1.

504K 14.9K 575
                                    

Hanya harus seperti air,
mengalir.


     Yura merapihkan seragamnya yang sedikit ketat lalu menghela nafas berat. "Reihan.. Lihat, apa sudah terlihat?" tanyanya lesu seraya menatap laki-laki yang sedang fokus bermain game di ujung kasur.

"Hmm.." gumam Reihan tanpa mengalihkan fokusnya.

Yura memutar matanya dengan jengah, suami dadakannya itu benar-benar tidak bisa memproduksi jawaban lain selain hmm apa? menyebalkan pikir Yura bete.

Yura kembali menghela nafas berat, mengingat dirinya yang kini terikat dalam pernikahan dini dan tanpa saling mencintai atau mungkin untuk sekarang belum.

Pernikahan ini ada karena sebuah kecelakaan. Dirinya hamil anak Reihan, laki-laki yang di temuinya di acara pesta ulang tahun sahabatnya.

Entah apa yang terjadi, yang jelas, dirinya dan Reihan berakhir di kamar yang sama dengan tubuh yang sama-sama polos.

Yura dan Reihan memang bersepakat untuk melupakan kejadian malam itu, namun siapa sangka, satu bulan setelahnya Yura di nyatakan hamil. Mau tidak mau Yura mendatangi Reihan, anak sebelah kelasnya lalu meminta pertanggung jawaban darinya.

"Han! Liat dulu ih!" rengek Yura seraya menghampiri Reihan yang kini mendongak dengan berdecak jengkel.

"Apa?" tanya Reihan dengan wajah datarnya yang menyebalkan di mata Yura.

Yura menekuk bibirnya, menatap Reihan dengan tatapan meredup sedih. "Aku aja yang tertekan di sini. Padahal ini juga anak kamu! Tapi Kamu cuek-cuek bebek! Harusnya emang aku gugurin aja waktu itu!"

"Jangan sembarangan kalo ngomong!"

Reihan berujar semakin datar lalu beranjak melangkahkan kakinya hingga di depan Yura.

Tangan Reihan terulur membenarkan seragam Yura seraya mengamati perutnya. "Masih belum keliatan, pulang beli seragam baru yang lebih besar." ujar Reihan masih tanpa ekspresi.

Yura menekuk wajahnya masam, masih merasa jengkel dengan sikap Reihan yang seperti robot.

Reihan mengabaikan tatapan Yura yang menatapnya tajam Penuh dengan kekesalan itu.

Reihan meraih ranselnya dan milik Yura lalu Tanpa kata Reihan berlalu.

Yura pun mengekor di belakangnya, masih dengan menekuk wajahnya masam.

Reihan berhenti di tengah tangga, membuat Yura terheran dan ikut menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanya Yura dengan alis bertaut bingung.

"Duluan." jawab Reihan singkat.

Yura mengerjap, namun detik berikutnya dia melanjutkan langkahnya mengabaikan Reihan.

Terserahlah apa maunya dia! Batin Yura jengkel.

Reihan kembali berjalan di belakang Yura lalu sekilas menatap kaki yura yang sedikit di hentak-hentakkan.

Bocah sekali!

Yura melempar senyum kearah papa dan mama mertuanya. "Pagi." sapanya dengan riang.

Harumi dan Afwan melempar senyum. "Pagi mantu." balas keduanya kompak.

Yura duduk di kursi yang baru saja Reihan siapkan. Yura masih tak percaya kalau Harumi dan Afwan menjadi mertuanya.

Yura kenal Harumi karena dia salah satu anggota arisan yang di adakan oleh sang mama, Farah. Sedangkan Afwan, Yura kenal karena Afwan suka menjemput Harumi sehabis arisan.

Pernikahan Dini (TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang