📒 16 ✏ Berdiri Atas Satu Kaki✏

7.3K 999 272
                                    

Hidup itu tentang sebuah perjalanan, caramu menjalaninya, dan caramu memberi arti pada perjalananmu itu___________________________________

🍄🍄

TIDAK bisa terhindarkan. Dua minggu berlalu dan waktu tidak akan berjalan mundur. Hanya ada dua pilihan, lakukan atau tinggalkan. Menengok kembali ke belakang, sebuah cerita yang mungkin baru di dengar Hafizh terkait atas Aira. Kenyataan yang akhirnya mengjungkirbalikkan fakta hatinya.

Entahlah ini sebuah rasa atau sekedar hasrat ingin melindungi.

Memelintir harap. Begitulah Allah ketika dengan cepat dengan kuasaNya membalikkan hati penghamba seperti milik Hafizh.

"Kamu yakin dengan apa yang akan kamu putuskan Bang?" tanya Ibnu pada suatu malam ketika dia duduk bertiga bersama istri dan putranya.

"Belum final dad, but will try to do that." Jawab Hafizh.

"It's about your future and it means your big decisions in life. After that you can't choose anything else to replace it. We talk about a promise as a man with Allah not just a subtitution or distribution function." Kata Ibnu.

"I do understand it, dad. I said I will try first not to carry on a decision." Sambung Hafizh.

"Boleh Bunda ikut bicara Bang?"

Hafizh hanya mengangguk mengiyakannya. Jika Qiyyara sudah berbicara ditengah percakapannya bersama sang Daddy pastilah merasa worthed to be talk.

"Have you ever say something to Fatia, Bang? Before you carry on this decision, may be." Tanya Qiyya sebelum mengatakan hal yang lebih dalam lagi.

"Never, but in a joke maybe, sometimes."

Seminggu yang lalu, Aira harus dipindahkan. Perawatan di Blitar masih belum memadai untuk bisa memantau lebih dalam lagi terkait dengan penyakit bawaan lahir dari Aira. Selain itu juga karena Wildan terlalu jauh jika harus mondar-mandir mengurus pekerjaannya juga dengan kondisi Aira yang membutuhkan perhatian lebih.

Disaat itulah Wildan baru mengetahui bahwa sang putri telah mengatakan tentang perasaannya kepada Hafizh.

Wildan begitu tercengang, terkejut sekaligus tidak tahu harus berkata apa. Mengapa harus dengan Hafizh, putra dari wanita yang dulu pernah dia kehendaki untuk dijadikan istri. Selain itu posisi Aira yang masih sekolah sedikit membuat Wildan malu.

Sempat meminta maaf kepada Hafizh atas apa yang dilakukan Aira. Bahkan Wildan meminta Hafizh untuk tidak menganggapnya pernah terjadi.

Namun lagi-lagi Hafizh tidak sampai hati untuk bisa mengatakan iya. Dia hanya mengucapkan yang terpenting adalah kesembuhan Aira, perkara itu bisa dibicarakan setelahnya.

Sebuah harapan untuk Aira atas sedikit celah yang diberikan Hafizh. Sayangnya Aira mendengar itu dan justru berharap lebih atas apa yang dikatakan oleh Hafizh.

"Fatia yang kerja dengan kita itu, Sayang?" tanya Ibnu kepada Qiyyara.

Siapa lagi yang dimaksud Qiyya dengan Fatia selain gadis manis berjilbab yang penuh dengan keceriaan. Qiyyara mengenalnya sedari kecil. Dia tahu apa dan bagaimana Fatia, seberat apapun masalah yang menimpanya dia tidak akan mau berbagi karena baginya, tidak ada sesuatu yang memberatkan jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas. Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik.

"Iya."

"Lantas, bagaimana dengan hatimu Bang?"

"Ya gitu Dad." Jawab Hafizh ringan.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang