📒 17 ✏️ Kesibukan Baru✏️

Začať od začiatku
                                    

Belajar design, secara otodidak dilakukan oleh Fatia yang memang suka sekali dengan menggambar. Tidak sedikit dari gambarannya yang dipakai Qiyya untuk mengaplikasikan ke model pakaian yang akan dibuatnya untuk di jual. Memang sepertinya sejak awal Qiyya telah sependapat dengan selera fashion Fatia. Meskipun gadis itu tetap nyaman dengan rok panjang dan pakaian lebarnya. Namun untuk menggambar design dia begitu detail.

"Kamu bisa gambar juga Fatia?"

"Sedikit, kalau lagi nganggur."

"Gunting dan jahit bisa juga?"

"Selama modelnya simpel dan kainnya polos aku bisa sedikit tapi kalau yang batik dan harus ngepasin gitu yang agak sulit belum sampai belajar ke sana."

Kehebohan teman-teman Fatia yang akhirnya mencoba serta mulai mencoba dan mengunggah di berbagai akun media sosial mereka harus terhenti saat sebuah mobil SUV datang dan seorang laki-laki turun dari balik kemudi. Hafizh baru saja selesai kuliah dan ingin mengecek apakah Fatia telah membuka butiknya atau belum. Sementara Fatia masih sibuk dengan pelanggan-pelanggan butik yang lainnya.

"Fatia, pelanggan cowok tuh. Aduh itu orang apa artis?" ucap Widya.

Fatia melihat ke arah ditunjukkan Widya dengan matanya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Artis yang dia bilang itu bukanlah orang lain bagi Fatia tapi si bos yang mungkin datang untuk mengecek pekerjaannya. Sehingga Fatia bergeming dari tempatnya berdiri. Masih dengan mode melayani customernya.

Mendengar Fatia tidak merespon ucapannya, Widya langsung menyambut Hafizh dengan sapaan khas penjual kepada pembeli barunya.

"Selamat siang Mas, ada yang bisa dibantu?" bukannya menjawab Hafizh justru tersenyum tipis. Bukan untuk menggoda tapi untuk menghormati meski dalam hati bertanya siapa wanita yang menawarkan bantuan kepadanya ini.

"Ini model terbaru loh dari butik kami. Kalau masnya mungkin ambil banyak pasti akan kami berikan diskon khusus." Boleh juga bahasa pemasarannya, namun memberikan diskon? Apa-apain ini, Hafizh yang memiliki butik ini saja belum mendelegasikannya kepada Fatia.

Somehow, Fatia mengerti atau justru membiarkan temannya ini terjebak situasi. Salah seorang temannya juga hanya memperhatikan interaksi Widya dengan calon pembelinya.

"Boleh, mana yang paling istimewa dari butik ini?"

"Mohon maaf untuk diberikan kepada siapa Mas, ibu atau mungkin kekasih atau istri." Kata Widya yang masih sangat serius untuk melayani. Lagi-lagi Hafizh tersenyum simpul, hampir membuat Widya pingsan di tempat.

"Istri. Calon istri lebih tepatnya." kembang yang mulanya mekar dengan subur di hati Widya tiba-tiba melayu saat mendengar bahwa lelaki rupawan di depannya ini telah memiliki seorang calon istri.

Meski tidak bersemangat lagi tapi masih dengan sikap profesionalnya Widya mencoba mengambilkan pakaian yang dirasa pantas untuk diberikan kepada sang calon istri bapak yang masih berdiri tegak di tempatnya sambil mengedarkan pandangannya ke semua penjuru butik. 'Lakinya saja seperti ini, perempuannya pastilah sangat istimewa.'

Setelah customer yang dilayani Fatia selesai melakukan pembayaran dan di sana hanya ada dia, Widya juga Puspa. Baru Fatia angkat bicara, "Sorry Bang, I invited my friends here."

Tidak ada jawaban dari mulut Hafizh. Hanya senyuman dan tatapan penuh tanda tanya dari kedua teman baru Fatia.

"No matter what, if it doesn't annoyed your job."

"I don't think so, but they had been upload some picture to their sosmed for offer our product."

"Do it. If you think it's a good to do." Jawab Hafizh dengan gayanya yang semakin membuat kedua teman Fatia terpesona dan semakin bertanya-tanya. Sepertiya memang Fatia belum menceritakan banyak tentang dirinya sehingga kedua teman barunya ini harus saling memandang seolah bertanya namun keduanya sama sama tidak mengetahui jawabannya.

KAULAH KAMUKU [Telah Terbit]Where stories live. Discover now