"Ck.. perlu gue ngomong dua kali?" sahut satria "Kasih ive ke gue, simplekan? Lo udah gak ada urusannya sama ive!" Tak ada jawaban lain memang.

Freya belum menjadi pilihan satria diantaranya. Dia masih menginginkan ailve yang begitu sadis menolaknya berkali-kali. Harga diri satria taruhannya sebagai seorang playboy cap badak bercula satu.

Ia hanya ingin menunjukkan pada semua teman-temannya kalau seorang Diandra Ailve yang cukup terkenal dingin bisa takluk olehnya.

Cihhh dasar model manusia yang tidak memiliki cermin. Mana mau seorang ailve takluk begitu saja padanya.

"Jadi lo tetep mau ive?" tanya althaf meski rasa tak terima dihatinya terasa jelas.

Jujur saja althaf takut terjadi apa-apa dengan ailve. Memang walaupun sejauh ini tidak ada kasus buruk satria terhadap perempuan tanda kutip pelecehan. Namun, althaf benar-benar mengkhawatirkan ailve.

Bisa saja kan satria melakukan tindakan lebih dari itu atau yang diluar dugaan althaf. Mengingat seberapa kejam ailve menolak keinginan satria untuk menjadi pacar yang hanya satu atau dua minggu itu. Dan juga sifat ailve yang keras kepala serta ucapannya yang tak pernah sekali di filter.

Althaf takut itu menjadi boomerang pada ailve sendiri.

Dasarnya, hati althaf enggan sekali menyerahkan ailve begitu saja pada satria.

"Untuk saat ini sihh gitu" jawab satria enteng tak menghilangkan ciri dari sifat playboynya.

Althaf terus melakukan pernafasan teratur guna meredam emosinya "Lo bilang kemarin giliran gue?"

"Ck udahlah.. gak usah banyak bacot anjing" sahut  satria merasa althaf memiliki maksud tertentu.

Althaf mengangguk-nganggukkan kepala berusaha tenang "Oke" bukan ini jawaban akhir althaf.

"Nahhh gitu dong.. namanya sepupu gue" satria menampilkan senyum sombong "Lagian apa sih ive, sok jual mahal doang! Pepet dikit juga nurut tuhh cewek"

Habis sudah emosi althaf, tidak dapat di bendung oleh apapun lagi dan alhirnya satu buah tinju melayang tepat ke tulang pipi kiri satria "Lo yang maksa gue buat lakuin ini sat"

Satria menatap sorot mata althaf yang tajam seraya memegang pipinya. Dan lagi-lagi satria menarik salah satu ujung bibirnya.

Althaf terpancing.

Satria membuang muka untuk meludah mulai mengerti dengan tindakan althaf yang tiba-tiba memukulnya. Tak memberikan waktu lama satria membalas perlakuan althaf.

Luka keduanya sama-sama di wajah sebelah kiri. Namun, luka althaf terdapat di sudut bibirnya. Sedangkan satria di tulang pipinya.

"Gue semakin yakin kalo lo beneran suka sama ive!" kata satria penuh keyakinan.

"Dan gue semakin yakin kalo gue gak akan segampang itu nyerahin ive sama cowok bajingan kaya lo!" timpal althaf sama tegasnya.

Nafas keduanya memburu dengan tatapan tajam terpancar jelas di antara keduanya.

Tidak berlangsung lama. Davlin muncul di balik punggung althaf.

"Balik thaf.. Gak usah buang tenaga cuma buat ngadepin bangsat" perintah tegas davlin.

Tanpa sepatah kata pun althaf berbalik menuruti perintah davlin.

×××

Althaf pulang ke rumah sekitar pukul 6 sore sebelumnya ia di rumah davlin. Setelah turun dari motor, langkah kakinya mengantarkan ke dalam rumah untuk menuju kamar nya di atas.

ALTEONWhere stories live. Discover now