Pisah Ranjang

1.7K 75 9
                                    

Laki-laki mana yang tidak terluka ketika memergoki istri yang amat dicintai bertemu dengan laki-laki lain tanpa seizinnya bahkan laki-laki itu adalah cinta masa lalu. Bukan hanya itu, yang lebih menyakitkan adalah mengetahui bahwa laki-laki itu mengungkapkan perasaan pada istrinya, bahkan melamarnya dan istrinya menyembunyikan itu dari dirinya. 

Apa mungkin Sahla masih menyimpan rasa pada laki-laki itu? Tentu, tidak mudah bagi perempuan itu untuk melupakan cinta pertamanya. Ia tahu Istrinya begitu mencintai laki-laki itu dulu dan mungkin hingga sekarang. Ah mengingatkanya semakin perih ulu hati ini. 

Untuk itu tidak mudah baginya untuk sekedar memaafkan, melihat Sahla seakan teringat akan kejadian ketika Ia memergokinya di kantin. 

Setelah tiga hari dirawat keadaan Sultan sudah semakin baik namun hubungannya dengan Sahla tampaknya belum membaik, Ia tak banyak ingin dibantu istrinya, malah Bi Elin yang selalu dimintai tolong. 

Sahla tampak sedih diabaikan begitu saja, Ia berusaha melayani namun tidak ada satupun perlakuannya yang diterima. 

Pagi ini, Sahla membereskan kamar rawat suaminya, Alhamdulillah dokter sudah mengizinkan suaminya untuk pulang dan menjalankan pengobatan di rumah. Sahla merasa sangat lega meski Ia masih diabaikan. Tak mengapa Ia akan terus berusaha. 

Tampak sang suami keluar dari kamar mandi yang ada di kamar rawat, Sahla mengeryitkan alis melihat suaminya tampak rapi mengenakan kemeja dilapisi jas abu-abu dengan dasi yang terlilit rapi di lehernya. Sultan tampak merapikan rambutnya. 

"Mas? kamu mau kemana? bukankah kita akan pulang?" Sultan tak membalas, Ia malah meraih handphonennya diatas nakas. 

Ia tampak menghubungi seseorang. 

"Pak, posisi dimana?" tanyanya 

"Baik tunggu, saya akan turun." balasnya lagi 

"Mas?" Sahla menggengam lengan Sultan, mencegah suaminya yang akan beranjak keluar kamar. 

"Kamu belum pulih betul. kamu harus istirahat di rumah, kenapa kamu pergi kerja?" 

"Sudah banyak waktuku tersita, aku tidak ingin meninggalkan kantor terlalu lama." Jawabnya datar meninggalkan Sahla. 

"mengapa kamu keras kepala Mas?!" Geramnya.  

Sahla mendesah. Mengapa suaminya keras kepala sekali. Disaat seperti ini Ia tak bisa mencegah suaminya. Ia hanya takut terjadi hal yang tak diinginkan. 

Alhasil Ia hanya pulang berdua bersama Bi Elin menggunakan taksi. Dalam perjalanan Ia masih tampak cemas. Apa suaminya akan baik-baik saja? Apa keadaannya benar-benar sudah pulih? Ah iya dia ingat suaminya tidak membawa obat. 

Sahla berencana siang nanti akan mengantarkan makan siang dan obat untuk suaminya. Ia ingat perkataan dokter suaminya harus menjaga makanannya. 

Sikap Sultan kini benar-benar berubah, berbanding terbalik dengan perlakuan sebelum mereka bertengkar. Sahla sadari itu karena dirinya. Karena ketidak jujurannya dan kesalahpahaman diantara mereka. Ia ingat waktu kejadian pertengkaran karena Wildan, suaminya bersikap dingin seperti itu. 

Ntah harus bagaimana agar suaminya memaafkannya, apa Ia harus menghilang seperti dulu? Ah rasanya terlalu kekanak-kanakan dan tentu akan menimbulkan masalah baru. 

Lagipula masalah yang dulu berbeda dengan yang sekarang. Dulu, hanya karena diantar Wildan saja dia sudah semarah itu apalagi masalah dengan Ammar yang jelas-jelas Sahla bertemu beberapa kali tanpa sepengetahuan suami bahkan sampai laki-laki itu melamarnya. Tentu Suaminya tak semudah itu memaafkan Sahla. Ia harus bersabar lagi dan pantang menyerah. Ia yakin masih ada kesempatan untuk memperbaiki hubungannya. 

Pernikahan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang