Kisah Kusut Isekai

57 13 13
                                    

WARNING!
Cerita nggak jelas. Terdiri dari MC sampah dan deretan karakter anime yang bermacam-macam.

Aku tidak tahu harus bercerita mulai dari mana. Pasalnya semua kejadian di sekelilingku terjadi begitu saja ketika perutku meminta jatah boker. Sialnya, saat kubuka pintu WC, bukan kloset yang kutemui. Apalagi ember lengkap dengan kran airnya. Melainkan langit biru dan awan.

Sialnya? Ah, iya, aku lupa mengatakan kesialan yang kusebutkan itu terletak di mana.

Jadi, saat kubuka pintu, aku tidak langsung menyadari bahwa isi WC rumahku berubah. Maka, kaki kananku sudah terlanjur mengambil langkah masuk sehingga keseimbanganku hancur. Alhasil, dengan gerakan dan ekspresi dramatis, tubuhku pun jatuh.

Kutampar wajahku berkali-kali. Namun, apa yang kuharapkan---bangun dari mimpi atau apa pun sejenisnya---tidak terjadi. Shit, ini nyata. Jadi, apa kira-kira yang membawaku ke sini? Apakah di sini ada Dewa? Ataukah aku adalah seorang pahlawan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan sebuah negeri ajaib?

Hah, persetan! Otakku semakin tidak bisa berpikir jernih. Tekanan udara terasa semakin menusuk. Aku bagaikan sebuah meteor yang berusaha menyusup ke dalam atmosfer bumi. Daratan hijau sama sekali tidak terlihat di bawah sana. Hanya ada air. Air yang banyak.

Aku, Joe Aldian, umur 17 tahun, tewas karena pintu WC rumah berubah menjadi portal ke isekai. Eh--

BOING!

BOING!

Tubuhku tiba-tiba saja memantul saat tidak sengaja menabrak gumpalan awan putih. Pantulannya tidak dapat kukendalikan. Isi perutku pun mulai bergejolak karena mual. Astaga, Dewa di dunia ini sepertinya memang sedang mempermainkan aku!

Aku terus jatuh. Namun, kali ini sembari memantul-mantul di awan. Persis seperti bola merah yang ada di game bounce yang biasa kumainkan saat kecil. Dulu, aku selalu marah-marah kalau si Bounce tidak mau memantul tinggi. Astaga, apakah ini karma?

DUAK!

Pada akhirnya tubuhku mendarat di antara pepohonan jeruk. Seragam SMA yang sejak pulang sekolah tadi belum kuganti kini terkait ke dahan dan ranting pohon. Rusak!! Astaga!! Kalau emak tahu aku bisa dieksekusi!

Eh, pohon jeruk? Fix, aku sudah berada di surga. Pasalnya, seingatku, seharusnya aku menghantam laut. Mana ada pohon jeruk yang tumbuh di tengah laut, kan?

"Haduh, Joe!" Tiba-tiba terdengar suara dari sumber cahaya. Suara wanita. "Baru menumpang sebentar sudah buat masalah! Lihatlah apa yang sudah kau lakukan pada pohon jerukku!"

Aku mengerjap-ngerjap. Lantas, membalas, "um, bisa kau keluarkan aku? Aku sepertinya tersangkut."

SREK! BRUK!

Kerah seragamku ditarik kasar. Rasanya sakit saat pantatku terhempas ke permukaan kayu di bawah. Netraku pun menyipit tatkala sinar matahari menusuk-nusuk. Dan saat kubuka lebar kelopaknya, aku mendapati kaki jenjang mulus seorang wanita. Penasaran, aku pun menengadah.

Wanita di depan sedang menatapku marah. Kedua lengannya ditaruh sempurna di pinggang. Rambut oranye panjangnya berkibar tertiup angin, yang membawa aroma khas lautan. Eh, tunggu. Aku kenal siapa dia.

"N-N-Nami? Nami yang dari One Piece?" Aku menunjuk wanita itu dengan telunjuk gemetar.

"Jangan dekatkan telunjuk kotormu itu ke badanku, tahu!" Nami tiba-tiba saja memukul kepalaku hingga timbul dua benjolan berasap di sana. "Aku tahu kau habis menggunakannya untuk apa! Memangnya aku bodoh?!"

"M-memangnya untuk apa?" tanyaku penasaran.

"Kau habis melakukan permainan mengumpulkan upil bersama Luffy dan Usop, kan?!" tuduhnya marah.

HAH?!

ASTAGANAGA. AKU SEBENARNYA ADA DI MANA?!

"Oey, Nami! Jangan kasar pada tamu kita." Kali ini seorang laki-laki bertopi jerami datang menghampiri. Dia tersenyum lebar kepadaku, lantas berkata, "maaf, ya. Tadi aku melemparmu terlalu kencang, shishishi."

"H-hah?" gumamku semakin bingung.

"Apa kamu ini benar-benar anaknya raja bajak laut? Lemah sekali, katanya kau punya harga buronan sampai ratusan puluh juta beri." Usop yang mengekor di belakang Luffy ikutan bersuara. Dia mulai memandangku penuh selidik.

"Anak raja bajak laut apanya?!" pekikku syok. "Aku ini anaknya Pak Suherman dari negara +62!"

Nami, Luffy, dan Usop pun saling berpandangan bingung. Kemudian, Luffy melayangkan tatapan risih sambil bertanya, "sejak kapan raja bajak laut ganti nama? Siapa nama barunya tadi? Su-Suher-ru-man?"

Mendengar kalimat Luffy, aku pun refleks menatapnya datar. Kelopak netra bawahku berkedut-kedut, muak akan semua yang terjadi. Namun, kenapa mereka bisa tahu namaku, ya? Dan kenapa mereka mengajak aku bicara seakan aku sudah berada di kapal ini sejak lama?

"Chopper di mana?" tanya Nami seketika. Kepalanya menoleh ke sana dan ke sini.

"Di dalam. Dia sedang membaca buku," jawab Usop sambil mengedikan bahu.

"Ini gawat. Sepertinya Joe terkena amnesia gara-gara terbentur jeruk! Dia harus diobati!" celetuk Nami seketika.

"HAH?! JOE AMNESIA!" pekik Luffy dan Usop dengan mulut menganga lebar.

"Wah, Usop, keren sekali, ya, kita?" ujar Luffy berbinar.

"Betul! Kita bisa membuat buronan berbahaya seperti Joe amnesia, wkwkwk," balas Usop geli. "Memang, sih, tidak akan ada yang bisa mengalahkan God Usop ini!"

"Heh?! Kan, tadi aku yang melempar Joe!! Aku yang hebat!" Luffy tidak terima.

DUAK!

Dalam waktu sepersekian detik kemudian, kepala dua orang bodoh itu seketika benjol karena terkena bogem mentah milik Nami. "Cepat bawah Joe ke kamar Chopper!!!" teriaknya.

Aku sepertinya ... memang sudah gila. Terjebak di dunia One Piece. Lalu jadi buronan pemerintah? Terlebih, aku anaknya raja bajak laut?

"Gusti, apa ada lagi yang lebih gila?" gumamku merenung hebat.

Dewa isekai sepertinya mendengar doaku. Alhasil, terjadilah ledakan di sebelah kapal kru topi jerami alias Sunny Go. Lalu, tak lama kemudian, Zoro yang selalu mengawasi di area atas kapal berteriak, "tiba-tiba muncul kapal asing dari arah barat!"

"Oey! Arah yang kau tunjuk itu selatan! Mana yang bener, nih?!" Nami emosi.

Memang, Zoro itu buta arah. Dia bisa tersesat di jalan lurus.

"Bodo amat! Intinya ada kapal yang menembaki kita! Dan dilihat dari benderanya, sepertinya mereka bajak laut!" balas Zoro.

"Wah, sialan! Kita harus--" Belum sempat aku menyelesaikan kalimat, tiba-tiba saja sebuah pengait tertanam erat di sisi kapal. Lalu, secara ajaib, sebuah kapal dengan lambang bajak laut asing mendekat dengan kecepatan kilat. Alhasil, tidak ada jarak di antara kita, eh maksudnya di antara kapal Sunny go dan kapal asing itu.

"Hahahahah!" Terdengar suara tawa yang berasal dari kapal sebrang. Aku tidak bisa melihat sosoknya karena ada asap bekas ledakan yang masih agak mengepul.

Lalu, sosok itu pun bersuara lagi setelah puas terbahak, "jalan-jalan ke Jakarta, pulangnya mampir ke kampus!"

Tidak lupa, anak buahnya pun menimpali:

"Cakepp!"

"Ashiyap santuy!"

Kemudian, si suara pertama bersuara lagi, "cepat kalian serahkan harta, atau tidak kalian mampus!"

Ashiyap.

TBC WKWKWKWKW.

Tebak aku siapa?

Sigrún StoriaWhere stories live. Discover now