📒 19 ✏ Awal yang Indah ✏

Start from the beginning
                                    

"Sembarangan kalian. Islam melarang kita pacaran." Jawab Fatia yang masih juga memegang teguh pada prinsipnya.

Ngomong-ngomong apa kabar tentang cincin pemberian Aftab. Sampai sekarang ternyata Fatia masih belum memberikan jawaban atau sedikit melupakannya karena kesibukan kampus dan juga kesibukan di tempat kerjanya. Semenjak Widya dan Puspa sering mengendorse pakaian serta pernak-pernik wanita yang di jual di butiknya Fatia semakin banyak memiliki pelanggan. Bahkan kini dia menyediakan akun sosial media resmi untuk mengupload keluaran terbaru dari produk-produk yang dikeluarkan oleh AdzQibnu Boutique.

"Eh tapi bener loh, Bang Hafizh itu ya, semangat kerjanya patut diacungi enam jempol kita. Kalian tahu nggak, secara ya, lulusan Oxford dan memilih untuk bekerja membangun bisnis retail seperti ini rasanya kok enggak banget. Tapi doi emang bener-bener beda. Sayang rada minim ekspresi kalau sama kaumnya hawa." kata Puspa menilai perangai Hafizh yang tertangkap oleh indra penglihatannya.

"Kata siapa minim? Asyik kali doi kalau diajakin ngobrol nyambung dan nggak pernah ngasih batasan sama kita. Kamu ingat nggak yang kapan hari kita ngerjain tugas kelompok bikin makalah yang literasinya Bahasa Inggris semua? Kan doi yang bantu kita beneran sampai larut di butik, bercanda sampai segitunya. Tapi mungkin karena si Abang tahu kalau kita temennya Fatia dan sudah tau karakter kita kali ya?" jawab Widya sedikit tidak setuju dengan apa yang diucapkan oleh Puspa.

"Iya juga paling karena kita emang sudah saling kenal. Tapi kalau jemput Fatia coba, bener-bener deh dia cuek banget sama cewek-cewek yang coba ngasih kode untuk bisa diperhatikannya." Balas Widya.

"Eh kenapa jadi kalian ghibahin Bang Hafizh di sini sih? Jadi nggak nih ke restonya? Kalau nggak jadi aku mending balik ke butik, musti ngepak pesanan nih." Kata Fatia membubarkan acara menggosip kedua sahabatnya tentang si bos tampannya.

Hafizh tetaplah Hafizh yang jauh berbeda dengan Hanif. Jika Hanif memang sama sekali tidak pernah memberikan responnya kepada semua wanita. Hafizh tidak sepenuhnya seperti itu. Sebenarnya Hafizh masih bisa dikategorikan ke dalam pria yang ramah hanya saja memang dia sangat pemilih jika kata ramahnya ditujukan kepada wanita. Batasannya akan sangat jelas apa yang dimaksud dengan ramah itu.

Hafizh juga tidak sama seperti Hanif tentang cara memilih untuk mendapatkan pasangannya. Meski mereka berdua sama-sama tidak akan pernah mengatakan kepada orang yang mereka cintai tentang perasaannya sebelum menikah. Namun jika Hanif memilih menunjukkan dengan kesungguhannya bisa bergerak dengan cepat meski dia harus menelan semua kesakitan sebagai akibatnya, Hafizh lebih memilih untuk menunjukkan sikapnya kepada wanita yang dia suka. Perhatian itu tidak selalu harus dibungkus dengan keromantisan, pertengkaran kecil yang kadang nggak banget untuk kapasitas orang dewasa terkadang masih Hafizh lakukan untuk menunjukkan kepada orang yang dia cintai bahwa itulah bentuk bagaimana dia memperhatikan dan menyayanginya. Meskipun pada kenyataannya pesan yang diperlihatkan oleh Hafizh setiap harinya itu tidak pernah tersampai dengan benar kepada Fatia.

Ketiga sahabat itu akhirnya bergerak menuju sebuah resto untuk sekedar bercengkerama dan makan siang. Lebih tepatnya sih kalau untuk Fatia bisa melakukan sesi obrolan bebas dengan tempat yang nyaman karena kalau untuk makan Fatia lebih senang makanan yang lebih membumi dengan harga yang tetap berada di bumi bukan lagi selangit seperti kebanyakan harga makanan yang tersedia di resto atau cafe kekinian.

Hafizh kini telah berbicara dengan Aira dan juga Wildan yang ada diantara mereka. Berbasa basi sebelum akhirnya masuk ke pokok pembicaraan utama.

"Maaf Ai, sejauh ini tentunya kamu tahu bahwa aku tidak pernah ingin membina suatu hubungan antara laki-laki dewasa dengan wanita dewasa sebelum menikah. Dan terus terang memang menikah bukan fokus utama aku untuk saat ini. Aku masih ingin berkarya dan itu mulai terlihat sekarang. Buktinya aku harus mencari suplier tambahan untuk bisa menunjang produksi di tempat kerjaku. Sekolah adalah fokusku selanjutnya. Jika aku yang sudah menyelesaikan sarjana saja masih ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Rasa-rasanya kamu juga harus bisa lebih baik dari aku." Kata Hafizh yang dibalas senyuman oleh Wildan.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Where stories live. Discover now