Part 1

19.2K 1.1K 10
                                    

"Aku akan mengirim naskahnya nanti."

Telinga Ana berdengung tepat dikala dia bangun dari tidur. Sungguh, Ana baru saja tidur selama tiga jam karena terlalu sibuk mencari data ke sebuah kasino. Tidak bisa dikatakan sebuah karena nyatanya dia mengunjungi dua kasino, hanya saja data yang didapat tidak sesuai ekspektasi Ana karena Rose membawanya ke sebuah kasino yang terlihat seperti sebuah pub biasa.

"Data yang kudapatkan belum cukup," Ana beranjak dari tempat tidur dengan ponsel yang masih berada di telinga, siap mendengar teriakan keras dari editornya. Memang editor kali ini terlihat seperti orang pemarah namun sungguh dibalik pemarah yang Kath punya, semua naskah yang ditangani oleh wanita itu tidak memiliki cacat sama sekali dan sering kali best seller.

"Sudah kukatakan jika kau tidak perlu datang ke kasino, kau cukup membaca buku ataupun mencari di internet mengenai kehidupan di sana."

"Rasanya berbeda, seperti aku harus memilih menikmati roti penuh coklat atau roti tawar. Kau pasti tau jika coklat adalah makanan kesukaanku."

"Terlalu bahaya, bagaimana jika ada yang menculikmu?"

"Untuk apa menculikku, aku hanyalah orang biasa," Ana mengambil gelasnya didapur kemudian mengisinya dengan air mineral, "Lagipula uang tabunganku hanya tinggal sedikit."

"Kau menghabiskannya untuk membeli makanan secara berlebihan. Aku heran mengapa kau masih terlihat kurus."

Selagi Kath berucap Ana memutuskan untuk minum air mineral yang baru saja dia tuangkan dalam gelas kemudian mengunyah satu lembar roti tawar.

"Entahlah, mungkin di perutku terdapat black hole."

"Lucu sekali, Ana."

"Terima kasih atau pujiannya."

Ana mendengar suara hela nafas Kath.

"Aku memberikan waktu dua minggu lagi, aku berharap jika naskahnya sudah terkirim sebelum waktu yang ditetapkan."

"Aku akan mengirimnya tepat waktu," kemudian Ana memutuskan sambungan secara sepihak, jika dia membiarkan Kath berbicara maka Ana tidak akan sempat mandi dan juga mempersiapkan diri.

Tentu saja mempersiapkan diri ke supermarket, membeli bahan makanan dan juga cemilan untuk mengisi perutnya hari ini, mungkin juga beberapa hari mengingat dia sangat malas keluar rumah.

Setelah mandi, Ana memutuskan memakai kaos putih yang sedikit kebesaran dan juga celana jeans. Ana mengambil sebuah jaket musim dingin mengingat di luar sana salju sedang turun. Sebenarnya Ana sangat tidak menyukai salju turun walaupun pada nyatanya dia menyukai warna putih polos yang memenuhi jalanan seperti sekarang ini. Rasa dinginlah yang membuat Ana membenci sang salju tidak bersalah, apalagi ketika secara tidak sengaja serpihan salju mengenai jeans yang ia pakai membuat jeans tersebut sedikit basah dan lembab.

Untung saja supermarket di lingkungan ini sangat dekat dengan apartment miliknya sehingga dia tidak perlu meluangkan waktu lama di luar.

"Kamu beruntung karena coklat mint kesukaanmu baru saja datang tadi."

Ibu pemilik supermarket langsung menyambut Ana dengan suara lembutnya tepat dikala dia menginjakkan kaki di supermarket ini.

"Benarkah? Berarti ini hari keberuntunganku."

"Tentu saja, coklatnya ada di samping rak makanan sereal," wanita tersebut menunjuk kearah salah satu rak yang berada disini. Sontak mendengar hal itu langsung saja Ana berlari dengan semangat menuju rak yang dimaksud sang pemilik.

Matanya berbinar ketika mendapatkan apa yang dia inginkan. Tanpa memikirkan berapa uang yang akan Ana keluarkan dia mengambil semua persediaan coklat yang diletakkan di rak. Selepas itu barulah ia berjalan santai mengambil beberapa bahan makanan yang ia butuhkan.

Namun tanpa disangka Ana terpaku sesaat ketika melihat sesosok pria dengan setelan jas lengkap tengah berada di depan rak buah, tangan pria itu terlihat tengah mengambil satu persatu jeruk yang ada disana. Sekali lagi Ana mengedipkan matanya memastikan jika pandangannya tidak salah.

"Takahiro," desis Ana, bagaimana bisa pria itu berada di sebuah supermarket tanpa penjagaan yang ketat seperti ini. Ayolah, Ana sangat mengetahui jika seorang pemimpin organisasi kriminal sering diincar oleh pihak kepolisian ataupun pihak lain.

Seketika tanpa Ana sadari dia menjatuhkan keranjang belanjaan, jangan salahkan Ana yang begitu terkejut dengan keberadaan Takahiro. Dia bahkan terpaksa meninggalkan barang belanjaannya di lantai, memutuskan untuk berlari keluar dari sini.

Ana ingat apa kata Rose mengenai nyawa yang dia pertaruhkan. Apalagi dia mendengar dengan telinganya sendiri bahwa pemimpin Yakuza itu menginginkannya, entah itu menginginkan untuk diperdagangkan di pasar manusia ataupun menginginkannya untuk dibunuh di tempat.

Argh, membayangkan saja Ana sudah dibuat bergedik.

Ana berlari secepat mungkin, tidak peduli jika dia hampir terpeleset karena licinnya jalan atau jantung Ana yang sudah berdetak begitu kencang karena terlalu cepat berlari, yang terpenting adalah Takahiro tidak mengetahui keberadaannya.

Sialan, dia sudah tidak kuat lagi berlari.

Ana menghentikan langkah, lantas dahi Ana berkerut. Jika dipikirkan untuk apa dia berlari, mengingat Takahiro tidak terlalu perhatian dengan keberadaan Ana saat itu di supermarket.

Benar juga, Ana terlalu parno akibat perkataan bibi Rose tempo lalu.

Tidak perlu dipikirkan, Takahiro akan cepat melupakannya.

=-=

The DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang