Kompetisi Berhadiah 80 Juta Dollar Sigrún (Part 1)

41 7 12
                                    

Gwen berlari menuruni tangga spiral di kantor eksekutif, suara sepatunya terdengar berirama bersamaan dengan suara teriakannya. Baru saja ia mendengar siaran langsung dari radio Sigrún yang memberitakan tentang lomba berhadiah 80 juta Dollar Sigrún. Untungnya, ia tidak sampai terkena serangan jantung ketika siaran tersebut didengar. Pasalnya, jarang-jarang ada kompetisi yang menghadiahkan pemenangnya sebanyak 80 juta Dollar Sigrún, belum lagi yang mengadakannya adalah Rein sang Kepala Direktur Yayasan Anak. Rumornya, sudah nyaris setahun Rein cuti.

"Angel! Minceuh! Ada kabar heboh!" Gwen segera menghampiri dua eksekutif lain yang sedang asyik mewarnai kuku kaki masing-masing.

"Kabar apa? Duh, Minceuh kebetulan belum punya berita panas, nih." Minceuh langsung saja meletakan kuas cat kuku, ia kemudian berdiri sambil memilintir rambutnya.

"Itu ... Rein ngadain lomba perburuan Anu. Yang bisa mendapatkan Bang Anu hidup atau mati sebelum bulan purnama, bakal dapat hadiah 80 juta Dollar Sigrún," jelas Gwen dengan nada cepat.

Baik Minceuh maupun Angel langsung terdiam, mereka kemudian saling bertukar pandang sebelum berteriak heboh. Kedua tangan Minceuh digerakkan seakan mengibas di dekat wajahnya, sedangkan Angel menyatukan jemari tangannya dan melontarkan kalimat rasa syukur pada Tuhan.

"Ini berita hotzz," kata Minceuh sambil berkedip manja. "Minceuh harus segera ke ruangan, pokoknya Minceuh harus segera hubungi Rein buat wawancara di majalah Trending!"

Setelah berlari cepat menuju ruangannya, Minceuh langsung mengambil perlengkapan jurnalis dan melesat ke arah tangga. Tapi, dia memutar badannya lagi. Salah satu tangannya mengambil pulpen emas dan menekan sebuah tombol di ujungnya. Rupanya, pulpen itu juga berguna untuk merekam suara. "Bagaimana perasaan Mbak Gwen setelah mendengar berita lomba berhadiah 80 Juta Dollar Sigrún?"

"Kaget, Mbak. Gak nyangka ternyata direktur kita bakal ngadain lomba yang udah saya tunggu selama berabad-abad," jawab Gwen.

Kemudian, pulpen itu diarahkan ke Angel. "Saya ingin berterima kasih pada Tuhan karena telah mengabulkan doa para Citizen. Semoga lombanya lancar."

[]

Jauh dari pusat keramaian kota, Rein tengah berjalan dikelilingi oleh dementor dan seorang pelayan hantu. Lantai marmer di bawahnya terlihat licin, dan dinding di sekelilingnya tampak menghantui dengan lukisan-lukisan bangsawan yang sudah meninggal berabad-abad silam. Setelah ia mengunjungi gedung radio dan siaran seputar lomba yang diadakannya, kini ia harus bertemu dengan salah satu eksekutif Sigrún.

Ketika pelayan hantu membuka pintu besar---yang bahkan tidak repot-repot menyentuhnya, para dementor itu langsung kembali ke halaman utama. Si pelayan mempersilakan Rein memasuki ruang tengah kastil tersebut. Di sana, terdapat banyak perabot mewah yang tidak kalah mewah dengan milik Minceuh di kediamannya. Lukisan-lukisan pemandangan dan cermin seakan menjadi pelengkap hiasan.

"Tunggu di sini," pinta si pelayan yang langsung menghilang dalam satu kedipan.

Bulu kuduk Rein langsung berdiri, selain kastil ini yang terasa menyeramkan, penghuninya juga berhasil membuat ia takut. "Penyihir emang beda," gumamnya.

Tak lama kemudian, seorang perempuan datang dengan senyuman ceria di wajahnya. Perempuan dengan rambut cokelat tergerai panjang sepunggung dan gaun putih gading. Sekilas ia terlihat seperti hantu noni Belanda yang suka gentayangan di rumah-rumah tua.

"Aku tadi denger di radio, kamu mau ngadain lomba perburuan Anu?" tanya Ravenic. Perempuan itu menjetikkan jarinya dan pelayan hantu tadi tiba-tiba saja muncul sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh.

"Iya, abisnya aku kesel, Mbak. Masa tiap pagi si tua bangke itu ngetuk pintu mulu, alibinya bawain sarapan segala," gerutu Rein.

"Walah, kebangetan emang si Anu."

Sigrún StoriaWhere stories live. Discover now