1. Sebuah Awal

68 8 6
                                    

Leo

            Hari ini, aku akhirnya bisa pulang ke apartemen, setelah memutuskan cuti kuliah selama kurang lebih dua bulan untuk mengikuti tur musikal bersama beberapa teman yang juga satu universitas denganku. Aku sangat yakin kalau kini tempat tinggalku dipenuhi oleh debu, karena tidak ada yang membersihkan selama aku pergi.

            Dengan membawa beberapa barang ditangan, aku segera menaiki tangga menuju kamar ku. Apartemen yang ku tempati ini tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil. Setidaknya cukup untuk ku tinggali. Tempatnya juga bagus, meskipun ada dikawasan Kota, tetapi tidak berisik dan suasananya nyaman.

            "Terima kasih sudah membantu, Johnny." ucapku ketika temanku, Johnny meletakkan barang-barang ku didepan pintu apartemen. Dia menawarkan diri untuk membantuku membawa beberapa barang yang ku bawa, setelah bus berhenti tepat didepan bangunan apartemenku.

            "Tidak masalah. Kalau begitu aku turun ya, besok jangan lupa kuliah." ujarnya kemudian dia langsung pergi tanpa singgah sebentar.

            Rasa lelah sudah menyambar seluruh tubuhku, apalagi ketika sudah memasuki apartemen. Oh, ya ampun, ruangannya benar-benar harus dibersihkan. Dan kupikir setelah istirahat sebentar aku harus bersiap-siap membereskan ruangan.

-οΟο-

            Kupikir aku bisa mendapat waktu istirahat lebih, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Aku harus masuk kuliah lagi karena waktu cuti ku sudah habis. Ini benar-benar melelahkan, tetapi untungnya hari ini hanya pengumuman hasil akhir semester. Jadi aku hanya perlu duduk dan mendengarkan para dosen dan kepala prodi bicara.

            Tepat saat aku berjalan ditengah ramainya koridor kampus, aku merasakan sebuah tepukan dibahu. Otomatis aku langsung menoleh kebelakang dan mendapati temanku tersenyum, kemudian merangkulku.

            "Kemana saja kau, kawan!" serunya.

            "Lama tidak bertemu, Josh!"

Well, namanya Joshua. Dia teman akrabku sejak semester satu. Dia juga satu jurusan denganku dan sebentar lagi kami berada ditingkat akhir. Kami mengambil jurusan Musik Klasik, jurusan yang dominan diisi oleh laki-laki.

Di Lanfranch sendiri terdapat tiga jurusan, yaitu: musik klasik, drama dan tari kontemporer, dan musikalisasi drama. Lanfrach sendiri merupakan universitas paling berpengaruh dalam mencetak orang-orang hebat dibidang seni. Tak heran bila dalam setiap jurusan, mereka hanya akan mengambil 15 sampai 20 orang pertahunnya dengan mempertimbangkan kemampuan mereka.

"Bagaimana tur musiknya? Kudengar kau berkolaborasi dengan Rose."

"Yah, begitulah."

"Wow, itu keren sekali. Bisa berkolaborasi dengan Masterpiece Lanfrach." ujarnya bangga. Kemudian dia menepuk bahuku lagi.  "Kau memang luar biasa."

Aku pun hanya bisa tersenyum. Joshua memang berlebihan.

"Omong-omong, kita harus cepat ke gedung teater, sebentar lagi acaranya akan dimulai." kemudian Joshua malah pergi mendahuluiku. Memang kurang ajar sekali dia. Aku pun mengikuti langkahnya menuju gedung teater.

-οΟο-

            Aku kini memasuki gedung teater bersama dengan beberapa orang lainnya. Aku langsung menaiki anak tangga untuk bisa masuk ke dalam ruangan. Ternyata didalam ruangan sudah ramai sekali, orang-orang sudah memenuhi beberapa tempat duduk. Bahkan ada dari mereka yang mencarikan tempat duduk untuk temannya dengan meletakkan tas disamping kursi.

AkasiaWhere stories live. Discover now