📒 18 ✏️ Think out of the Box ✏️

7K 991 331
                                    

Kadang hidup akan menjadi lebih mudah ketika kita tidak dihadapkan pada banyak pilihan___________________

🍄🍄

BUKAN untuk menyibukkan diri tetapi memang harus teliti dengan semua pekerjaannya. Load pekerjaan, aktivitas di kampus yang juga meminta untuk didahulukan membuat Hafizh memilih untuk tidur di butik.

Dan tentu saja membuat Hafizh meminta tukar fasilitas. Fatia dimintanya untuk membawa mobil ke rumah sedangkan sepeda motor Fatia di tinggal di butik. Karena biar bagaimanapun akan lebih aman seperti itu.

"Boo, mungkin untuk seminggu ke depan aku akan nginap di butik. So please drive the car to parking it at home."

"Hah, Fatia kan belum expert, Bang."

"Belum expert bukan berarti tidak bisa bukan?"

"Tapi Bang, aku__"

"Ini sudah malam Boo, and I don't want something happen to you while driving a motorcycle." Kalimat Hafizh tentu saja tidak ingin dibantah oleh siapapun. Jam di dinding telah menunjukkan pukul 22.30 itu artinya hampir tengah malam dan tidak mungkin juga untuk Fatia pulang dengan sepeda motornya.

Ah, mengapa Hafizh tidak mengantarnya saja?

Sambil menggelengkan kepalanya Hafizh mengambil remote mobil dan mendahului Fatia untuk masuk ke mobil berada di balik kemudi kemudian meminta Fatia segera mengunci butik dan mengikutinya.

"Abang mau menginap di rumah?"

"If I stay overnight, I wanna one room with you instead of sleeping alone. It's so excruciaring. You know!!" lirih kalimat yang disampaikan Hafizh dengan pengucapan sangat cepat sehingga Fatia kurang begitu memahami dengan British aksen yang menguar dari bibir Hafizh.

"Hah__?"

"Sudah naik, I will make sure you get home safely." tidak lagi ada bantahan dari Fatia. Dia segera mengekor dan duduk di samping Hafizh. Sambil pelan berjalan Hafizh memainkan gawainya dan memberikannya kepada Fatia. "Boo, bisa bantu aku untuk memesankan ojek online. Mobil biar di rumah besok pagi kamu bawa ke butik sebelum ke kampus."

"Siap Bang Bos."

Setelah kepergian Hafizh, Fatia ke kamarnya. Membersihkan badan terlebih dulu sebelum akhirnya dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Menimang kotak cincin berwarna biru. Menerima atau mengembalikannya?

Aftab Dayton Aldebaran, laki-laki yang kini menjadi dosen di kampusnya. Hari ini melamarnya dengan tanpa dia sangka sebelumnya.

Hubungan Fatia dengan Aftab tidaklah sedekat hubungannya dengan Hafizh. Itu adalah sesuatu hal yang wajar, meski tidak sekaku seperti teman-temannya yang lain karena posisi Aftab sebagai dosen mereka. Aftab orangnya baik, warming dan selalu bisa membuat suasana tidak kaku. Tidak pernah membantah apapun yang Fatia katakan meski sesungguhnya opini Fatia tidak selalu benar. Aftab bisa menyanggahnya dengan caranya tersendiri sehingga membuat Fatia lebih merasakan menjadi seorang wanita yang begitu dihargai.

Berbeda dengan Hafizh. Sikap unmoody yang sering kali ditunjukkan oleh Hafizh membuat Fatia gereget sendiri. Kadang ingin sekali memarahinya namun saat mengingat bagaimana manjanya si bos itu kepadanya membuat hatinya langsung berdesir dengan kencang. Intinya rasa timbul tenggelam itu hanya bisa dirasakan Fatia atas hubungan pertemanannya dengan Hafizh.

Hidupnya lebih berwarna, jokes singkat yang kadang hanya recehan bisa membuat pipi Fatia merona dengan sempurna.

Tapi begitulah rasa, jika Fatia hanya merasakannya sendiri untuk apa tetap disimpan. Yang ada nantinya pasti akan menimbulkan sakit hati berkepanjangan karena rasa baper yang tak berkesudahan.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang