04. Berawal dari Buku

307 49 28
                                    

a/n:
chapter ini dan setelahnya adalah flashback masa-masa marvelyn baru tau tentang ryan sampai akhirnya sama dia. flashbacknya dijelasin dapat bentuk POV si marvelyn alias narasinya pake sudut pandang orang pertama.

ohiya, ini cuman fyi aja sih hehe. kl ada kata bahasa inggris yang model percakapannya dalam bentuk chat gitu, aku gak pernah italic. soalnya biar keliatan kayak chat beneran gitu😬.

okeii, happy reading!

📝

Dari awal sadar punya rasa ke Ryan, sama sekali gak pernah kepikiran kalau perasaan gua ke dia bakal sedalam ini.

Nah, sebelum gua mulai cerita. Gua mau jelasin sedikit tentang sekolah gua. Colorosa itu bukan sekolah yang khusus satu jenjang aja. Semua jenjang dari PG sampai SMA ada. Hanya gedungnya saja yang terpisah-pisah, tetapi masih saling berdekatan. Jadi mayoritas murid SMA Colorosa itu alumni dari SMP Colorosa. Bahkan banyak juga yang udah sekolah di sini sejak PG. Contohnya, gua sama Kle dan Kelsey.

Oke.. Jadi begini..

Sewaktu SMP gua gak pernah peduli sama ekstensi Ryan. Apalagi dulu ada dua Ryan di sekolah. Yang satu namanya Ryan Fernando, cuman dia udah pindah. Terus gua pernah satu kelas sama nih orang. Sedangkan sama Ryan Tanaka gak pernah. Sekadar tau nama aja. Kurang ingat wajahnya gimana.

Mama gua itu guru inggris. Dari gua masih kecil, dia ngajar di sekolahan. Tapi berhenti waktu gua naik kelas tiga SD. Sekarang mama cuman jadi guru les private yang muridnya datang ke rumah atau mama yang pergi ke rumah mereka.

Di hari pertama MPLS sebelum keluar dari rumah, gua keingat omongan mama tentang murid lesnya yang satu sekolah dan seangkatan sama gua.

"Ma!"

"Ya, kenapa?"

"Murid les mama yang waktu itu mama ceritain namanya siapa?"

Mama ngerutin alis bingung, "hah? Yang mana?"

"Itu loh yang katanya satu sekolah dan seumuran sama aku," kata gua berusaha mengingatkan.

"Oh. Mama lesin adeknya bukan kokonya."

"Nama kokonya siapa?"

"Ryan."

Baru gua mau jawab, tapi badan gua udah didorong-dorong mama. Disuruh cepet-cepet berangkat ke sekolah soalnya takut terlambat. Katanya. Yaudah gua pasrah aja.

Semua kegiatan MPLS hari pertama berlangsung di lapangan. Kita satu angkatan kayak sengaja dijemur panas-panasan dari pagi sampai siang.

Gua inget banget kegiatannya sangat menguras tenaga. Mana anak-anak cewek harus dikuncir tiga dan pakai pita yang warnanya sesuai sama warna kelompok. Terus tas yang dipake juga harus kantong kresek yang tali tasnya dibuat dari tali rafia.

Sebelum kegiatan melelahkan itu tepatnya usai upacara, kakak-kakak OSIS perintahin barisan cewek dan cowok untuk berdiri berhadapan satu sama lain.

Tentu gua manfaatin kesempatan itu dengan sangat baik.

Gua liatin satu-persatu name tag anak-anak cowok yang satu kelompok sama gua. Dan kebanyakan gua kenal semua sih. Paling dua sampai tiga orang gua gak kenal karena mereka anak baru.

Mata gua berhenti di satu nama. Ryan Tanaka.

Kemudian mata gua dan Ryan ketemu disaat gua mau liat mukanya.

Tunggu.

Ini karena emang dia nyadar gua perhatiin atau dari tadi dia emang udah liatin gua? Gak geer ya. Tapi nih anak masih aja natap gua. Akhirnya gua ngalihin wajah ke arah lain. Walau masih merasa diliatin. Gua memilih untuk gak peduliin.

[1] Dear You ✔️Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon