📒 03 ✏ Benci Untuk Mencinta ✏

11.3K 936 362
                                    

One of the hardest parts of life is deciding whether to walk away or try harder________________________________

🍄🍄

Sebuah lagu mengalun merdu melalui audio mobil yang dikemudikan oleh Hafizh. Lagu lama dari suara merdu David yang sesekali ditirukan oleh Hafizh.

Aku tak tahu apa yang terjadi
Antara aku dan kau
Yang kutahu pasti kubenci untuk mencintaimu

Dibalik kaca mata hitamnya Hafizh menatap lurus jalanan yang ada di depannya. Beberapa kali harus menghembuskan nafas besarnya.

Siang ini dia memang harus mengaudit beberapa laporan keuangan. Itu yang membuatnya terasa penat. Sebenarnya sang Bunda bisa melakukannya sendiri namun mulai bulan ini Qiyya lebih ingin menikmati waktunya bersama Ibnu dibanding dengan berkencan bersama dengan angka dan nota-nota.

Hafizhlah akhirnya menjadi sasaran empuk sang bunda sebagai kepanjangan tangannya.

"Fatia duduk." Ingatan Hafizh kembali saat dimana mereka sedang berada di sebuah ruangan Qiyya yang terletak di lantai dua sebuah ruko yang dipakai untuk butiknya.

"Iya Bun, ada yang bisa Fatia bantu?" tanya Fatia yang baru saja dipanggilkan Hafizh di lantai bawah. Senyum Fatia masih juga sama seperti saat dia menyapa Hafizh ketika dia memasuki butik dan mencari keberadaan Bundanya.

"Bukan bunda yang butuh bantuanmu tapi bang Hafizh." Jawab Qiyya sekenanya hingga membuat mata Hafizh membulat seketika.

"Bang Hafizh ngapain, Bun? No, Bunda jangan aneh-aneh deh, dari tadi pagi sepertinya ngaco terus bicaranya." Sanggah Hafizh dengan suara yang lebih tinggi dibanding suara lembut Qiyya.

Fatia hanya melihat dua orang ibu dan anak yang saling bertolak belakang kesepahamannya.

"Lah yang panggil Fatia siapa sih Bang?" tanya Qiyya menggoda putranya.

"Ya abang yang panggil tadi di bawah." Jawab Hafizh akhirnya.

"Nah itu artinya kan yang butuh bantuan Fatia? Kalau nggak butuh bantuan mengapa harus dipanggil segala sih?" Qiyya mulai meracau menggoda putranya. Sementara Hafizh hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang Bunda.

Sepertinya tadi pagi memang daddynya telah memberikan racun kepada bundanya sehingga sekarang omongan bunda Qiyya semakin melantur. Fatia yang semakin bingung dengan sikap mereka berdua hanya terbengong.

"Ya Rabb, Bunda sakit? Emangnya tadi belum minum obat?" tanya Hafizh kepada Qiyya masih dengan nada rendah.

"Sudah sih, sedikit. Cuma ya gitu, gara-gara ada jomlo protes jadi obatnya hanya dosis rendah saja." Benar-benar ini sang bunda sengaja mengibarkan bendera perang dengan Hafizh.

"Astaghfirullah, Bunda."

Mengatakan jomlo dengan sangat tegas di depan wanita yang masih sendiri yang nantinya akan menjadi bawahannya di toko. Bundanya benar-benar membuat Hafizh harus sering-sering merapalkan kalimat istighfar untuk tetap menjaga hatinya. Ya, Hafizh memang jomlo tapi bukan berarti harus di pamerkan statusnya di depan Fatia.

"Sudah-sudah, sini Hafizh juga duduk dekat Bunda. Ada yang bunda mau sampaikan kepada sesama jomlo ini ya." Qiyya akhirnya menyudahi sesi bercandanya dengan Hafizh hanya saja tetap kalimat terakhir membuat Hafizh menatap bundanya dengan tajam, untung sayang.

"Fatia, mulai bulan ini semua stock, laporan keuangan dan juga market strategic akan di kendalikan langsung oleh Hafizh. Beberapa hal yang nanti mungkin ada perubahan-perubahan akan disampaikan oleh Hafizh langsung kepadamu." Qiyya memberitahu maksud dan tujuannya memanggil Fatia ke ruangannya.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang