11 |Isi otak Davina

131 4 1
                                        

Mbak Davina hari ini

Mbak Davina hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adrian hari ini

Davina menggelengkan kepalanya kuat, kemudian mengerak-gerakan kakinya gelisah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Davina menggelengkan kepalanya kuat, kemudian mengerak-gerakan kakinya gelisah.

"Aaaa!" Davina berteriak dan  menggeliat geliatkan badan frustasi.

"Sejak kapan badan Adrian terlihat lebih seksi dari poster kai exo yang ditempel di kamar mama" Davina memijit pangkal hidungnya untuk menghilangkan imanjiasinya yang sudah terlampau erotis di kepalanya.

Otaknya sedang berputar kembali mengingat lekukan otot-otot sempurna Adrian, yang sialnya sangat membuat Davina tergoda untuk sekedar menjilat ataupun merabanya.

Racun dari Blue film dan Wattpad genre erotis yang sering dilihatnya sukses mempengaruhi alam bawah sadar Davina sehingga kini mungkin sekitsr 60% isi otaknya sehari hari adalah tentang ssex.

Efek menjomblo selama 26 tahun juga menambah buruk keadaan, karena Davina menjadi lebih sering mengkhayal daripada mempraktekan, yang tentu saja kembali menambah 25% isi Bokep dalam kepalanya sehingga sekarang total isi kepalanya saat ini adalah

85% Sex

10% posisi bercinta

2% tidur

2% makan

1% kerja

Oh Fu*ck!

Otak mesum sialan!

Jika saja bukan karena bang Dylan, mungkin Davina saaat ini pasti sudah memiliki pengalaman bercinta yang sangat mengesankan ditambah mungkin ia akan memiliki selusin lebih mantan pacar mengingat kepopulerannya semasa sekolah dulu.

Salahkan Dylan yang membuatnya jomblo sampai saat ini!

Salahkan Dylan sialan dan segerombol geng motor beserta anak buahnya yang selalu dikirim menjaga Davina agar tetap steril dari para laki laki bahkan sampai saat ini.

Salahkan Dylan!

"Sudah sarapan?" suara Adrian membuyarkan lamunan Davina

"Apa? tidak. Belum pak" Davina menjawab dengan tergagap-gagap

"Sebelum mandi tadi saya buat nasi goreng, Ini buat kamu" Adrian mengambil 2 piring nasi goreng dan memberikan sepiring nasi goreng pada Davina sambil tersenyum.

Mata Davina memandang Adrian ragu

Apaan ini?kenapa dia jadi baik? Kenapa dia nggak marah dan nggak sewot? Apa karena tadi aku bilang mau buka handukknya makanya dia jadi baik?ah tidak-tidak Adrian bukan pria seperti itu

Atau karena Dylan belum kasih uang ganti rugi vas bunganya yayng aku pecahin kemarin, sehingga dia berniat meracuni aku dan mengambil organ dalam aku? Buat ganti vas bunga Louis XIV? Davina memicikan matanya

"Bapak nggak meludah kan ke nasi goreng ini sebelumnya?"

"Ngapain juga saya meludah kesitu?" lagi lagi Adrian menjawab sambil tersenyum. Entah kenapa Adrian banyak tersenyum hari ini.

"Mungkin karena kita musuhan? Dan Bapak dendam sama saya?" ujar Davina sambil menyendok nasi gorengnya.

Adrian hanya mengendikan bahu tak perduli dan menyendok nasi goreng ke mulutnya.

Mereka sarapan dengan lahap dan tenggelam dalam pikiran masing-masing sebelum Adrian memecah keheningan.

"Tapi kamu merasa nggak?" Adrian menatap Davina

"Merasa apa?" tanya Davina penasaran

"Perasaan yang aneh ini"

"Apa?" Davina mengerutkan alisnya bingung

"Sarapan nasi goreng hanya berdua dengan perempuan di dalam ruangan hanya kita berdua sedikit........ aneh. Ya.. kamu taulah jika laki-la---"

"Apanya yang aneh jika laki-laki sarapan dengan perempuan" Davina memotong pembicaraan Adrian.

"Memangnya bapak mau sarapan dengan laki laki aja? Atau pacar gay bapak gitu" tanya Davina lagi.

"Purrrrfffffffffft!"

Adrian kaget sampai terbatuk-batuk dan menyemburkan nasi gorengnya, kemudian menatap Davina meremehkan.

"Kamu belum pernah pacaran kan?belum kan? kamu nggak tau apa yang laki laki rasakan saat berdua aja dengan perempuan?"

"Huh!" Davina mendengus kasar "Apa yang bapak rasakan? memanggnya bapak itu normal? Dengan predikat gay, Bapak itu tidak bisa disebut laki-laki" Davina mencibir.

"Woaah! Perkataan kamu sopan bangetnya diucapkan ke saya selaku atasan kamu. Kamu sadar nggak ? kamu itu terlalu sering nya ngatain saya gay dan saya merasa tidak nyaman dengan sikap kurang sopan kamu. Saya ini atasan kamu loh! Davina, Bukannya kamu itu seharusnya takut sama saya? saya rasa ada yang salah dengan sopan santun kamu" Adrian menatap Davina murka.

"Kenapa memangnya kalau ada yang salah dengan sopan santun saya?" Davina memandang tidak kalah murka dari Adrian.

"Memangnya bapak sopan? Bapak juga sama seperti saya kurang sopan santun sama seperti saya! jadi kalau bapak tidak suka dengan sikap saya, terus saja marahin saya dan suruh saya lakukan pekerjaan yang tidak masuk akal, dan saya juga akan terus seperti ini berperilaku buruk ke bapak, dan kemudian saya akan minta abang saya untuk tarik saya kembali ke Sharim corp, karena di perusahaan bapak saya selalu ditindas dan di suruh melakukan pekerjaan yang tidak masuk akal!" Davina berteriak kesal.

"Beraninya kamu bicara seperti itu ke saya?" Adrian menatap Davina dingin, Kilatan rasa marah terihat jelas dimatanya. "Kamu kira kalau kamu mohon-mohon ke Dylan dia bakal bawa kamu jauh dari saya?"

"Tidak akan!" Adrian tersenyum sinis ke arah Davina

"Dengar ya. Kamu harus baik ke saya! kamu tau kenapa?" Adrian menggeser tempat duduknya agar mendekat ke arah Davina, senyum sinis telah lenyap, berganti dengan kilatan marah dan menghujam tajam ke dalam mata Davina

"Karena jika bukan karena izin saya! mustahil kamu bisa kembali ke perusahaan abang kamu!"

******

Ini kalimat lengkap yang mau Adrian katakan saat sarapan berdua dengan Davina

"Sarapan nasi goreng hanya berdua dengan perempuan di dalam ruangan hanya kita berdua sedikit........ aneh. Ya.. kamu taulah jika laki laki selalu merasa bergairah saat pagi hari"

Jika para readers sekalian berkenan silahkan tinggalkan jejak berupa

Vote

Komentar di cerita ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Its' Started From a Bootle of SojuWhere stories live. Discover now