A Failed Date

1.8K 72 13
                                    

Langkah Sahla terhenti di masjid sebrang kampus. Ia tunaikan Shalat dzuhur dan mengikis tangis yang tadi runtuh. Ia masih tidak habis pikir atas pernyataan cinta Ammar padanya. Seolah mengorek lagi akan perasaannya dulu pada laki-laki arab itu. Mengapa disaat Ia sudah mulai menerima suaminya, laki-laki itu datang seolah memberikan harapan yang dulu Sahla dambakan. mengapa pula lidahnya tadi kelu untuk mengatakan bahwa Ia sudah memiliki suami dan Ia tidak bisa menerima Ammar. 

Andai Ia tahu kebenaran itu sejak dulu mungkin tidak seperti ini jadinya, tidak dihadapkan dengan perasaan delima. Sungguh batinnya bergejolak dan bertarung hebat. Disatu sisi menolak pernyataan cinta dari Ammar, dilain sisi Ia bahagia mendengarnya. Seakan rasa itu tumbuh lagi. Sejak laki-laki itu hadir lagi dalam hidupnya ntah mengapa ada perasaan yang mulai bersemi. 

Istigfar Sahla! tidak seharusnya Ia menggali lagi perasaan yang sudah dikubur dalam-dalam. Ia tak bisa menghancurkan begitu saja perasaan pada suaminya yang sudah dibangun dengan susah payah beberapa bulan ini hanya karena  pernyataan cinta dari cinta masa lalu. Ia tak mungkin mengkhianati suaminya. 

Tapi nyatanya Sultanpun telah mencoba menghancurkan perasaan Sahla. merobohkan kepercayaan Sahla bahwa Ia tidak memiliki hubungan lagi dengan wanita bernama Jane,  yang kenyataannya kini mereka sedang bersama-sama. Menggores guratan luka di hati Sahla. Lantas apa yang harus Sahla lakukan? 

Lagi-lagi handphonenya berdering memecahkan keheningan disudut masjid. Sudah berapa kali berdering namun Sahla tak sama sekali mengangkatnya ketika melihat nama yang terpampang di layar handphone. Ia bener-bener butuh waktu untuk sendiri, menjernihkan pikiran atas kejadian demi kejadian yang Ia alami tadi. 

Pesan dari suaminya kembali mendarat, ntah sudah berapa kali telepon dan pesan dari suaminya masuk ke handphone Sahla. Akhirnya Sahlapun membukanya. 

Sayang... kamu dimana?

Mas sudah di depan kampusmu

Sayang please, angkat teleponnya 

Sayang, katakan dimana kamu? 

Mas mohon kamu jangan salah sangka. Kita bicarakan ini baik-baik. 

Sahla menghela nafas demi membaca deretan pesan yang bertubi-tubi itu, Iapun membalas dengan singkat.

Aku di masjid dekat kampus

Tak berapa lama Sultan membalasya

Baik sayang, tunggu mas kesitu 

Sahla tak membalas lagi, Ia segera merapikan diri dan keluar masjid. Pertengkaran dulu membuatnya sadar untuk menyelesaikan masalah dengan baik-baik. 

kakinya menuruni tangga masjid kemudian memakai sepatu kets berwarna putih, netra matanya melihat mobil yang familiar terparkir di depan pintu masuk, sosok suaminya keluar dari mobil itu dan menghampiri Sahla yang terdiam menatapnya. tanpa kata-kata Sultan berhambur memeluknya. 

Sahla sangat kaget tiba-tiba suaminya memeluk dan membuat perhatian beberapa orang. Ia berusaha melepaskan pelukan namun sang suami semakin mempererat pelukannya. 

"Mas, lepasin, malu banyak yang melihat," bisik Sahla mencoba melepaskan pelukan lagi. Sungguh Ia sangat malu.

"Biarin! aku masih ingin memelukmu." 

"Mas, Please! kita jadi pusat perhatian!" 

Akhirnya Sultan melepaskan pelukannya. lalu menggandeng tangan Sahla untuk masuk ke mobil dan membawanya pergi dari parkiran masjid. 

"Bukankah mas sedang sibuk bersama Jane? kenapa mas menjemputku?" Sultan menghela nafas mendengarnya. 

Ia tahu Istrinya sedang marah dengan kejadian tadi. Selepas Jane keluar dari ruangan kerjanya, Sultan memeriksa isi handphone, ada telepon masuk  dari Sahla dengan durasi pembicaraan 30 detik. Ia yakin Jane yang telah mengangkat telpon dari Istrinya itu. Tanpa pikir panjang Sultanpun segera meluncur ke kampus Sahla sebelum istrinya itu salah paham. 

Pernikahan SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang