✓Fakta✓

14.8K 1K 4
                                    

Ada perasaan senang mendengarnya sudah berpisah, tetapi apakah aku termasuk orang yang jahat menari diatas luka orang lain.

Azara Putri Haydar

***

Belum sempat Adam menjawab pertanyaan dari Anissa tiba-tiba pintu kamar Anissa diketuk, Adam beringsut dari kasur berjalan menuju kearah pintu untuk membukanya.

Adam kaget ketika membuka pintu, ibunya berdiri didepan pintu diikuti dengan dua wanita yaitu bunda Nuril dan juga Zara.

Adam menatap Zara yang hanya menundukkan kepalanya, suara ibunya kembali menarik perhatiannya. "Dam Anissa masih tidur? gimana demamnya udah turun?" Tanya Ardina.

Adam hanya menggelengkan kepalanya. Lalu menatap lagi kearah Zara yang sekarang juga menatapnya.

"Assalamualaikum,Adam."

"Waalaikum salam, Zara."

Zara sedikit gugup ketika berbicara dengan Adam. "Aku mau menjenguk Anissa dengan bunda, jika Anissa masih tidur tak apa aku tidak ingin mengganggunya."

Belum Adam menanggapi Zara, Anissa yang mendengar suara Zara dari luar kamar bangkit dari ranjangnya berlari menuju Zara yang kini sedang berbicara dengan ayahnya.

Anissa berlari langsung memeluk Zara yang kini meninggikan badannya setinggi Anissa,"Tante Zara Anissa kangen."
Semakin mengeratkan pelukannya dan Zara membalas dengan elusan lembut di rambut panjang bergelombang milik Anissa

Semua orang yang melihat momen itu kaget dengan perilaku Anissa yang tiba-tiba melabur dalam pelukan orang yang baru ia kenal sehari.

***

"Anissa jangan berlari seperti itu sayang, nanti kalau kamu jatuh gimana? kamu masih sakit." bunda Nuril mengelus punggung Anissa yang sekarang duduk dipangkuan Zara.

"Anissa makan ya nanti setelah makan minum obat dari pak dokter," Anissa tetap menggelengkan kepala. "Kalau Anissa nggak mau makan dan minum obat, tante Zara pulang aja," Zara mengerucutkan bibirnya pura-pura kesal pada Anissa.

Anissa kembali memeluk Zara, "Tapi harus tente Zara yang menyuapi aku," bisik Anissa pada Zara.

Zara tersenyum mendengar perkataan Anissa. "Baiklah, kamu tunggu disini tante ambilkan makanan nya."

Adam tersenyum melihat Anissa akhirnya mau makan, saat Zara ingin bangkit dari duduknya dan memindah tubuh Anissa ke sofa yang ia duduki, Adam berjalan mendekat "Biar aku aja yang ambil kamu disini saja dengan Anissa." Zara pun kembali duduk dan mengiyakan Adam.

Bunda Nuril berdiri lalu menepuk bahu Zara hingga siempunya menoleh."Kalau begitu bunda kebawah dulu, kamu disini temani Anissa ya sayang." Zara kembali menganggukkan kepalanya.

Anissa sangat lahap sekali memakan bubur ayam yang sudah diambilkan Adam, disuapi oleh Zara membuat nafsu makan Anissa kembali.

Adam tersenyum melihat putri kecilnya mau makan dan meminum obatnya. Pengaruh Zara memang cukup besar untuk Anissa.

Kini demam Anissa sudah menurun, dia kembali tertidur karena efek pengaruh obat dari dokter. Zara kini duduk di kursi balkon kamar Anissa, melihat pemandangan taman belakang rumah milik keluarga Darmawan.

Adam datang membawa jus jeruk dan langsung duduk di kursi samping Zara yang terpisah meja bundar ditengahnya. "Terima kasih Za, sudah mau membujuk Anissa agar mau minum obat dan makan."

"Sama-sama Dam, oh ya bukankah setelah menikah kamu pindah rumah di kawasan perumahan cemara kan?" tanya Zara, karena sedari tadi ada hal yang membuatnya bingung.

"Anissa sakit jadi dia harus ada yang menjaga," Jawab Adam sendu.

Zara berdehem menata kata-kata yang akan dia ungkapkan karena sedari tadi ada hal yang membuat hati nya tergelitik ingin bertanya.

"Hm Maaf Dam dimana istrimu?, bukanya aku mengguruimu karena aku pun belum menikah," jeda dua detik "Tetapi Anissa sedang sakit sekarang, aku tau dia orang yang sibuk sekali sebagai seorang model. Tetapi lebih baik Bukankah dia harus menjaga Anissa sekarang. Anissa butuh ibunya," ucap Zara pelan takut menyinggung perasaan Adam.

Zara langsung mengambil minuman yang tadi dibawakan Adam sebagai penghilang dahaga, dia takut melihat Adam karena apa yang dia katakan mungkin akan membuat Adam tersinggung.

***

Aku mendengar Adam menghela nafas panjang sepersekian detik dia diam lalu berbicara."Kami sudah bercerai," ucap Adam jelas.

Reflek aku mendengar apa yang dikatakan olehnya, membuat aku tersedak jus jeruk yang ia bawakan.

"Uhuk uhuk," aku menepuk pelan dadaku untuk meringankan batuk yang terasa panas di leherku karena tersedak jus jeruk.

Adam menyodorkan tisu ke arahku "Makanya kalau minum doa dulu," lalu dia terkekeh melihatku yang mebulatkan mata kearahnya. Padahal gara-gara dia aku tersedak, runtukku dalam hati.

Setelah batuk ku mulai mereda Adam mulai berbicara lagi menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Waktu itu Anissa baru berumur sekitar enam bulan, Della tidak seperti biasanya dia sering sekali keluar tanpa izin ku dan meninggalkan Anissa hanya bersama baby sitternya." Adam mengembuskan nafas panjang memberi ruang untuk hatinya yang terasa sesak.

"Aku dan dia bertengkar hebat, hingga tiba-tiba dia mengambil surat cerai yang sudah dia siapkan di laci nakas kamar kami. Aku memohon bahkan berlutut di depannya, bukan untuk diriku tapi untuk Anissa. Dia masih butuh ibunya, tapi dia tetep kekeuh mau meminta cerai dariku dan untuk urusan Anissa dia sudah tidak mau tau lagi." Adam mengurut pangkal hidungnya "Hingga aku menandatangani surat cerai itu, Della pergi membawa barang-barangnya dan dijemput oleh kekasihnya. Yaitu orang ketiga di pernikahan kami."

"Dan mulai saat itu aku dan dibantu kedua orang tua ku merawat Anissa. Hingga saat ini, dan aku tidak mau tau apapun tentang dirinya lagi." Adam tertawa sumbang.

"Bukankah hidupku menyedihkan?"

Mendengarnya sudah tak beristri membuatku senang mengetahui Adam pria single, namun melihatnya begitu menderita akan hal yang dia lalui selama ini membuat hatiku berdenyut, Adam sangat menderita di balik senyum tampanya.

"Maafkan aku dam aku gak bermaksud untuk...." Belum selesai aku berbicara padanya, tapi dia sudah memotong permintaan maafku.

"Kamu harus tau Zara, karena kamu adalah teman lamaku." Adam kembali tersenyum di akhir pembicaraan.

Pernyataan Adam bagaikan tamparan keras untukku, dengarkan Zara dia hanya menganggap kamu teman lama tak lebih. Logika ku terus mengatakan. Tapi tidak bolehkah aku terus berharap, jujur aku menyayangi Anissa setulus hati bukan hanya karena aku mencintai Adam.

*****

Jangan Lupa Vote dan Komen
Maaf kalau ada typo yabg bertebaran

D. Salsabila

Bunda Untuk Anissa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang