Kejutan menyakitkan

1.4K 58 4
                                    

Setelah Suaminya mengabari bahwa sudah tiba di kampus, Sahla segera berpamitan kepada kedua sahabatnya, Ia melangkan menuju parkiran kampus. Ntah mengapa terbenak di pikirannya, Sultan akan memberikan kejutan lagi padanya seperti sebelumnya, tiba-tiba mengajaknya pergi lunch dan menginap di hotel, ya... meski gagal. Mungkin suaminya itu ingin mengganti honeymoon yang gagal itu. 

Membayangkannya Sahla senyum-senyum sendiri dan sedikit deg-degan kejutan apa yang akan Ia dapatkan. Seromantis kemarinkah atau justru akan lebih? Jantung Sahla semakin berdebar, rasanya Ia tak sabar ingin bertemu.

Tiba diparkiran Ia mencari sosok suami diantara mobil yang berderet terparkir meski tidak begitu padat. Matanya menemukan sosok suaminya namun... sosok itu tidak sendiri melainkan bersama seorang perempuan berambut coklat keemasan, keduanya sedang berbincang serius. Sahla memicingkan matanya memastikan apa yang Ia lihat itu benar suaminya. 

Dadanya serasa sesak melihat perempuan itu begitu dekat dengan suaminya bahkan mendekapnya. Kedua matanya menatap nanar, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pemandangan apa ini? mengapa rasa sakit hingga ke ulu hati. 

Sebelum air matanya benar-benar luruh Ia langkahkan kakinya meninggalkan pemandangan yang kini mulai menghancurkan hatinya. Mengapa kejutan menyakitkan yang kini Ia dapatkan? 

Sahla benar-benar tak mengerti suaminya melakukan ini padanya. Kembali memorinya memutar pada beberapa hari yang lalu Ia mendapati telepon suaminya berdering yang mana tertera nama Jane disana, kemudian memori itu beralih ke saat Ia menelpon suaminya untuk makan siang bersama yang ternyata diangkat oleh Jane. Mengingatnya semakin perih. Apa suaminya telah membohonginya selama ini? Apa saat Ia dijemput lalu diajak berkencan hanya agar Sahla tidak lagi curiga? rasanya kata-kata dan perlakuan manis suaminya selama ini sirna seketika.

Langkarnya terhenti, Ia dudukkan dirinya di bangku panjang taman fakultas Ekonomi, Ia tumpahkan rasa yang mendera dengan air mata yang berlomba-lomba jatuh. 

Ya Allah apakah ini hukuman untukku karna aku masih menyimpan rasa pada Ammar dan menemuinya tanpa seizin dari suamiku... Ya rabb ampuni Sahla gemingnya masih dengan tangis yang merembes hangat.

"Sahla?" Sapa seseorang nafasnya masih sedikit tersenggal.

 Sahla tau sosok itu sedari tadi mengikutinya berlari ke tempat ini, tepat tadi berpaspasan. Sahla hanya menghapus tangis tanpa menjawab sepatah katapun. 

"Ada apa?" Sahla tak mengindahkan kata-katanya, Ia berdiri dan berusaha meninggalkan sosok itu namun ditahan.

"kita perlu bicara!" Sahla tak mengubris Ia melangkah ke arah lain.

Perasaannya sedang tidak baik, Ia butuh waktu sendiri dan tak ingin siapapun tahu bahwa Ia sedang terluka. 

"Saya mohon, untuk yang terakhir kali, sebelum saya pergi dari kampus ini!" jelasnya membuat langkah Sahla terhenti. 

Sahla membalikkan badannya. 

Akhirnya keduanya duduk berhadapan di sebuah meja di kantin fakultas ekonomi. Sahla bukan tidak memikirkan suaminya tapi dia sudah cukup sakit melihat pemandangan tadi, Ia ingin menghilang dulu dari hadapan suaminya. Ia juga ingin menyelesaikan masalahnya dengan Ammar dan mungkin ini saatnya. 

"Apa kamu benar-benar telah menikah?" Sahla mengangguk dalam tundukannya.

"Mengapa kamu tidak mengatakannya sejak awal dan menyembunyikan statusmu dari saya?" mendengarnya Sahla menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. 

"Hari itu Saat kaka melamar saya, saya sudah mengatakan bahwa saya tidak bisa dan ketika saya akan mengatakan alasannya, kaka mencegahnya. Lalu saat kita bertemu lagi saya berniat untuk mengatakannya lagi-lagi kakak membuat saya menundanya, melihat kaka yang kacau karna Ibu sedang kritis. Saya minta maaf." Jelas Sahla dengan suara parau membuat Ammar menatap nanar. 

"Saya pikir kamu mengatakan tidak bisa karna kamu masih kecewa dengan saya mengenai kejadian di hari wisuda. Jujur saat itu saya belum tau dan saya pikir kamu..." memiliki perasaan yang sama, kata-katanya menggantung, lidahnya terasa kelu untuk melanjutkan kata-kata. 

"Maafkan saya, Kak." ucapnya tertunduk. 

"Tidak La, Kamu tidak salah, saya yang salah, mengapa tidak sejak dulu mengatakannya, menunda-menunda keinginan untuk meminangmu. Hingga kamu sudah dipinang orang lain."

"Maafkan saya yang telah lancang menyatakan perasaan saya dan melamar kamu. Bahkan kecewa terhadapmu. Tidak seharusnya saya menyimpan perasaan ini pada perempuan yang telah menjadi seorang istri." Sambungnya. 

Mendengarnya tercubit hati Sahla, betapa beberapa hari ini Ia merasa bersalah dengan suaminya, menyembunyikan banyak hal termasuk mengenai Ammar. Tapi suaminyapun menyimpan banyak rahasia di belakangnya, mengkhianati kepercayaannya.

"tolong Maaf kan saya karna maafmu menghilangkan rasa bersalah saya." ucapnya sungguh-sungguh, seraya menguraikan air mata dari kelopak mata Sahla. 

Ia tak menyangka laki-laki dihadapannya amat bijak. Sahla pikir Ammar akan murka dan benci padanya. Sahla yakin tak mudah baginya mengatakan itu. 

"Saya tidak menyalahkan perasaan kaka, saya mengerti. Mungkin kita memang tidak ditakdirkan bersama, saya berharap kaka mendapatkan perempuan yang lebih baik." Ia tersenyum tipis mendengarnya. 

"Aamiin terima kasih Sahla atas doamu, terima kasih sudah pernah mengisi sebagian dari hati saya." ucapnya dengan tampak berat hati. 

"Kamu tidak perlu khawatir, semester depan saya tidak akan mengajar disini, saya resign dari kampus ini agar saya dapat segera melupakan kamu dan kamu juga merasa lebih nyaman." Sahla mengangguk senyum. 

Ia merasa lega permasalahan dengan Ammar terselesaikan dengan baik. Tampaknya Ammar sudah dapat mengikhlaskan Sahla. Artinya Sahlapun harus mengikhlaskan laki-laki itu, membuang jauh-jauh sekecil apapun  jejak Ammar dalam hatinya. 

 "Kamu... kenapa tadi menangis di taman?" pertanyaan itu membuat Sahla terdiam teringat kembali dengan alasannya menangis. 

"Jadi kamu ke kampus untuk bertemu dengan dia?!" Teriak seseorang berjas hitam matanya tajam menatap Sahla. 

Sahla dan Ammar tampak sama-sama terkejut mendengar teriakan itu. Bahkan membuat seisi kantin terkejut. Terlihat semua melirik ke arah mereka. 

"Mas?" ucap Sahla bangun dari duduknya, matanya tercekat melihat kobaran amarah di mata suaminya. 

"Biar saya jelaskan." Ucap Ammar ikut bangun. 

"Tidak perlu! biarkan Istri saya yang menjelaskan!" Gubrisnya menarik lengan Sahla secara paksa. 

Membawanya pergi meninggalkan Ammar yang mematung menatap kepergian Sahla. Harapnya tidak terjadi apa-apa dengan Sahla. Karna ini salahnya, Ia yang meminta Sahla untuk berbicara dengannya di kantin ini. 

------ 

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ikutin terus ya... 

Terima kasih sahabat semua sudah setia menunggu, jangan lupa tinggalkan jejak sahabat dengan like dan comment terima kasih kaka :*



Pernikahan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang