Siang ini terik matahari sangat menyengat namun, tak membatalkan semangatnya. Tetesan keringat bercucuran dari pelipisnya. Napasnya terengah-engah.
Ia mencepol asal rambutnya yang digerai panjang. Lalu kembali melanjutkan permainannya. "Yeay masuk!" teriaknya antusias sambil mengangkat kedua tangannya.
"Wih ... gila Adel nembak bola langsung masuk!" puji temannya sambil bertos ria dengan Adel. Sedangkan para lawan berdecak kesal melihat Adel sudah berhasil memasukan bola oranye itu tepat sasaran.
Kemudian Adel kembali mendribbling bola. Netranya fokus pada bola, tak ingin membiarkan sang lawan merebut bola oranye itu dari genggamannya.
Saat kakinya melangkah menuju ke arah ring lawan.
Tiba-tiba.
"Bruukk...." terdengar jelas di telinga gadis yang berkuncir cepol itu. "Aduuhh ... sakit ni badan gue." ujar gadis berseragam sekolah itu sambil mendengus. "Kalo jalan itu liat-liat dong sekarang ini tuh lagi latihan basket!" ucap gadis berkuncir cepol itu dengan emosi.
Tak mau kalah gadis berseragam sekolah itupun menjawab dengan emosi juga. "Ya lo nggak denger gue apa, gue udah bilang minggir gue mau lewat!" gadis itu memang menyuruhnya untuk menepi ketika ia berpapasan tadi. Namun Adel yang fokus dengan bolanya tak menghiraukan orang yang dekat dengannya.
"Tuh kan buku gue jadi jatuh," ucapnya dongkol.
"Salah lo lah udah tau di tengah lapangan malah jalan disini!" rutuknya sambil melayangkan tatapan tak suka.
"Gue buru-buru, gue mau cepet!" jawab gadis itu tak mau kalah.
"Udah-udah." ujar pemuda jangkung itu menengahi. "Kita lanjutin lagi latihan basketnya, dan lo boleh pergi sekarang." pungkas pemuda jangkung itu dengan lembut.
Gadis berseragam sekolah itu merunduk mengambil buku-bukunya yang berjatuhan sambil mengibaskan roknya dari serpihan tanah. Ia pergi tanpa pamit dengan wajah dongkolnya melewati kedua remaja yang memakai jersey berwarna senada itu tanpa melirik lagi. Dan kedua remaja itupun melanjutkan lagi bermain basketnya yang sempat tertunda.
Satu jam sudah permainan basket terlewati. Sang kapten menyuruh seluruh pemain basket untuk beristirahat. Gadis dengan rambut cepolan asalnya ini tengah duduk di bawah pohon yang rindang.
Menghembuskan napas lelah seraya meneguk air mineral yang dibelinya. Badannya sengaja ia sandarkan di bawah pohon membiarkan tubuhnya diserang oleh hembusan angin.
Netranya mencelik saat seseorang duduk di sampingnya. Lalu menolehkan kepalanya mencari siapa yang duduk di sampingnya.
Ia tersenyum tipis lalu pemuda yang duduk di sampingnya juga tersenyum."Tadi kenapa marah?"
"Abisnya kesel liat cewek itu songong banget gayanya. Mana lagi nggak minta maaf. " ketusnya.
"Sok centil juga," ejeknya.
"Mungkin dia tadi buru-buru nggak sempat minta maaf." suaranya terdengar lembut di gendang telinga Adel. Inilah yang ia suka dari pemuda ini, suara yang meneduhkan, sikapnya yang bijak, dan wajahnya yang tergolong tampan. Membuat siapa saja yang melihatnya nyaman dan tak ingin mengakhiri tatapannya.
"Enak ya yang pedekatean," suara itu menyadarkan Adel yang tengah mencuri pandangan ke arah pemuda tampan yang berada di sampingnya. "Apasih lo!" Ia berusaha menutupi mukanya yang kepergok mencuri pandang saat pemuda itu memejamkan matanya.
"Uhuy ... gue nggak mau ganggu ah,"
Pemuda di sampingnya kini membuka mata melihat temannya yang mengganggu waktu istirahatnya. Ia melemparkan tatapan elang kepada temannya yang bernama Rama.
"Ya udah deh kayaknya pada marah gue ganggu. Gue cabut." cengirnya tanpa dosa, membalikkan tubuhnya lalu melipir untuk bergabung dengan teman-teman yang lainnya.
"Gu--gu--e ke wc dulu ya, udah kebelet." alasan Adel lalu pergi begitu saja.
***
"Duh gimana nih dia liat gue ngak ya tadi," cemasnya yang sudah mondar-mandir di depan wastafel. "Kalo liat gimana ni ketawan nanti gue merhatiin mukannya."
Ia mencuci matanya di wastafel sembari membenarkan kuncirannya tadi. "Semoga aja nggak liat."
"Gue pulang aja deh daripada jantung gue dak dik duk ngak karuan." pungkasnya lalu berjalan keluar wc. Ia tak pamit lagi kepada teman-temannya, biasanya ia berpamitan dulu dan bertos tanda permainan sudah usai.
"Woi Del sini dulu!" teriak Rama dari kejauhan.
"Nggak Ram, gue pulang dulu."
"Ya elah bentar juga biasanya lo gabung dulu sebelum pulang."
"Lain kali deh, kasih tau yang lain aja ya gue mau pulang, dah." tangannya melambai lalu kembali menyeretkan kakinya ke tempat parkiran.
Ia tersentak kaget lalu menutup mulutnya melihat sepasang kekasih sedang bercengkrama. "Nggak nyangka gue." matanya sudah berkaca-kaca. "Kenapa gue mau nangis sih gue bukan siapa-siapanya juga, dasar lemah!" rutuknya. Namun hati kecilnya mencelis bagai ditusuk belati.
Ia tetap berjalan, seolah tegar, menghapus kasar air matanya lalu mendekati motornya yang kebetulan berdekatan dengan posisi pemuda tampan itu. "Adel," panggil Rio yang sedari tadi tak menyadari ada seseorang di dekatnya. "Gue pulang." putus Adel lalu menaiki motor maticnya.
"Nggak pamit sama yang lain?" tanya pemuda itu lembut. "Udah tadi, gue rasa nggak perlu lagi." balasnya datar tak seperti biasanya. "Gue pulang dulu." Ia mengendarai dengan kecepatan diatas rata-rata.
YOU ARE READING
My Change
SpiritualTeenfiction-Spiritual Adelia Azizah namanya, ia akrab dipanggil Adel. Terdengar fenimin bukan? Tetapi tidak pada kenyataannya. Memiliki sifat tomboi dan bersikap dingin, selain itu ia merupakan salah satu kapten basket cewek di sekolahnya membuat ia...
