintanya pada Ardha.

"Kayla mau naik itu? Bentar ya... Heh, lo ga nyuruh gue buat bayar cardnya juga kan? Gih sono bayarin." ucap Ardha yang mengalihkan perhatiannya pada Kevin.

Baru saja Kevin akan membuka layar ponselnya, ia sedikit berdecak lalu menuju kasir untuk membayar card dengan isi 200k agar Kayla lebih puas bermain.

"Nih." ucap Kevin sambil menyodorkan card itu pada Ardha, kemudian ia duduk kembali untuk mengecek ponselnya.

Sementara itu, Ardha sangat menjaga Kayla seperti adiknya sendiri. Apapun yang Kayla inginkan, Ardha akan mengikutinya. Di ujung sana, Kevin terus memerhatikannya dalam diam dan tanpa sadar sebuah senyuman terukir di bibirnya.

Pasti mereka lapar. Batinnya.

Kevin beranjak dari tempat duduknya untuk turun ke lantai bawah mencari cemilan buat Ardha dan juga Kayla. Ardha masih terfokus menjaga dengan Kayla hingga ia tak menyadari jika Kevin sudah tak ada di tempatnya lagi.

"Kakak, aku lapar." ucap Kayla dengan bibir yang sedikit mengerucut.

"Ya udah, ayok kita temuin kak Kevin dulu. Main-mainnya udahan?" tanya Ardha yang diangguki oleh Kayla. Ardha menuntun Kayla menuju tempat yang Kevin duduki tadi, namun sosok yang di cari telah menghilang.

"Wah, ini namanya lepas tanggung jawab!" gerutu Ardha.

"Siapa yang lepas tanggung jawab?" suara sosok tersebut tiba-tiba terdengar dari balik punggung Ardha, dengan segera Ardha berbalik dan menatap pemuda tersebut dengan tiga bungkus burger di tangannya.

Kevin menyodorkan dua bungkus burger itu ke Ardha, "Makan ini dulu untuk mengganjal perut, nanti kita cari lagi makanan yang lain."

Ardha memberikan satu burgernya lagi pada Kayla, Kayla sangat menikmati burger itu begitu juga dengan Ardha. Sedari tadi Kevin menatap Ardha yang begitu terlihat sangat menyayangi Kayla dibandingkan dengan dirinya.

Kenapa gue jadi deg-degan gini ya? ucapnya dalam hati.

Ardha menyadari jika Kevin sedang menatapnya, "Woi kutu kupret! Lo kenapa liatin gue gitu amat."

Suara Ardha itu membuatnya tersadar dari lamunan, ah sial! Ketauan deh! Ardha sinis menatap Kevin, lalu ia berniat untuk menggodanya.

"Lo terpukau ya sama kecantikan gue?" wajah Ardha semakin mendekat ke arah Kevin hingga desahan nafasnya pun terasa di pipi.

Kevin terdiam, ia tak bisa melakukan apapun.

"Cie, pipinya merah. Emang enak di baperin kek gitu? Ternyata lo juga mudah di baperin ya." ledek Ardha, kata-katanya mengikuti kata-kata yang pernah di ucapkan dengan Kevin padanya waktu itu.

Buset! Gue kena jokes!

"Siapa yang baper? Pipi gue merah karena kepedesan makan burger ini, ge-er banget sih." ucap Kevin yang mencoba untuk menutupi semua itu.

"Masa'? Ga pedes ah, malah kurang pedesnya." ucap Ardha setelah mencicipi burger milik Kevin tanpa persetujuan dari nya. "Udahlah, kalo baper bilang aja, ga usah di tutup-tutupin." lanjutnya disusul dengan kekehan.

"Kakak, aku mau pulang." pinta Kayla disela-sela perdebatan Kevin dan Ardha. Pintar kamu Kay! Kevin jadi ada kesempatan untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Ardha yang justru membuat Kevin malah terjebak dalam pertanyaan itu sendiri.

Ketua Kelas vs Bendahara [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora