TWENTY FIVE

291 23 6
                                    

Ujian kenaikan kelas telah usai, Ardha, Dhea dan Kinanti bersenang ria. Tapi mereka juga bersedih sebab salah satu sahabatnya akan pindah ke Paris.

"Tenang aja, ga usah sedih. Kan masih bisa video call-an." ucap Kinanti, menenangkan mereka berdua.

"Kita bertiga jadi kan datang ke acara lulusan anak kelas 12?" tanya Kinanti.

Ardha dan Dhea hanya mengangguk, mereka terlihat tidak begitu semangat.

"Ayo dong, jangan baperan gini ah." bujuk Kinanti dan segera memboyong mereka ke dalam mobil.

Di tengah perjalanan pulang, Ardha mengingat sesuatu. Sesuatu yang harus ia selesaikan saat ini juga. Ia menelpon seseorang dan menyebutkan tempat yang akan mereka datangi nanti.

Kinanti dan Dhea tersenyum setelah Ardha mematikan sambungan telepon tersebut.

"Kamu jangan khawatir, kan masih ada Dhea yang jagain. Ada Leon juga sebagai pengganti Kinan kan?" ucap Dhea sambil menepuk pundak Ardha.

"Gue yakin, keputusan lo sekarang adalah keputusan yang tepat Ar. Pikirin mental dan kesehatan lo. Gue yakin bakal ada pengganti yang terbaik buat lo." ujar Kinanti sambil menyetir mobil.

Setelah mengantar Ardha pulang, Ardha segera mandi dan bergegas untuk pergi menemui seseorang yang di telponnya tadi.

Sebelum itu, ia mampir dahulu ke rumah sakit untuk menjenguk Arga yang katanya telah siuman.

"Bang Argaaa!" teriak Ardha begitu gembira dan berlari kecil untuk memeluk Arga yang masih terbaring di brankar.

"Huss, jangan teriak-teriak. Bang Arga baru sadar itu, ntar dia bisa pusing gara-gara denger suara lo." celetuk Leon.

Ardha cengengesan, ia mengusap puncak kepala abangnya itu. Tentu saja, kedua orang tua Ardha dan juga Laura ada disana.

"Kamu mau kemana cantik banget gitu Ar?" tanya Inez.

Ardha tersadar, ia harus menemui orang itu. Leon menyadari perilaku Ardha, sepertinya ia tau apa yang akan dilakukan Ardha.

"Ardha mau jalan sama Leon, Tan." celetuk nya.

Bola mata Ardha membulat sembari melirik ke Leon.

"Ya udah, mending sekarang jalannya. Ntar keburu malam. Bang Arga biar mama, papa dan Laura yang jagain." suruh Inez.

Ardha dan Leon keluar dari ruang rumah sakit itu.

Ardha berdecak sebal, "Lo ngapain bohong gitu sih?"

"Gue juga suntuk jadi obat nyamuk kak Laura sama bang Arga mulu. Mending jalan sama lo." tukasnya.

"Yaelah, masalahnya gue bukan mau jalan. Gue mau nemuin Kevin."

"Ya udah gapapa, gue tetap ikut."

Ardha menepuk jidatnya sendiri, "Astaga Leon, si Kevin ntar nuduh lo yang ga jelas. Lo mending ga usah ikut deh."

"Lo silakan temuin Kevin, ntar gue kemana kek. Yang pasti gue jagain lo, gue takut lo di apa-apain sama Kevin." ucap Leon.

Ardha sedikit kesal sebenarnya, namun ya sudahlah. Kasihan juga dia.

Sesampainya di cafe, mereka berdua berpencar. Ardha menemui Kevin yang telah menunggunya sejak tadi. Sedangkan Leon mencari tempat duduk yang tidak jauh dari mereka berdua.

"Aku udah nemuin cara buat perjodohan ini batal." ucap Kevin.

"Aku mau ngomong sesuatu." sela Ardha.

"Apa itu?"

Ketua Kelas vs Bendahara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang