Chapter 2 - Press Conference

6.1K 356 18
                                    

VOTE DAN COMMENT!!!

***

  Sepeninggal Rose, Megan menatap langit langit kamarnya. Pikirannya melayang berusaha mengingat sesuatu yang tidak seharusnya. Ponselnya berdering di atas nakas, Megan berusaha mengambilnya tapi karena terlalu malas bergerak ponselnya malah terjatuh ke bawah tempat tidur. Ia lalu bangkit dan melihat ke bawah tempat tidur. Tangannya meraba-raba untuk memcari letak ponselnya yang masih berdering. Gotcha! Megan menemukan ponselnya, lalu saat ia mulai menarik tangannya keluar tak sengaja ia menyentuh benda lain, ia kemudian juga menarik benda tersebut keluar. Ia lalu menemukan sebuah kotak berbentuk love berwarna pink.

   Ia mengingat kotak apa ini, lalu ia membuka kotak tersebut mengabaikan deringan telfonnya yang belum berhenti. Hal pertama yang ia lihat adalah sebuah kalung dengan bandul bintang. Lalu ada sebuah foto anak perempuan dan anak lelaki sambil berpegangan tangan. Foto yang selalu ia simpan hingga sekarang.

Megan memegang kepalanya ketika tiba-tiba rasa sakit menyerang. Lagi-lagi nama itu melintas di pikirannya.

***

   Megan bangun dari tidurnya ketika alarm berbunyi dengan keras. Jarum jam masih menunjukan pukul lima pagi. Hari ini adalah hari penting untuknya, karena setelah lima tahun menjalankan kariernya di London ia akan mengumumkan ke seluruh dunia bahwa ia akan menjalankan kariernya di New York.

   Megan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya, ia berniat untuk lari pagi terlebih dahulu. Setelah siap dengan pakaiannya, ia keluar dari kamar menuju dapur. Ia membuka lemari pendingin dan mengambil satu botol air mineral dan meneguknya.

Kakinya melangkah keluar dari mansion yang masih sangat sepi. Setelah berjalan keluar dari area mansion nya, ia lalu mulai berlari menuju sebuah taman terdekat. Tiga puluh menit sudah ia berlari, dan sekarang ia mendudukan dirinya di sebuah bangku taman. Keadaan taman tak terlalu ramai hanya ada beberapa orang yang sedang berolahraga seperti dirinya. Angin pagi ditambah musim salju yang sebentar lagi datang membuat udara dingin seakan menusuk kulit Megan.

   Tak sengaja tatapannya bertemu dengan sepasang mata hitam tajam yang sedang menatapnya. Megan mengalihkan pandangannya. Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak di perhatikan seperti itu. Ia memutuskan untuk kembali ke mansion karena ia harus segera bersiap. Megan merasa dirinya diikuti seseorang. Ia menoleh ke belakang dan melihat sosok pria yang tadi memerhatikannya di taman.

   Shit, apakah orang itu adalah penguntit? Cepat sekali berita ku kembali kesini tersebar. ucap Megan dalam hati.

   Megan menambah kecepatan berlarinya saat sudah sampai di depan mansionnya, ia melihat pria itu berjalan ke arah pintu gerbang mansion yang tak jauh berada di depan rumahnya. Sebelum memasuki mansionnya tatapan Megan dan pria itu kembali bertemu lagi. Namun, pria itu memutuskan lebih dulu dan masuk ke dalam mansionnya. Megan tidak bisa melihat jelas wajah pria itu, karena ia memakai topi dan masker, tapi Megan bisa melihat mata hitam milik pria itu seakan menguncinya dengan cara yang Megan tidak mengerti.

***

"Darimana saja kau, Meg?" tanya Tamara ketika Megan baru saja memasuki ruang dapur. Terlihat ibunya sedang sibuk menyiapkan bahan masakan dengan dibantu beberapa pelayan.

"Aku baru saja lari pagi." jawab Megan lalu meneguk segelas air putih untuk menghilangkan dahaganya.

"Aku kira kau menyesal telah kembali pulang ke rumah." sahut Zac yang datang dari atas tangga sambil menguap. Megan hanya menatapnya bosan lalu mengalihkan pandangannya.

   "Kalau begitu, aku ke atas dulu, Mom." ucap Megan lalu pergi menuju kamarnya.

   Sesampainya di kamar ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. Tak butuh waktu lama ia sudah selesai dan segera memakai pakaiannya. Ia memoleskan sedikit make up pada wajahnya. Jangan kira Megan adalah wanita yang suka berdandan seperti wanita lain yang memakai riasan tebal. Ia hanya akan memakai bedak, sedikit perona pipi, mascara, dan lipstick.

The Sweet JerkWhere stories live. Discover now