📒 13 ✏️ Bukan Fatimah AzZahra ✏️

7.7K 951 124
                                    

It's hard to pretend you love someone when you don't but it's harder to pretend that you don't love someone when you really do____________________

🍄🍄

SEPERTI halnya cerita, selalu ada author di belakangnya. Atau sebuah sandiwara, tentu saja hidup atas arahan seorang sutradara. Merangkak, berjalan lalu setelahnya berlari adalah sebuah rangkaian yang tidak akan pernah terlepas dari tumbuh kembang manusia.

Seperti halnya gadis mungil dengan panggilan Aira. Entah mengapa dunianya kini seolah berpusat kepada sosok laki-laki yang benar-benar dia kagumi. Harusnya cinta yang tumbuh itu dibiarkannya mati bukan malah dipupuk dan disirami.

Aira memang mengarahkan anak panah cintanya tepat ke pangkuan Hafizh. Bahkan jauh sebelum dia tahu akan magang PKL di perusahaan yang dia pimpin. Tegas namun terarah dan sudah terbukti nyata, selama Aira magang 2 bulan di sana belum pernah sekalipun Hafizh bertindak teledor. Semua pekerjaan dilakukan detail. Acapkali memang sering terlihat dia menegur seorang pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan rule atau arahan yang dia berikan. Intinya, dekat dengan Hafizh harus siap dengan segala tantangan, kerja cerdas dengan arah tepat sasaran.

Percayalah bahwa Allah itu menciptakan manusia telah memenuhkan juga fungsi masing-masing anggota tubuhnya. Mata, telinga, tangan dan kaki diciptakan dua memang untuk lebih banyak melihat, mendengar, bekerja daripada mulut kita yang hanya satu untuk berbicara.

Satu saja sudah bisa bikin kisruh dunia karena mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak pantas untuk di ucapkan, apalagi jika Allah menambahnya jadi dua, tiga atau mungkin empat. Bisa terbayangkan bagaimana beratnya dunia dengan kebisingan yang tiada pernah pasti ujung dan pangkalnya.

Ya, Hafizh adalah pimpinan yang mengutamakan penghematan. Terutama mengenai waktu, dia lebih senang jika karyawannya pulang tepat waktu namun tugasnya beres daripada harus overtime tapi yang di kerjakan juga sama hasilnya.

Dengan gayanya yang memang sedikit ketus tapi sebenarnya dia orang yang sangat humble dan humoris. Sifat yang justru membuat Aira semakin menyuburkan rasa yang seharusnya dia kubur dari awal mereka bertemu.

"Apa yang telah aku katakan tadi pagi. Allah ampuni hambamu ini, telah lancang mengemukakan rasa yang seharusnya masih tersimpan rapi di hati. Namun hamba bukanlah seorang Fatimah AzZahra yang sanggup menyimpan cintanya kepada Ali bin Abi Thalib hingga syaitonpun tidak bisa mendengarnya karena begitu rapinya dia menyimpan perasaannya." Akhir dari penghujung maghrib ini Aira benar-benar menyesal. Namun apa di kata, penyesalannya tidak akan merubah apapun. Hafizh tetap telah mengetahui kalau dia menaruh hati kepadanya.

Rasa malu yang sudah terlanjur mengudara membuatnya tidak bisa berkutik di hadapan Hafizh dan mungkin juga teman-temannya.

Waktu tidak mungkin diputar mundur. Apapun yang akan terjadi harus tetap dilalui dengan sepenuh hati. Tentang semua yang telah terucap akan tetap menjadi pelajaran yang begitu berharga.

Kini Aira hanya ingin mengistirahatkan badannya. Seharian berjuang untuk menegakkan kepala dengan menelan semua rasa malu lebih menyesakkan di dadanya.

"Ra kamu sakit?" suara Icha terdengar. Sosoknya yang tiba-tiba muncul di samping Aira membuat mata Aira kembali terbuka.

"Enggak." Dengan cepat bibir Aira menjawab pertanyaan sahabatnya.

"Tapi badan kamu panas, aku belikan obat penurun panas dulu ya di apotek." Icha mencoba menawarkan diri untuk membantu.

"Eh, nggak usah Cha. Dipake istirahat sebentar pasti juga sembuh ini sakitnya."

Icha tahu persis bagaimana riwayat kesehatan Aira. Itu sebabnya di tidak sembarangan memberikan obat kepada sahabatnya itu. Pneumonia yang dulu pernah di derita oleh Aira membuatnya lebih berhati-hati untuk memilih makanan, obat-obatan atau dengan kondisi fisiknya.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang