Mencintai Kehilangan

2.6K 80 1
                                    

Di ruang itu Sahla masih terdiam. Melihat sekeliling kamar yang nampak berbeda dengan kehadiran satu benda. Ya, kini Sahla sudah boleh pulang oleh dokter setelah beberapa hari di rawat dan keadaan mulai pulih. Rasanya memang menyakitkan ketika Ia harus terbangun dan menerima berita yang menancapkan sembilu di ulu hatinya. Ia merutuki dirinya sendiri mengapa tidak benar-benar menjaga amanah yang telah Allah titipkan padanya, hingga Allah mengambilnya kembali.  

"Alhamdulillah sayang kamu sudah sadar." Tutur suaminya saat Sahla siuman 

"A..ku kenapa?" tanya Sahla saat melihat duka di balik wajah tampan suaminya, disisinya ada mama dan Ibu yang terdiam pilu.

"Mas..." panggilnya 

"Sayang, kamu istirahat ya, biar cepat pulih." 

"Tolong jawab, aku kenapa?" tanya nya lagi kemudian berusaha mengangkat tubuhnya untuk duduk tapi sia-sia, raganya masih lemah. 

ketika tangannya menyentuh perutnya Sahla terkejut. 

"baa..yii... ba..yiku..."tangispun runtuh seketika dari balik matanya. "nggaaaak, aku aku gak mungkin kehilangannya." 

"Nak.. Ikhlaskan yaa sayang." Ibu mencoba menenangkan Sahla. 

"Nggak, nggak, tolong kembalika bayi ku..." teriaknya semakin membuncah air matanya. 

 Seketika Sultan memeluknya. "Sayang, sabar sayang." Akhirnya tangisnya reda setelah dipeluk oleh suaminya. 

kembali tangis Sahla tumpah ruah demi mengingat momen yang sangat menyakitkan itu. Kabar kepergian buah cintanya. Jiwanya dirambati rasa kesedihan dan rasa bersalah apalagi ketika ia melihat benda yang baru ia lihat di kamarnya, semakin merasa tergores pilu itu.

Sebuah box tidur bayi yang akan menjadi hadiah surprise permohonan maaf Sultan, suaminya, dengan hiasan bunga-bunga di sekeliling kamar. Namun rasanya benda ini bukan lagi mejadi hadiah karena ia harus menerima bahwa seorang yang ia idam-idamkan di rumah ini, yang akan menempati tempat tidur ini, mewarnai keceriaan di kamar ini harus tertunda. Sahla keguguran. Satu hal yang saat ia terbangun rasanya ingin tertidur lagi dan bukan kenyataan itu yang Ia terima. Rasanya masih belum menerima kenyataan pahit ini. Sakit sesakit Ia kehilangan Kak Zahra 12 tahun lalu. 

Sayang mengapa kamu pergi secepat ini
Maafkan bunda yang telah lalai menjagamu
telah gagal mempertahankamu 

Sungguh sayang meski raga kita belum bertemu
sungguh bunda sangat sangat menyayangimu

Sayang permata hati bunda
bunda sangat bahagia kau pernah tinggal dirahim ini 

Sayang malaikat cinta bunda

Allah lebih menyayangimu sayang
Bahagia selalu disana ya  
sampai kapanpun bunda selalu menyayangimu
tunggu bunda ya sayang

Sang suami yang sedari tadi hanya melihatnya memandangi box bayi, menghampiri dan memeluknya. Lalu mengusap air mata Sahla yang sadari tadi runtuh dari balik matanya.

"Sayang... sabar ya. Semua ini titipan Allah. Dan ketika Allah mengambilnya, bukan berarti Allah ingin merusak kebahagian kita. Karena Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi. Ikhlas ya, Ini semua pasti ada hikmahnya. Maafkan mas ya sayang, karena mas kita bertengkar dan kita kehilangan anak kita." Tutur seraya menyesali perbuatannya beberapa waktu lalu.

"mas, Ini tidak semua salah mas," Sanggah Sahla. "ini juga salahku, aku yang memicu pertengkaran itu, aku yang udah bikin mas marah karena pulang diantar Wildan. Mas harus percaya aku nggak ada hubungan apa-apa dengan Wildan, aku..." Kata-kata menggantung. 

Pernikahan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang