Ana merasakan sentuhan ringan di pipinya yang berangsur menjadi elusan lembut, "Wajahmu terlihat kesal sekarang."

"Jangan dipikirkan, bukan urusanmu untuk mengetahui alasan mengapa aku sangat kesal sekarang" dengan sekali tepis tangan Ryou kini menjauh dari wajah Ana, "Sekarang tugasku merawatmu sudah selesai, aku ingin imbalan," pinta Ana.

"Imbalan?"

An mengangguk, "Aku ingin kau memulangkanku ke Las Vegas segera."

Ryou tampak tersenyum, tanpa di duga oleh Ana pria itu menarik tubuhnya hingga membuat mereka saling pandang sekarang.

"Aku tidak bisa mengabulkan permintaan yang satu itu karena sejak kau menginjakkan kaki di rumah besar Black Rose kau sudah sepenuhnya terikat denganku. Tidak ada yang bisa memutuskan ikatan tersebut selain aku dan juga kematian"

Ana terpaku pada manik mata Ryou. Biru laut namun begitu gelap hingga membuat Ana sesak karena melihatnya.

"Aku tidak akan segan-segan membunuhmu kalau kau mencoba untuk kabur" lanjut Ryou kemudian.

Ryou tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Ana yang terlihat menegang hingga dahi mereka saling bersentuhan.

"Aku memberi waktu untukmu berfikir mengenai imbalan yang kau inginkan"

"Tidak perlu, aku akan memberitahu apa yang kuinginkan sekarang."

Ryou menaikkan sebelah alisnya, merasa gemas dengan raut wajah Ana yang sok berani, padahal dengan jelas dia merasakan detak jantung Ana yang berdegup kian kerasnya.

Gadisnya takut, tentu saja dan hal ini membuat Ryou sangat terhibur.

"Aku ingin--"

"Ingin?" tangan Ryou tidak tinggal diam, pria itu dengan perlahan menyentuh bahu Ana terus naik hingga tengkuk.

"Aku ingin makan yang banyak."

Gerakan Ryou terhenti, pria itu sedikit membulatkan matanya.

"Kau hanya ingin makan?"

Ana mengangguk, "Aku ingin berbagai makanan yang lezat tersaji sekarang juga."

Tunggu sebentar, telinga Ryou yang mengalami gangguan atau Ana yang terlalu bodoh. Sungguh, Ana adalah seorang perempuan dan bukannya perempuan biasanya selalu makan sedikit untuk mengontrol berat badan agar tetap ideal?

"Kau sanggup 'kan? Hanya menyediakan makanan untukku tidak akan banyak menghabiskan pundi uangmu, Bos Yakuza."

"Kau merencanakan sesuatu?"

Dengan cepat Ana menggeleng, gadis itu menjauhkan diri dari Ryou kemudian beranjak duduk membelakangi Ryou yang masih berbaring.

Memang benar dia merencanakan sesuatu dan entah mengapa Ana ragu untuk melakukannya. Seumur hidup dia tidak pernah makan berlebihan walaupun hobinya adalah makan.

"Siapkan segera, aku ingin mandi." Ana bergerak perlahan menuju kamar mandi, selepas dirinya sampai di depan pintu Ana melihat sekilas kearah Ryou.

Pria itu menyeringai padanya sembari menaikkan sebelah alisnya bagaikan menantang Ana untuk melakukan hal yang tengah gadis itu rencanakan sekarang.

Sialan, sekarang Ana mulai ragu untuk melakukannya atau mengajukan permintaan lain.

"Ryou, aku berubah pikiran."

"Tidak, permintaanmu sudah kuterima. Tidak ada aturan untuk membatalkannya."

-+-

Ana menatap dengan nanar makanan yang tersaji di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ana menatap dengan nanar makanan yang tersaji di depannya. Rasa menyesal langsung melandanya tatkala makanan terus saja silih berganti berdatangan memenuhi meja makan. Bahkan Ana tidak lagi melihat permukaan meja tersebut karena di tutupi berbagai makanan yang tersaji.

Bodohnya, mengapa dia sampai kepikiran untuk membuat rencana ini. Ana berniat untuk menunjukkan kelakuan beringasnya saat makan namun dia juga tidak membayangkan jika makanan yang diberikan padanya bisa sebanyak ini. Apalagi sebagian besar makan mengandung karbohidrat.

Ana bisa gemuk jika melanjutkannya.

Tidak, ini dia lakukan agar Ryou merasa muak padanya karena tingkah anehnya tersebut. Dia akan melakukan apa yang tidak dilakukan gadis normal lainnya, Ryou pasti akan jijik dan langsung mendepaknya dari rumah ini.

Ana mengambil sebuah losbter bakar di dekatnya dengan menggunakan tangan kemudian melahap dengan rakus. Tentu saja hal ini membuat para pelayan dan juga bawahan Ryou yang tidak sengaja lewat di sini tercengang akibat ulahnya.

Perlahan-lahan Ana menghabiskan semua hidangan lobster yang berada di meja. Tenaganya sudah mulai habis dan juga nafasnya sudah mulai terengah karena terlalu banyak makan.

"Ayolah, kau harus makan lagi," Ryou yang duduk di sampingnya mengambil seporsi puding jagung kemudian menyerahkan padanya, "Kudengar kau sangat menyukai puding jenis ini."

Ana menggeleng kepala dengan lemah sembari menggembungkan pipi. Beberapa detik kemudian Ana berucap.

"Tidak, aku tidak ingin makan lagi," teriak Ana, gadis itu berlari ke arah kamar mandi, meninggalkan Ryou yang akhirnya tertawa setelah menahan cukup lama.

"Jarang sekali melihat Takahiro sama tertawa lepas seperti ini."

Ryou berhenti tertawa, pria itu mendapati seorang pria yang berpakaian dokter duduk di sampingnya.

"Kurasa keadaanmu baik-baik saja sekarang."

Yamada Yuto, sudah lebih dari lima tahun pria itu bergabung di organisasi Yakuza yang Ryou pimpin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yamada Yuto, sudah lebih dari lima tahun pria itu bergabung di organisasi Yakuza yang Ryou pimpin. Dikenal sebagai dokter umum di sebuah rumah sakit negeri di Jepang siapa sangka di balik itu semua Yuto merupakan salah satu eksekutor bagi  orang-orang yang mencari masalah dengan Black Rose.

Berbeda dari para bawahan Ryou yang sering menyiksa dengan membabi-buta, pria yang sering kali tersenyum ini lebih memilih menyiksa korban dengan cairan kimia kemudian melihat dengan tenang korban yang  tersiksa, layaknya tengah menyaksikan film di layar tancap.

Senyuman Yuto memudar seketika, pria itu menampilkan wajah serius sembari menyerahkan sebuah map.

"Penyelidikan mengenai nona Ana sudah selesai di lakukan," jelasnya kemudian.

Ryou menerima map tersebut kemudian membacanya perlahan, dahinya berkerut ketika menemukan sesuatu.

"Dia adik dari orang itu?" tanya Ryou memastikan. Tidak di sangka bahwa orang itu merupakan salah satu keluarga Macklemore sama seperti Ana.

Ryou tersenyum kemudian kembali menyerahkan map tersebut pada Yuto.

"Ini benar-benar menarik," gumam Ryou, diliriknya Yuto yang akhirnya kembali tersenyum walaupun sangat tipis, "Aku semakin tidak bisa melepaskan Ana."

The DominantWhere stories live. Discover now