09. Desiran Hati

262 43 34
                                    

Seberapa keras Ryan coba menyangkal perasaannya, akan ada suatu waktu atau situasi dimana ia tak mampu menyangkalnya lagi.

Contoh nyatanya adalah hari ini. Sekitar lima belas menit lalu, dirinya dan Kefas tidak sengaja berpapasan dengan Marvelyn, Teresa, Clemen, May, dan Clara.

Ryan dapat merasakan desiran yang menggelitik pada dadanya sewaktu matanya dengan mata Marvelyn saling bertukar pandang. Rasa yang sebenernya selalu ia rasakan setiap kali berinteraksi atau berada di dekat gadis itu. Hanya saja hari ini terasa begitu jelas.

Dan Ryan tidak bisa menampiknya lagi.

Ryan sama sekali tidak mendengarkan omelan Teresa padanya dan Kefas. Pikiran dan alam bawah sadarnya dikuasai oleh suara indah dan senyumam manis milik Marvelyn yang barusan menyapa dirinya dan Kefas.

Yang mampu mengembalikan kesadarannya hanya Kefas yang memanggil nama dan menguncang tubuh lelaki itu.

Sadar bahwa kelima gadis itu telah pergi, Ryan membungkam bibirnya dan meninggalkan Kefas yang menantapnya sembari menggelengkan kepala.

"Buset disapa Marvelyn doang langsung begitu."

📝

Harvey menghempaskan tubuh ke atas kasur dengan posisi terlentang dan menatap langit-langit kamar. Ia lalu menghela napas panjang. Satu harian ini, Harvey merasa perasaannya seperti diusik. Dan ia tidak menyukai hal itu. Tiga hari semenjak kerja kelompok di rumah Clara, ia dan Marvelyn semakin dekat. Keduanya jadi sering mengirim pesan pada satu sama lain lewat Line. Entah obrolan biasa, random, atau yang berhubungan tentang sekolah yang membuat kapten futsal SMA Colorosa itu selalu terhanyut akan percakapannya dengan gadis itu.

Seperti sekarang, Harvey meraih ponsel di dekatnya. Membuka aplikasi Line, kemudian room chat dirinya dengan Marvelyn.

Lagi-lagi, ia menghela napas panjang.

Marvelyn tak kunjung membalas pesannya. Apa yang sedang dilakukan gadis itu? Apa ia sedang sibuk menyiapkan DBL atau tertidur karena kelelahan? Atau... asik mengobrol dengan Mikhael?

Ah! Lupakan! Untuk apa ia memikirkannya? Harvey meletakkan ponsel asal, tanpa menguncinya. Tak menyadari bahwa Marvelyn sudah membalas pesannya.

Marvelyn: iya gua inget, sbb abis bikin koreo
[read 17.00]

Marvelyn mengernyit, "langsung dibaca, tapi gak dibales?" gumamnya, "apa lagi ngetik?" Harvey tak pernah mengetik pesan selama ini. Apa ia kesal karena dirinya membalas pesannya lama? Tapi untuk apa Harvey kesal?

"Gak jelas." Marvelyn melempar ponsel ke atas ranjang, memutuskan untuk melangkah menuju kamar mandi. Tak ingin ambil pusing.

Di tempat lain, lelaki bernama lengkap Mikhael Tanaka itu menatap layar ponsel. Menunggu pesannya dibalas oleh Marvelyn.

Mikhael: lyn lagi apa?

"Mikhael!"

Mikhael memandangi Yonathan, memberi tatapan 'ada apa' pada lelaki itu.

[1] Dear You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang